NovelToon NovelToon
Istri Warisan Adik

Istri Warisan Adik

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:487.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Noor Hidayati

Seorang kakak yang terpaksa menerima warisan istri dan juga anak yang ada dalam kandungan demi memenuhi permintaan terakhir sang Adik.

Akankah Amar Javin Asadel mampu menjalankan wasiat terakhir sang Adik dengan baik, atau justru Amar akan memperlakukan istri mendiang Adiknya dengan buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri yang di wariskan

"Tidurlah di kamarmu karena semua orang sudah pulang." seru Amar pada Mahira yang baru ia nikahi pagi tadi.

Tidak memiliki daya dan keberanian, Mahira hanya tertunduk patuh mengambil kembali barang-barang yang sebelumnya sudah ia bawa ke kamar Amar.

Adik ipar yang kini menjadi istri Amar itu dengan kerepotan membuka pintu karena kedua tangannya membawa barang-barangnya.

Merasa tidak sampai hati melihat itu, Amar bergegas membukakan pintu untuknya.

"Terimakasih," ucap Mahira menatap sekilas pria yang terlihat garang dan dingin itu.

Tidak menjawab apa yang Mahira katakan, Amar membiarkan Mahira keluar dari kamarnya.

Sebetulnya hati kecilnya tidak tega membiarkan istri mendiang Adiknya ia perlakukan seperti itu, tapi Amar benar-benar merasa belum siap jika harus menjalani pernikahan dengan sempurna seperti keinginan Amir.

Amar menutup pintunya rapat-rapat, menyandarkan kepalanya di belakang pintu, hatinya terasa sesak mengingat bagaimana ia menggenggam tangan sang adik di detik-detik kematiannya.

"Kak Am-ar... Istri... dan... An-akku.... aku... wariskan ke-kepada... mu." susah payah Amir mengucapkan kata demi kata yang ingin ia sampaikan kepada sang kakak yang terus meneteskan air mata sembari menggenggam tangannya.

"Jangan bicara sembarangan Amir, kamu pasti sembuh, kau harus sembuh, kau dengar itu!" tegas Amir dengan penuh emosional.

Dengan sangat perlahan, Amir menggelengkan kepalanya seakan waktunya sudah tidak banyak lagi.

"Kak A-mar... ber-jan-jilah pa-da ku, berjanjilah."

Amar menggelengkan kepalanya dengan hati yang sangat sakit melihat penderitaan sang adik yang mengalami sumbatan jalan napas akibat amandel yang terus membesar sehingga selama satu minggu ini Amir kesulitan untuk menelan makanan apapun.

Kemudian Amir mengalihkan pandangannya pada Mahira yang tengah menangis di pelukan sang ibunda. Lalu netranya turun pada perut Mahira yang sudah sangat membuncit seakan tinggal menunggu kapan bayi di dalam perutnya akan lahir.

"Kak A-amar... ber-jan-jilah, ber-jan-jilah." Amir terus mengulang perkaranya dengan dada yang semakin terangkat.

Kata-katanya mulai melambat seiring mulutnya yang menganga serta kedua bola matanya yang terus menatap ke langit-langit rumah sakit.

Menyadari hal itu Mahira melepaskan pelukan sang ibu dan memeluk tubuh sang suami dengan meletakkan kepalanya di dadanya.

"Mas Amiiirrr...." tangisnya semakin kencang, meraung-raung memanggil nama suaminya.

Melihat hal itu Amar menghapus air matanya dengan kasar dan mengangkat kedua bahu Mahira menjauh dari adiknya. Setelah itu, Amar membungkukkan badan dan mendekatkan bibirnya ke telinganya sang Adik.

"Aku berjanji akan menjaga istri dan juga anak mu." bisik Amar yang kemudian melanjutkan dengan membisikkan dua kalimat syahadat.

Meskipun dengan susah payah dan tidak begitu jelas, Amir mengikuti apa yang Amar bisikan di telinganya. Dan seiring selesainya kalimat terakhir Amir ucapkan. genggaman tangannya pada Amar pun mulai merenggang.

Menyadari hal itu, Amar menatap sang adik yang telah menutup matanya dengan sempurna.

"Amir, Amir... buka matamu Amir! Kau tidak boleh pergi mendahului ku!" bentak Amar sembari mengguncang-guncang tubuh sang Adik dengan kasar, berharap sang Adik kembali membuka matanya. Tapi sekuat apapun Amar mencoba membangunkan sang Adik, Amir tetap tidak bisa lagi membuka matanya.

Dengan perasaan frustasi, Amar menjatuhkan diri ke lantai. Perasaan sakit kehilangan sang Adik, satu-satunya keluarga yang ia miliki, serta beban wasiat yang Amir pikulkan kepadanya, membuat hati dan pikirannya tak bisa lagi berpikir dengan jernih.

"Yang sabar ya Nak." ujar ibunda Mahira memegang bahu Amar yang tertunduk di tepi ranjang sang Adik.

Bersambung...

📌 Assalamualaikum... ketemu lagi dengan Novel terbaru Author, dukung terus novel ini dengan cara like, komen dan vote supaya novel ini panjang umur yah, Terimakasih 🙏🙏🙏❤️❤️❤️

1
Indah
Biasa
Leni
mampusss janda gatel
Leni
udah gila binik Rustam psikopat mungkin
Leni
udah tua ngk tau malu
Leni
gilla
Leni
lia mencurigakan
Leni
mulai pelakor
Leni
pa#ti parah
Leni
lucu juga amar nih 😂😂😂
Leni
ky nonton sinetron ikan terbang aja, pake acara jeda
Anis Mawati
kalau udah tau rasanya bikin nagih kn amar,nyesel g tuh g dr dlu aja unboxing😁😁😁
Anis Mawati
cuekin amar mahira
Anis Mawati
jangan lemah mahira,buat amar klimpungan jngan melunak dlu
Anis Mawati
eeealah
Anis Mawati
wah wah mau ngapain u amar
Anis Mawati
bakalan terbyang bayang sama squisinya mahira,bikin nagih pastinya
Anis Mawati
lagi nungguin bucinnya amar
🌷💚SITI.R💚🌷
bagus novely
Juan Sastra
benar banget dengan begitu sangat bearti amar masih peduli sama mantannya terlebih masih ada rasa sakit,, jika sdh tidak ada rasa maka tidak kan ada ke inginan mengungkit dan sakit hati..
Juan Sastra
sikap amar membuatku jijik,,, dan mahira meski wajib taat namun bukan bearti harus bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!