NovelToon NovelToon
Married With Mr. Idiot

Married With Mr. Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Niat hati mencari suami kaya agar terbebas dari belenggu ibu tiri, membawa seorang Lilyana nekat mengait pria kaya yang ditemuinya di taman. Namun, apa jadinya jika pria itu mengalami keterbelakangan mental alias idiot.

"Ya, ayo menikah ...!" pria berpenampilan tuan muda bertepuk tangan dengan gaya khasnya yang seperti bocah.

"Oh, no!"

Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak ceritanya.

***

Jangan lupa juga baca novel author yang lainnya: (My Son Is My Strength, Sang Antagonis & Membalaskan Dendam Janda)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisikan Lily

Suasana hati Vian begitu cepat berubah, tadinya takut dengan tampang memelas bak orang kandung beban hidup. Kini ceria berseri-seri seperti bunga matahari yang diterpa cahaya matahari pagi. Apalagi ketika Lily mengatakan mereka akan memilih baju, semakin ceria lah Vian.

Rombongan mereka dibawa ke sebuah ruangan yang diisi khusus dengan gaun pengantin, manik mata Lily terpana akan keindahan dan kemewahan ruangan tersebut. Gaun-gaun indah berjejer di sekelilingnya, ia merasa ini mimpi yang menjadi kenyataan.

Mereka berdua pun mencoba baju masing-masing dengan dibantu pegawai butik yang sudah sejak tadi menunggu keduanya, baju pertama yang Lily coba adalah gaun putih yang sangat pas di tubuhnya, sedangkan Vian mencoba tuxedo miliknya. Dan baju kedua ala-ala kerajaan, seperti yang dikenakan putri dan pangeran. Tentunya ini merupakan request dari Vian sendiri.

“Bagaimana? Apakah gaunnya pas, Nona? Mau menambah manik-maniknya atau pinggangnya perlu kami kecilkan lagi?” tanya pegawai butik meminta pendapat dari Lily, dan melihat pinggang gaun tersebut sedikit longgar dari pinggang sang gadis.

“Oh tidak ada dan aku sudah nyaman dengan pinggangnya yang seperti ini, Kak. Tidak perlu dikecilkan lagi.” Kata Lily yang sudah nyaman dengan gaunnya, ia tidak suka lekukan tubuhnya terlalu terekspos. Jawaban Lily juga mendapat anggukan dari Arthur, pria paru baya itu sudah sejak tadi di sana. Menemani sang anak dan calon menantu untuk memilih gaun pernikahan mereka. Tentu Arthur lakukan semua ini adalah demi kebahagiaan sang anak.

“Baiklah, Nona. Sesuai keinginan Anda.” Pegawai butik mengangguk sopan, lalu kembali membantu Lily melepaskan gaun itu lagi.

Lily dan Vian kini sama-sama keluar dari ruangan setelah mencoba baju masing-masing, diikuti oleh Arthur dan asistennya. Vian berlari-lari kecil menggerakkan tangannya, lalu mencuri padang ke belakang melihat wajah Lily seolah dirinya sedang menagih janji. Namun, Lily hanya menatapnya dengan lamat tidak mengerti. Alhasil membuat pemuda itu cemberut bak anak kecil, tangannya terlibat di depan dada dengan mulut mengerucut beberapa senti.

“Setelah ini kita akan mencari cincin pernikahan kalian,” beritahu Arthur akan agenda mereka selanjutnya.

“Baik, Paman.” Jawab Lily mengangguk, sedangkan Vian malah menghentakkan kaki.

“Ada apa Vian?” tanya ayahnya, begitu pula dengan Lily yang juga penasaran akan sikap yang ditunjukkan Vian sang calon suami. Namun, ketimbang itu. Rasa ingin mencubit Lily lebih besar dari rasa penasaran. Wajah Vian sungguh lucu dan menggemaskan.

Lily pun berlari mendekat dan langsung merangkul leher Vian. “Lu kenapa sih, Bang. Cemberut aja dari tadi?” tanya Lily kelewatan santai di depan ayah mertua. Ia pun dengan cepat menurunkan tangannya takut di pandang kurang ajar terhadap calon suami oleh calon bapak mertua. “Kamu kenapa, Bang?” ulang Lily memperlihatkan sopan santunnya. Bagaimana pun ia harus menjaga image di depan calon ayah mertuanya. Sopan, santun dan stay anggunly.

Vian memalingkan wajah, tidak ingin bicara. Kata hatinya, orang yang harus mengerti dirinya.

“Lama-lama bibir monyong lu gue sosor juga nanti!” ceplos Lily yang langsung memukul bibirnya, semoga saja calon ayah mertuanya itu tidak mendengar. Nanti dikira ia gadis mesum lagi.

“Mau ... mau ... mending aku-nya di sosor aja, permen lolipopnya nggak jadi,” tampangnya permen lolipop tidak lagi menarik di benak Vian, tergantikan dengan kata ‘sosor’ yang sama sekali tidak ia ketahui namun membuatnya penasaran.

“Sosor apa, Vian?” tanya Arthur mengernyit, Vian menunjukkan tampang polosnya. Sedangkan gadis itu mulai ketar-ketir mencari alasan.

Lily berbalik, “I-ini Paman, Bang Vian mau lolipop. Ya! Lolipop.” Jawab Lily cepat. Arthur pun teringat akan kejadian beberapa tempo lalu.

“Hm, nanti kita singgah untuk membelinya.” Kata Arthur yang malah membuat Vian lunglai. Pikirnya, ia tidak akan mendapat 'sosor' lagi.

“Terus sosornya gimana, Ly? Aku pengen itu, nggak mau lagi lolipop,” timpalnya lirih tidak bersemangat lagi.

Lily menepuk pelan dahinya, “Bahas nanti aja ya, Bang. Di rumah, sekarang permen lolipop dulu.”

“Jadi, aku bisa dapat keduanya?” tanya Vian semringah. Lily yang tidak ingin membahas topik itu lagi pun mengangguk tanpa berpikir dua kali.

“Asikkkk!” Vian berjingkrak heboh.

“Tampaknya Tuan Muda Vian sangat senang bersama Nona Lily,” kata asisten Arthur, menyunggingkan senyum melihat kebahagiaan sang Tuan Muda.

“Hm,” Arthur juga menyunggingkan senyum tipis, anaknya sekarang lebih memiliki aura bersama gadis itu. Vian yang sudah dengan keterbelakangan mentalnya tetap murung seperti pasca kecelakaan itu, jiwa Vian tidak dapat menanggung beban ditinggal ibunya membuatnya selalu tampak sedih. Namun, baru kali ini Arthur melihat anaknya sebahagia ini. Tanpa mereka ketahui, apa yang tengah diperbincangkan Vian dan Lily.

Setelah memilih cincin pernikahan di toko perhiasan, Lily dan lainnya kini memasuki restoran mewah untuk makan siang. Rombongan mereka memasuki ruangan VVIP yang di pesan khusus oleh asisten Arthur.

“Bang, permennya di simpan dulu ya. Itu makanannya sudah dateng.” Kata Lily yang langsung di dengar Vian. Pria itu dengan patuh menyimpan permen lollipopnya, padahal masih ingin memakannya.

Arthur menaikkan alis, tidak biasanya sang anak langsung patuh seperti ini. Apalagi ia terlihat masih sangat menginginkan hal tersebut, biasanya Vian akan langsung histeris jika seseorang mengganggu atau mengambil kesukaannya. Sedangkan asisten Arthur yang juga berada di sana, menatap takjub pada Lily yang bisa menjinakkan sang anak majikan yang terkenal susah di atur.

‘Sungguh luar biasa,’ batinnya.

“Mau makan yang mana?” tanya Lily dengan lembut, tentu ia lakukan agar memperlihatkan citra baiknya pada sang calon ayah mertua. Biasanya ia akan langsung berebut makanan dengan Vian. Gadis itu sungguh bertekat ingin terlihat sopan, santu dan anggunly.

“Itu, itu ... sama yang itu!” tunjuk Vian pada makanan yang ia sukai.

“Okee,” jawab Lily. “Tapi, tambah sayur ya.” Pinta Lily, Vian langsung membekap mulutnya.

“Aku tidak suka sayur!” tolak Vian menggeleng, dengan mulut masih terbekap oleh kedua tangannya.

“Kenapa?” tanya Lily, sedangkan dua orang pria paruh baya sudah mengetahui kebiasaan Vian. Tetapi keduanya memilih bungkam, melihat bagaimana cara Lily bisa membujuk Vian. Bagus juga jika anak ini mau memakan sayur. Batin Arthur, sudah menyerah meminta sang anak memakan makanan sehat itu.

“Rasanya kaya rumput,” cicit Vian.

“Ptttthhh! Emang lu pernah rasain rasanya rumput, Bang?” tanya Lily langsung mendapatkan anggukan Vian. Tawa Lily hampir saja pecah dan ingin mengatai Vian kambing, tetapi tersadar di sini bukan hanya mereka berdua.

“Hm,” Lily menetralkan suara tawanya yang terdengar samar-samar. “Bang Vian itu harus makan sayur, semua makanan yang Abang ambil itu butuh sayur untuk menyeimbangkannya agar tubuh Bang Vian itu sehat dan kuat.”

“Kaya Iron Man?” tanya Vian.

“Iya! Makannya, makan sayur,” tegas Lily.

“Tapi, rasanya kaya rumput,” belum apa-apa Vian kembali menggeleng, wajahnya memelas seperti anak kecil yang susah sekali ibunya bujuk untuk makan sayur.

Boro-boro bujuk seperti ini, kalau saja Lily ibunya sudah ia geplak dari tadi. “Sok tahu, Bang Vian aja belum coba.” Lily menusuk sayur brokoli dengan garpu lalu mendekatkannya pada mulut Vian.

Pria itu semakin memelas dengan wajah yang kini memucat, menatap pada sang ayah untuk meminta pertolongan.

Lily mendekatkan wajahnya ke telinga pria itu, lalu membisikkan sesuatu.

Arthur yang ingin menolong sang anak, memberi pengertian pada Lily agar tidak memaksa sang anak kini dibuat melongo akan Vian yang tiba-tiba mau memakan sayur tersebut. Malah Vian memakannya dengan sangat lahap, membuat Lily tersenyum lebar.

Dua pria paruh baya itu saling pandang, entah apa yang dibisikan gadis kecil ini sehingga Vian begitu manut padanya.

***

1
Tantri Tantri
mana ni update yg baru
Lisa Kusmiran07
lanjut
R4Z1
up lagi Thor
Lisa Kusmiran07
Kirana penuh siasat
Lisa Kusmiran07
semangat up
Lisa Kusmiran07
Lily jangan terpengaruh sama nenek lampir,
Lovely_88
Hahahaha lucu 2 org yg sama2 polos ternyata 😅😅 lily otw unboxing nih
Lisa Kusmiran07
semangat kak up nya
Nurwana
keren...
Lovely_88
Bertindaklah lbh cerdas lili licik dibalas ama licik li kerjain jg tuh emak tiri'y Vian biar kapok loe kan cerdas li 😅😅klo perlu bikin kyk vian jg tu emaknya biar idiot.
Nur Afifah
😁😁😅
Lisa Kusmiran07
lanjut kak,,lucu menghibur
Naaila Qaireen: Siap Kak, makasih dukungannya❤
total 1 replies
Nurwana
Lily mo dikadalin....
Nurwana
dasar Nenek lampir Thu Kirana... gara gara obat itu Vian berubah total.
Nurwana
hahahaha 😂😂😂😂😂
Nurwana
jgan sampai nhe Vian pura pura idiot deh....
Lovely_88
kapan up'y kakak 😊g sabar nih
Lovely_88
aduh jgn2 yg ngebuat vian kecelakaan tuh semoga lili bisa nolongin Vian syukur2 bisa ngebuka deh y busuk'y paman'y 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!