Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Damian masuk ke kamarnya. Ia merasa bodoh dengan apa yang dilakukan terhadap Laura. Ia menatap foto yang bertengger di dinding kamar itu.
"Maafkan aku sayang, sekali lagi aku tidak berniat menduakan mu"gumamnya.
Tubuh Damian luruh ke lantai. Ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Awalnya ia ingin menceraikan Laura. Namun setelah kehadiran Adrian ia tak ingin melepaskan gadis itu.
" Shit!!! " kesal Damian.
Damian bangkit dari duduknya. Ia mulai membersihkan tubuhnya, namun bayangan Laura yang menolaknya membuat dirinya merasa bersalah.
"Maafkan aku Laura" Gumamnya.
Di kamar lain Laura masih meringkuk di ranjang. Ia masih menangisi apa yang baru saja terjadi. Namun ia tersadar. Tadi di saat Damian menariknya ia melihat Abel memperhatikannya.
"Abel, putriku" ucapnya pelan.
Laura langsung bergegas naik ke atas. Ia berpapasan dengan bik Rum.
"Bik, bagaimana Abel?" tanyanya.
"Nona baru saja tidur" sahut bik Rum.
Laura membuka handle pintu, ia mendekat gadis kecil itu lalu mencium pucuk kepala putrinya itu. Tak berapa lama ia kembali ke kamarnya.
"Tunggu!"
Laura berhenti sejenak. Belum sempat ia memasuki kamarnya Damian memanggilnya. Langkah Laura terhenti. Tubuhnya kini bergetar.
"Malam ini dan seterusnya kau tidur di kamar ku" ucap Damian.
Deg
Mendengar hal itu membuat Laura bergidik ngeri. Ia membalikkan tubuhnya. "Apa maksud anda?" ucapnya lembut.
"Aku tak akan mengulangi kata-kata ku barusan, aku tak ingin melakukan dengan cara kasar" sahut Damian.
Laura terdiam. Ia tak mampu membantah ucapan Damian. Ia segera berjalan masuk ke kamarnya. Namun tanpa ia sadari Damian mengikuti langkahnya.
"Apa kau tidak mendengar ucapanku?"ucap Damian.
" Maafkan saya,saya tak bisa menuruti keinginan anda"sahutnya.
Damian mengerutkan dahi, ia mencari kejelasan di sana. "Kau menolak!"Laura menggeleng.
" Lalu apa?"
"Saya belum siap dengan keinginan anda untuk tidur seranjang bersama anda. Saya tak ingin melakukan dengan terpaksa" sahutnya.
Damian tertawa sumbang. Ia memandang raut wajah Laura yang kini telah resmi menjadi istrinya itu yang dipenuhi rasa cemas itu."Kau sungguh naif Laura".
Setelah mengatakan itu Damian segera keluar dari kamar itu. Tentu saja Laura menjadi tenang. Ia bahkan melepaskan seluruh nafasnya yang tercekat.
" Ya Tuhan , berilah hamba kekuatan"gumamnya.
Laura langsung menutup pintu dan segera mengunci kamar itu.
***
Sore hari itu nyonya Laurent kembali ke rumah itu. Keadaan sangat sepi. Ia tak melihat menantunya yang selalu menemani cucunya di kala hari libur. Bahkan Damian juga tak menampakkan batang hidungnya.
"Bik Rum, kemana Laura?" tanya nya.
"Nona dari tadi mengurung diri di kamarnya, nyonya" sahut bik Rum.
Nyonya Laurent merasa aneh. Ia semakin bertanya-tanya. "Halo cucu omah, apa kau sehat sayang?".
Abel hanya terdiam tak seperti biasanya ia kini begitu murung. " Apa yang terjadi sebenarnya?"ucapnya dalam hati.
"sayang, mama Laura kenapa?" nyonya Laurent mencoba menanyakan hal yang mengganjal itu. Namun sayang Abel hanya menggeleng.
Tak lama Damian turun hal itu membuat Abel memeluk erat neneknya itu. "Ada apa sayang? Kenapa kau takut?" ucap nyonya Laurent.
"Mama sudah pulang?" ucap Damian begitu melihat ibunya.
Nyonya Laurent tak ingin berbasa basi lagi ia langsung menanyakan perihal aneh selama ia pergi dari rumah itu.
"Apa yang kau lakukan Dam?" tanya nya.
Damian mengacuhkan nya ia langsung duduk di sofa berwarna krem itu.
"Apa maksud mama?"
"Kau lihat Abel sangat ketakutan melihatmu, dan Laura kini mengurung diri di kamar".
" Kau bisa menanyakan langsung kepada menantumu itu "
Setelah mengatakan itu,Damian langsung bangkit dan langsung meninggalkan mereka yang masih mematung di sana.
Nyonya Laurent menggeleng melihat tingkah putranya itu. Sejak kepergian Melisa ia begitu berubah.