Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 3.
"Kau!!"
Kenzo berbalik menahan lengan Aira dan mengenggamnya dengan sangat erat, sehingga membuat Aira meringis kesakitan.
"Beraninya kau melawanku, hah!" Erang Kenzo menatap tajam pada Aira.
"Sa sakit, lepaskan." Mencoba melepaskan tangan Kenzo darinya, Aira semakin menahan rasa sakit pada lengannya.
"Kau tahu siapa aku, hah?! Tidak ada yang berani kepadaku seperti ini, akan kubuat Kau menangis meminta ampun." Kenzo menarik Aira dan membawanya mengikuti dirinya menuju parkiran.
Mendorong tubuh yang cukup kecil itu hingga terhempas, membentur mobil mewah milik Kenzo sehingga terdengarlah bunyi alarm yang sangat ramai. Dengan murkanya, Kenzo mengambil sesuatu dari dalam mobilnya. Disaat Aira masih membenahi dirinya, Kenzo sudah mengarahkan senjata kecil miliknya pada kepala Aira.
Begitu kagetnya Aira melihat hal tersebut, tubuhnya langsung mendadak kaku. Apalagi melihat benda kecil yang sudah berada disamping kepalanya, karena jika dirinya bergerak sedikit saja. Maka, benda tersebut akan mengeluarkan pelurunya dan mengenai kepalanya.
"Kenzo! Stop." Ansel berteriak sambil berlari mengejar Kenzo agar.
Mengamankan senjata kecil dari tangan Kenzo, Ansel langsung menarik tubuh Kenzo menjauh dan melepaskan Aira.
"Apa-apaan ini, Zo?! Jangan membuat keributan seperti ini, kau benar-benar ceroboh." Bentak Ansel.
Tatapan dingin Kenzo menatap Ansel, jika bukan Ansel yang menariknya. Maka senjata itu sudah ia tembakan pada orang tersebut, lalu perlahan dirinya menarik nafas dan memejamkan kedua matanya.
"Bawa wanita itu, jangan menahanku lagi. Bawa atau kuhabisi dia!" Lalu Kenzo masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya meninggalkan tempat tersebut.
Kepergian Kenzo hanya membuat Ansel menghela nafas panjang, ia tahu jika setiap ucapan yang telah diucapkan oleh tuannya tidak akan bisa terbantahkan.
"Anda tidak apa-apa, nona?" Ansel menyapa Aira yang masih merasa ketakutan.
"Ti dak apa-apa tuan, saya hanya kaget." Ujar Aira.
"Maafkan bos saya, nona. Karena anda harus ikut bersama saya, sesuai dengan perintah." Ansel mengatakan apa yang harus ia lakukan.
"Kenapa saya harus ikut?" Aira benar-benar bingung.
"Untuk keselamatan anda, nona. Jika tidak, saya tidak bisa menjamin jika anda bisa hidup tenang." Mendengar ucapan tersebut, membuat Aira menjadi panik.
Termenung akan ucapan tersebut, Aira sangat tidak menyangka jika hari ini. Dirinya akan mendapatkan peristiwa yang begitu mengerikan dalam kehidupannya, bertemu dengan pria aneh yang menginjak kakinya serta sebuah senjata menempel pada sisi kepalanya.
"Ra, kamu tidak apa-apa?" Bima menghampiri dengan Shinta yang menyusul.
"Aku tidak apa-apa, Bim. Tapi, aku harus ikut bersama tuan ini. Aku takut." Tubuh itu bergetar, menandakan jika pemiliknya sedang merasa ketakutan.
Shinta langsung memeluk Aira, karena terlihat sahabatnya itu benar-benar sedang ketakutan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk menahan Aira, karena mereka juga baru mendapatkan penjelasan siapa orang tersebut. Kenzo Brakher, namanya saja sudah membuat orang-orang merinding.
"Kamu yang sabar ya Ra, kami hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu." Shinta pun menyerah untuk menahan Aira, karena tatapan tajam dari Ansel membuat dirinya menciut.
Begitu pula dengan Bima, kedua sahabat itu hanya bisa menguatkan Aira melalui suport. Saat sebuah mobil menghampiri mereka, Ansel pun mempersilahkan Aira untuk masuk ke dalam mobil. Langkah kaki itu begitu berat untuk melangkah, dengan begitu sangat terpaksa. Akhirnya Aira mengikuti arahan dari Ansel, mobil pun mulai berjalan entah kemana tujuannya.
Aira hanya bisa tertunduk sambil meremas telapak tangannya, air mata terus mengalir. Dimana ia merutuki kesalahan dirinya sendiri yang sudah berani membalas rasa sakit pada kakinya, yang ternyata orang itu mempunyai kuasa besar.
Mobil pun kini memasuki sebuah halaman dari gedung yang cukup besar, membuat Aira tidak menyadari jika mereka telah sampai.
"Silahkan nona." Ansel membuka pintu mobil dimana Aira berada.
"Eh iya, terima kasih." Aira kaget dan dirinya berjalan mengikuti Ansel.