NovelToon NovelToon
Menikah Karena Skandal

Menikah Karena Skandal

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / CEO / One Night Stand / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harsie Alive

Rhea tak pernah berpikir bahwa dia akan menjalani biduk rumah tangga bersama pria yang telah menyelamatkan adik nya. Edgar, pria misterius dengan identitas ganda yang terlibat skandal kumpul kebo dengan Rhea akibat kecemburuan dan jebakan tetangga jahat di komplek kediaman Rhea, harus menikah dengan Rhea setelah dijebak tidur satu malam dengan gadis itu.

Identitas Edgar yang tidak biasa mempersulit keadaan, sedang Rhea sendiri memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Semuanya terkuak perlahan-lahan bersama dengan perjalanan cinta mereka yang mengejutkan.

Mereka memiliki dendam yang sama terhadap seorang wanita yang telah menghancurkan kehidupan mereka.

Benih-benih cinta tumbuh tanpa di sadari.

" Aku tidak percaya cinta! aku tidak akan pernah jatuh cinta!" ucap Edgar yang tanpa sadar menatap Rhea penuh cinta.

"hahahah... apa itu cinta? sejak aku lahir aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti!" ucap Rhea sembari menyiapkan bekal penuh rasa cinta untuk suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 3

Panas terik matahari menyusupi ruangan demi ruangan dalam kediaman Rhea dan adiknya Ahin. Pria berwajah tampan itu menghela nafas berkali-kali sambil menatap ke atap seng yang berbunyi garing karena pemuaian tak henti dari sang Surya.

Nyatanya lukanya tidak separah yang dia bayangkan, darah yang berceceran di tubuhnya bukan miliknya melainkan milik lawannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Rhea sambil merapikan semua peralatannya. Kali ini nadanya berubah menjadi dingin dan tatapan matanya terlihat begitu datar.

Dia duduk di samping Edgar seraya menatap dingin pada pria asing yang dibawa adiknya ke rumah mereka.

Edgar merasa bulu kuduknya merinding, suasannya jelas berbeda saat Ahin ada di sana.

"Bocah itu...

"Ahin! Dia punya nama, Ahin!" Potong Rhea dengan nada tegas.

"Ahh.. iya, Ahin hampir diculik, " ucap Edgar.

"Diculik!? Siapa!? Di mana!?" Tanya Rhea dengan wajah syok. Dia tidak menyangka kalau adiknya hampir menjadi korban penculikan.

Edgar menceritakan apa yang dia lihat. Saat itu, Ahin sedang berjalan melalui jalan tol, karena lebih dekat dengan rumah kontrakan mereka.

Ahin berjalan sendirian, hingga tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya. Kawasan itu memang sepi, yang ada hanya rumah tidak berpenghuni dan semak belukar yang membuat area itu rawan penculikan.

Para penjahat itu turun dari mobil dan mencoba menangkap Ahin, tapi di sat yang sama Edgar yang memiliki urusannya sendiri, kebetulan lewat dari jalanan itu. Dia membantu Ahin namun menjadi korban penusukan para penculik itu.

"Apa dia tidak bersama temannya?" Tanya Rhea. Karena sepengetahuannya, Ahin punya beberapa teman yang sering pulang bersamanya, meski Rhea tak yakin mereka dekat.

"Tidak ada, tapi anehnya ada beberapa anak sekolah yang membicarakan hal aneh saat aku berpapasan dengan mereka,"

"Seolah mereka berhubungan dengan penculik itu," terang Edgar.

Rhea terdiam membisu, dia meremat ujung kaosnya, dia takut terjadi sesuatu yang tidak biasa pada adiknya. Namun Ahin pasti selalu memberinya jawaban positif dan membuatnya tenang.

"Ahin!!" Panggil Rhea sambil bangkit berdiri.

Edgar menatap gadis itu, dia paham dengan sikap Rhea saat ini, dia pasti terpukul mendengar adiknya mengalami hal mengerikan itu.

"Kak Rhea, apa-apaan ini!?" Suara bentakan Ahin terdengar. Anak itu berjalan tergesa-gesa ke ruangan depan sambil membawa kantong plastik berisi air mineral dan obat lambung yang diminum Rhea.

Brakkk!!!

Ahin melemparkan benda itu ke atas lantai dan menatap kakaknya dengan tatapan kecewa. Rhea terdiam membeku, sambil mengutuk dirinya di dalam hati.

"Ya ampun Rhea, kenapa kau tidak menyimpan benda itu!?" Batin Rhea yang kini menjadi panik.

Ahin sangat benci jika kakaknya meminum obat lambung sebagai pengganti makanan. Jika melihat Rhea melakukan hal itu, dia akan merasa sangat kecewa dan sedih.

"A-Ahin itu kakak bisa jelaskan,"

"Kakak su-sudah makan kok," ucap Rhea sambil tersenyum kikuk.

Ahin menatap sang kakak dengan tatapan sendu, tiba-tiba air matanya lolos begitu saja. Anak yang meski tubuhnya tinggi semampai itu, dia masihlah remaja dengan perasaan halus.

"Kak Rhea.. sudah berapa kali Ahin bilang, kakak makan duluan, Ahin bisa makan gorengan, lagipula pagi tadi Ahin sudah makan pagi,"

"Kalau kakak gak makan seharian, kakak bisa sakit!" Protesnya sambil menangis. Bagi Ahin, kakaknya adalah sosok yang sangat penting baginya.

"Ma-maaf, udah ih... Jangan nangis, kakak juga jadi ikut sedih," bujuk Rhea sambil menghampiri adiknya. Dia tahu betul adiknya punya perasaan yang halus, anak laki-laki yang bertanggungjawab dan penuh bakat.

Ahin memeluk sang kakak dengan erat, dia masih menangis, "kalau terjadi sesuatu pada kakak, Ahin tidak akan bisa hidup kak," ucapnya dengan suara serak.

Rhea menepuk punggung adiknya, dia merasa ada yang tidak beres dengan sang adik.

"Bagaimana keadaanmu? Kamu pasti panik karena kejadian tadi kan?"

"Pria itu sudah menjelaskan semuanya pada kakak, syukur lah kamu selamat, kakak khawatir," ucap Rhea sambil mengusap wajah adiknya.

Ahin mengangguk," semua baik-baik saja," ucap Ahin.

"Sana kakak makan dulu, biar Ahin bantu siapkan dagangan kita," ucap Ahin.

"Kamu sudah makan?" Tanya Rhea.

"Tadi di sekolah makan roti, diberi teman, udah sana kakak makan dulu," ucap Ahin sambil tersenyum lembut pada satu-satunya hartanya.

"Ya sudah," Rhea pergi ke dapur dengan perasaan kacau. Kakak beradik ini saling bergantung satu sama lain.

Pemandangan barusan membuat Edgar terdiam. Teringat akan hubungan buruknya dengan keluarga yang dia miliki. Seandainya dia memiliki kakak dengan sifat setengah dari Rhea, mungkin dia tidak akan terlalu membenci hidupnya.

"Ahin, apa kalian hidup berdua saja?" Tanya Edgar.

Ahin mengangguk sambil memungut pil lambung dan air mineral itu.

"Kami anak yatim piatu, sudah tujuh tahun kami hidup berdua saja kak," terang Ahin.

"Ahin mohon, jangan beritahu soal mereka yang terlibat dalam kejadian tadi, kak Rhea sudah cukup menderita," ucap Ahin dengan tatapan sendu.

"Tapi tadi itu berbahaya, jelas teman-teman mu terlibat, apa kamu tidak marah!?" Tanya Edgar. Pria itu memang tidak menceritakan detail kejadian pada Rhea, fakta bahwa penculikan itu hanyalah kiasan.

Yang sebenarnya terjadi adalah, Ahin hampir dijual oleh teman sepermainan nya sendiri.

"Aku marah, tapi aku lebih takut Kak Rhea hancur saat mengetahuinya," jelas Ahin.

Edgar paham perasaan Ahin, jika Rhea sampai tahu kejadian ini, bisa saja gadis itu membuat kekacauan dan menyerang teman-teman Ahin.

"Terimakasih sudah membantuku tadi kak, jika tak ada anda, aku mungkin tidak bisa lagi bertemu dengan kak Rhea," tutur Ahin.

Edgar hanya terdiam membisu, dia menatap rumah itu, meski sudah tua tetapi tetap rapi dan bersih. Baginya rumah reot seperti itu tidak layak untuk ditinggali, tetapi bagi Rhea dan Ahin rumah itu adalah tempat mereka berlindung.

"Bagaiman bisa manusia tinggal di tempat seperti ini?" Batinnya seraya mengerutkan keningnya.

Edgar mengambil ponsel di saku celananya, benda pipih dengan bentuk dilipat bak dompet itu dia buka. Ratusan pesan dan panggilan berjejer di layar pertama, dia menatap pesan itu dengan tatapan datar.

Lalu dihubungi nya seseorang dengan benda itu.

"Bos!!! Anda di mana!? " Teriak orang itu dari seberang sana.

"Di tempat yang aman," jawabnya.

"Segera selesaikan masalah itu, aku akan berada di tempat ini untuk sementara waktu, jangan cari aku jika kalian tidak ingin melihat mayat di depan gedung sialan itu!" Ucapnya lalu dengan sepihak pria itu memutus panggilan teleponnya bahkan sebelum pria itu membalas ucapannya.

Edgar menghela nafas, dia menatap langit-langit rumah itu dan juga Ahin yang masih berada di sana.

"Apa kamu tidak penasaran siapa aku?" Tanya Edgar pada anak laki-laki itu.

Ahin menggelengkan kepalanya, "Tidak, dan kami tidak perlu tahu," jawab Ahin dengan lembut. Anak yang aneh dan terlalu dewasa untuk anak seumurannya.

Edgar hanya diam, "ada baiknya aku menyembunyikan identitas ku untuk sementara waktu," batin pria itu.

"Ngomong-ngomong apa itu?" Tanya Edgar sambil menunjuk sebuah pamflet berisi keterangan aneh yang membuatnya bertanya-tanya sejak memasuki rumah itu.

1
eka rojana
ya sudah tamat
Sea Moon
ditunggu karyamu selanjutnya Thor

semangat selalu
Sea Moon
yah udah tamat aja
eka rojana
thor sudah tamat ya
eka rojana
kok ga up2 thor apa sudah tamat ya
Harsie Alive: sabar 🤗🤗
total 1 replies
eka rojana
thor dauble up dong
iin marlina
2 kekuatan jadi satu
eka rojana
thor double up dong
eka rojana
ini masih ada sambungannya lg apa sudah tamat ys
Sea Moon
tidak kapok juga si jono
Sea Moon
😂 kocak juga si Xavier ya
Allethia Herra
bakal ngegantung lagi ga thor ceritanya seperti yang sudah2 😁 lagi seru2nya baca tiba2 menghilang end gitu aja
Harsie Alive: nggak, kali ini janji, masalah author sudah selesai, maaf ya bikin kamu gak nyaman.
total 1 replies
Khafiza Achmad
ya,,,mengerikan sadis balasannya
Sea Moon
yaampun Thor berapa banyak bawang yg kau kasih di 2 eps ini Thor 😭.
author nya memang pintar dalam mengaduk aduk perasaan pembaca nya.
iin marlina
pembalasan dimulai edgar
Reny Rizky Aryati, SE.: hai 👋
total 1 replies
iin marlina
ngeri sekali bully ini, ayo Edgar hancurkan mereka.
iin marlina
kasian ahin
Harsie Alive
Hay semua, mohon dukungannya ya, terimakasih dan selamat membaca 🤗🤗🤗
iin marlina
kakek Oshin mantan mafia jg itu
Sea Moon
baru awalan sudah sangat bagus ceritanya.

🤭 suka slogan nya no cuan no life, bener nggk nih ya saya nulisnya

semangat berkarya thor
Harsie Alive: bener kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!