Menikah Dengan Banci

"Langsung saja, ada apa kamu ingin bertemu dengan aku?" Tanya Mawar tanpa basa basi.

"Kak, seberapa lama kakak pacaran dengan Bang Reno?"

"Untuk apa kamu nanya-nanya hal itu? Nggak pantes tahu nggak."

"Aku cuma pengen tahu aja kok. Please, kak."

"Kan kamu sendiri udah tahu dari dulu. Kami tu pacaran udah dari lama sampe mau memutuskan menikah. Lalu, kamu tikung deh."

"Bukan nya memang kakak sengaja kan."

"Hah? Sengaja? Sengaja apa nya coba? Nggak jelas kamu ini. Mana ada orang yang mau menikah buat cerita kayak gitu."

"Kak, aku menyesal. Ternyata bang Reno tidak sebaik itu. Aku mau cerai kak. Gimana kalau kakak balikan saja dengan Bang Reno, dan aku menikah dengan Angga. Gimana?"

"Kayak nya aku perlu nelpon ke Rumah sakit Jiwa deh. Ada pasien soal nya yang kabur dari sana." Ucap Mawar kesal.

"Kak, tolong aku."

"Kenapa harus aku? Semua yang kamu lakuin dulu, atas kemauan mu sendiri. Aku nggak pernah maksa. Jadi, please! Jangan lagi usik kebahagiaan aku, Maharani."

Mawar langsung pergi dari sana. Jangan sampai ia kesal dan malah membuat keributan di tempat itu. Kasihan Angga harus malu karena memiliki calon istri yang lumayan bar-bar.

" Kak Mawar,, Kak,,, "

Maharani terus memanggil nama Mawar. Akan tetapi, Mawar abai. Sudah cukup selama ini ia mengalah. Enak saja Maharani mau memberikan nya barang bekas.

Sudah lah tidak ada guna nya. Di daur ulang pun tidak bisa. Setidak nya Mawar bersyukur tidak jadi menikah dengan Reno dan menjadi menantu di keluarga toxic itu.

Kejadian yang menimpa Maharani, juga menimpa Mawar dulu. Namun, Mawar memang sangat pintar bicara dan pintar mengambil hati Mama nya Reno.

Bahkan Mawar sangat lihai dalam membuat makanan kesukaan keluarga nya Reno. Lain dengan Rani, Mawar sama sekali tidak mengalami pelecehan.

Pakaian Mawar selalu sopan dan iya pun sering memakai hijab. Mawar yang tidak pernah berdandan, jarang sekali di lirik oleh Papa nya Reno.

Beda dengan Maharani yang datang dengan pakaian terbuka dan menampakkan dua gundukan yang begitu menantang.

Laki-laki mana yang tidak tergoda. Apalagi usia Papa nya Reno yang sedang mengalami masa fuber kedua nya. Kapan lagi ia bisa mengambil kesempatan.

Adik-adik Reno yang sudah dewasa pun masih menjadi tanggung jawab Reno. Seluruh keluarga itu, bergantung pada penghasilan Reno.

Saat berpacaran dengan Mawar, Reno tidak pernah pusing karena Mawar juga memiliki penghasilan. Berbeda saat ia sudah menikah dengan Maharani, ia harus pintar-pintar dalam mengatur keuangan nya.

Untung saja Maharani datang menyelamatkan Mawar dari keluarga parasit itu. Walaupun Mawar sempat patah hati karena perselingkuhan mereka.

Tapi semua nya telah terjadi. Jodoh memang tidak pernah tertukar bukan?

*****

Di rumah nya, Papa Reno terus membayangkan tubuh sintal milik menantu nya itu. Ia bahkan masih mengingat wangi tubuh Maharani hingga saat ini.

"Maharani..." Ucap nya lirih.

Sedangkan sang Mama, sibuk dengan geng sosialita nya. Dan adik-adik Reno, setiap hari hanya bermain game online saja.

Reno pun tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Ia sangat bangga dengan diri nya sendiri karena bisa membahagiakan keluarga nya.

"Kamu nggak pulang? Istri mu gimana?" Tanya sang Papa saat melihat Reno masih ada di sana.

"Ah, males pulang, Pa. Enakan juga di sini." Ucap Reno acuh.

"Istri lagi hamil itu di sayang. Jangan di cuekin. Lagian kan dia hamil anak kamu juga." Ucap Papa nya Reno.

"Papa nggak salah ngomong gitu? Dulu aja pas Mama hamil adik nya Reno, Papa malah cuek. Sibuk sama biduan di kampung. Emang nya Reno nggak tahu apa. Selama Mama hamil, Papa selalu kerumah nya."

"Hmm,,, berisik kamu. Kamu itu nggak ngerti."

"Reno ngerti kok Pa. Maka nya Reno nggak mau kayak Papa."

"Nggak usah sok ngomong gitu kamu. Bukti nya, kamu lebih memilih Maharani yang bahenol dan seksi bukan, ketimbang Mawar yang sok alim itu. Melihat nya saja Papa sudah tidak berselera."

"Itu sebelum Reno tahu, kalau menikah dengan wanita pengangguran itu hal yang salah. Tubuh seksi dan cantik tidak menjamin kebahagiaan. Mawar walaupun sederhana, tapi iya pintar mencari cuan. Tidak seperti Rani yang malas."

"Reno,, Reno. Nama nya kamu seorang suami. Sudah sewajarnya kamu yang mencari nafkah."

"Kalau gitu, tugas Papa apa dong selama ini? Apa pernah Papa mencari nafkah. Ah, sudah lah, Pa. Nggak usah menggurui Reno. Papa nggak pantas."

Reno kemudian pergi dengan wajah kesal. Iya malas sekali sebenarnya jika harus pulang ke rumah Istrinya.

Pasti nanti Nyonya Kantil tidak akan ada habis nya ikut ceramah. Belum lagi Mawar yang semakin hari semakin cantik. Hal itu membuat Reno semakin galau. Ia sangat menyesal.

Reno mengendarai mobil nya tak tentu arah. Jika tidak pulang, pasti nanti Rani akan semakin marah. Bisa susah jika wanita itu sudah ngambek. Permintaan nya mahal-mahal. Mana uang di dompet tinggal sedikit.

Reno pun berinisiatif membeli makanan kesukaan Maharani dan sebuket bunga. Daripada harus keluar uang banyak, lebih baik ia duluan membeli barang yang murah meriah.

"Dari mana saja kamu baru pulang sekarang. Enak ya nginap di sana. Sampe istri yang hamil malah di tinggal sendirian." Ucap Nyonya Kantil dengan mata yang melotot.

"Ah Mama bisa aja. Kan di sini ramai, Ma. Bukan hanya Rani sendirian. Maaf ya Ma. Reno ada keperluan sedikit di kantor. Maka nya nggak pulang ke rumah."

"Alasan saja kamu ini. Itu, kamu bawa apa?"

"Ini pesanan Rani, Ma. Kan biasa untuk istri kesayangan. Harus selalu di manjakan."Ucap Reno yakin.

" Iya sih. Tapi saya perhatikan, selama menikah kamu tidak pernah membelikan saya makanan atau apapun. Padahal di rumah ini kamu makan gratis. Jadi, mulai bulan depan urusan makan, kamu yang bayar. "

" Tapi, "

"Kenapa? Kamu nggak mampu? Gaji mu kan banyak. Sudah berapa bulan kamu makan dan tinggal gratis di rumah ini. Jadi anggap saja kita sedang patungan."

"Kalau gitu, uang untuk membeli rumah bakalan nggak terkumpul dong."

"Nggak perlu. Cukup tinggal saja di rumah ini untuk selama nya. Lagian, Mawar pun sudah tidak tinggal di sini lagi."

Nyonya Kantil langsung pergi begitu saja setelah melepaskan unek-unek yang ada di hati nya.

Nyonya Kantil sudah tahu apa yang terjadi dengan anak kesayangannya saat berada di rumah Reno. Seorang Ibu memang tidak bisa melihat tapi, selalu bisa merasakan apa yang di rasakan oleh anak nya.