Seorang lelaki bernama Muhammad Zayn Malik berusia 22 tahun yang hampir saja di hajar massa karena sebuah kesalahpahaman dan ditolong oleh seorang Kiai pendiri salah satu pesantren.
Saat itu ia sangat ketakutan karena hampir saja nyawa nya hilang seketika. Lelaki itu dibawa oleh Kiai ke pesantren miliknya. Saat itu pernikahan putri satu-satunya akan di berlangsungkan dengan seorang ustadz. Namun karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh ustadz tersebut, ustadz itu tiba-tiba saja membatalkan pernikahannya sehari sebelum hari H. Kiai Hanan beserta keluarga tak dapat berkata lagi. Lelaki yang ditolong Abah Hanan mengajukan diri untuk menikahi putri Kiai tersebut agar keluarga besar kiai Hanan tidak menanggung malu, hal itu ia lakukan demi membalas kebaikan kiai Hanan. Dan ia pun resmi menjadi suami dari Zahra gadis 21 tahun tersebut walaupun tanpa adanya cinta diantara merekra.
Follow Ig Author @winda_srimawati
Baca juga karya pertama Author yang berjudul PENANTIAN KEKASIH HALAL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketampanan Seorang Zayn
Setelah lima hari Zayn Istirahat di kediaman Kiai Hanan, kini ia semakin pulih. Lebam yang ada di wajahnya juga sudah tidak terlihat, itu juga berkat salep yang diberikan oleh dokter agar lebam-lebamnya segera hilang. Badannya yang sebelumnya terasa remuk redam kini sudah tidak terasa, ini semua berkat kesabaran keluarga Kiai Hanan yang sabar dalam mengurus nya, sehingga ia pulih dengan cepat.
Ia berniat pamit kepada keluarga Kiai Hanan saat itu juga, karena tidak ingin merepotkan keluarga Kiai Hanan lebih lama. Apalagi keluarga nya juga belum mengetahui bahwa ia kini tinggal dilingkungan pesantren beberapa hari ini. Dan ia juga absen dari kuliahnya sejak ia tinggal di kediaman Kiai Hanan.
Kini mereka sedang sarapan bersama, dan Zayn juga ikut sarapan bersama dengan keluarga Kiai Hanan. Ia berniat menyampaikan niat kepulangan nya setelah mereka menyelesaikan sarapan pagi itu. Dimeja sudah ada Abah Hanan, Ummu Khadijah, Azlan, Zahra dan Zayn.
Mereka makan dengan keheningan setelah menggumamkan doa, tak ada yang bersuara, karena adab saat makan memang dilarang makan sambil berbicara. Zayn lebih dulu menghabiskan makanan nya, disusul oleh yang lainnya.
Zayn menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum menyampaikan niat Kepulangan nya. Walaupun keluarga Kiai Hanan tidak pernah menyinggung kapan ia akan kembali kerumahnya, namun ia cukup sadar diri bahwa ia disini hanya menumpang untuk sementara waktu selama pemulihan nya.
"Abah, Ummi, sudah lima hari Zayn tinggal disini, dan kalian merawat Zayn dengan kesabaran dan keikhlasan. Zayn mau pamit hari ini untuk pulang kerumah. Mama dan papa juga belum mengetahui kabar Zayn yang sebelumnya. Karena mereka tahunya Zayn hanya liburan kesini."
Walupun ia sudah jauh dari agamanya, dan sudah lama sekali meninggal kan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi ia masih tahu adab dan etika di hadapan orang-orang yang telah menolongnya.
"Bagaimana setelah acara pernikahan putri Abah saja kamu pulang nak. InsyaaAllah dua hari lagi acara pernikahan putri Abah Zahra."
"Begitu ya bah, baik bah. Zayn akan tinggal dua hari lagi disini, setelah pernikahan putri Abah selesai, Zayn izin pamit Bah, Ummi,"
"Alhamdulillah, ya sudah, kalau begitu Abah pamit dulu untuk mengisi kajian di masjid pagi ini. Kamu kalau mau berkeliling pondok bisa ditemani oleh Gus Ashraf, atau kamu mau ikut kajian Abah juga silakan. Ashraf dampingi nak Zayn untuk hari ini," ucap Abah kepada Zayn dan beralih berbicara kepada putranya.
"Baik bah, terimakasih bah." jawab Zayn.
"Baik Abah." jawab Gus Ashraf.
"Nak, karena pernikahan kamu tinggal dua hari lagi, jangan meninggalkan rumah tanpa mengabari Ummi, Abah maupun kakak kamu." nasehat Ummu Khadijah.
"Baik Ummi."
"Ya sudah, Ummi mau ke pondok dulu menemui ustadzah yang sedang mengajar hari ini. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Ashraf, Zahra, dan Zayn.
Kini tinggal lah Zahra, Ashraf dan Zayn di meja makan. Zayn bingung memulai pembicaraan, walaupun ia sudah banyak berbicara dengan Ashraf, namun ia belum pernah mengobrol sama sekali dengan Zahra. Zahra yang merasa canggung diantara pemuda tampan dan kakaknya itu pun pamit ke kamarnya.
"Kak, aku ke kamar dulu ya. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
"Bagaimana Zayn, apakah kamu mau mengikuti kajian? Atau mau berkeliling pondok?"
"Ikut kajian saja Gus, setelah itu baru berkeliling pondok. Sebelum pulang saya ingin melihat-lihat terlebih dahulu. Karena saya juga tidak tahu kapan akan kembali kesini.
"InsyaaAllah Allah akan membawa kamu kesini nantinya. Mari, kita ke masjid sekarang."
"Mari Gus."
Kini Gus Ashraf dan Zayn berjalan menuju masjid yang ada di lingkungan pondok pesantren. Semua mata tertuju kepada Zayn, apalagi para santriwati. Pandangan mereka sama sekali tak berkedip melihat ketampanan lelaki itu.
"MasyaaAllah, siapa itu? Ganteng banget? Suami idaman. Nggak kalah ganteng dengan Gus Ashraf."
"Spek suami idaman sih ini."
"Shalawatin dulu deh."
"Astaghfirullah, jaga pandangan ukhti,"
"Astaghfirullah maaf, tapi sesekali cuci mata tidak apa-apa kan, hehe."
Begitulah bisik-bisik para santriwati yang melihat ketampanan seorang Zayn. Jangankan para santriwati, para santri pun mengakui bahwa Zayn sangat tampan. Seperti oppa-oppa Korea kata mereka, hihi.
"Kenapa mereka melihat saya sebegitu nya Gus? apa ada yang salah dengan penampilan saya?"
Zayn melihat dirinya, perasaannya tidak ada yang salah dengan penampilan nya. Ia mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian yang di kenakan Gus Ashraf. Apa dirinya tidak cocok memakai pakaian seperti Gus Ashraf, begitu pikirnya. Ya, karena ia tidak membawa baju ganti, jadi selama tinggal di kediaman Kiai Hanan, Zayn menggunakan baju milik Gus Ashraf.
"Tidak ada yang salah, biasa mereka tidak pernah melihat lelaki tampan." jawab Gus Ashraf terkekeh.
Ia juga mengakui bahwa Zayn lelaki yang ia dan Abahnya tolong begitu tampan. Dengan tinggi semampai dan kulit putih bersih. Sewaktu wajahnya babak belur memang tidak terlihat, namun kini lebamnya sudah hilang, sehingga terlihat lah ketampanan seorang Zayn. Bahkan Gus Ashraf yang sudah tampan saja kalah dari ketampanan seorang Zayn.
"Biarkan saja, ayo kita ke masjid."
"Baik Gus."
Kini Zayn dan Gus Ashraf sudah berada di masjid. Abah memberikan kultum pagi itu sebelum para santri dan santriwati memulai pembelajaran. Salah satu yang disampaikan oleh Kiai Hanan menyentuh hati seorang Zayn.
"Ya Allah, begitu jauh selama ini hamba dari engkau. Karena rasa kecewa hamba kepada engkau yang telah memanggil saudara kembar hamba lebih dulu, dan orang yang sangat hamba cintai dari dunia ini, sehingga hamba menyalahkan engkau dan melupakan tanggung jawab hamba sebagai umat mu. Sungguh hamba berdosa selama ini. Andaikan hamba tidak di tolong oleh Abah Hanan dan Gus Ashraf, apa hamba kini sudah tidak ada di dunia ini." Bathin nya berbicara.
Meluruh lah buliran bening itu membasahi pipi nya yang mulus. Namun ia segera menghapus kasar sebelum yang lain menyadarinya. Entah kenapa sejak ia di pesantren ini selama beberapa hari ini. Mulai terketuk pintu hatinya. Karena setiap hari ia mendengar suara seruan azan, mengaji serta ceramah yang ia dengar. Karena kediaman Abah Hanan memang dilingkungan pesantren. Sudah sangat jelas terdengar oleh telinga Zayn.
Ya, dulu Zayn adalah lelaki yang taat beribadah. Namun kejadian beberapa tahun silam yang merenggut nyawa saudara kembar serta wanita yang pernah ia cintai, membuat ia menyalahkan takdir dan tak lagi mau melaksanakan ibadahnya kepada Yang Maha Kuasa.
Hingga kultum yang disampaikan Kiai Hanan berakhir, ia sama sekali tidak menyadarinya, karena telah hanyut dalam pikirannya sendiri mengingat kejadian masa lalu dalam hidupnya.
"Zayn, kamu kenapa? kenapa melamun? apa kamu kurang sehat?"
"Eh, bukan Gus, saya baik-baik saja. Hanya kepikiran orang dirumah. Pasti akan khawatir jika tahu keadaan saya sebelumnya tidak baik-baik saja."
"Begitu, nanti setelah kamu pulang. Sampaikan lah semuanya kepada kedua orang tua kamu."
"Iya Gus."
"Mari, kita lanjut berkeliling pondok."
"Ayo Gus."
Zayn berusaha melupakan ingatan masa lalunya itu. Ia tidak ingin terlalu larut seperti dahulu. Ia tidak ingin membuat khawatir keluarga Kiai Hanan jika melihat ia terus melamun. Gus Ashraf memperkenalkan semua ruangan yang ada di asrama putra maupun putri, dan apa saja yang mereka pelajari selama mondok di pesantren Abahnya.
...****************...
Assalamu'alaikum sahabat Musim_Salju.
Ini karya kedua Author. baca juga karya pertama author yang berjudul PENANTIAN KEKASIH HALAL. Jangan lupa dukungan nya juga agar Author semangat dalam menyelesaikan tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan jejak (like, komen, subscribe, vote dan favorite kan agar tidak ketinggalan update selanjutnya). Karena tanpa dukungan sahabat semua. Novel yang Author tulis tidak ada artinya. Terimakasih.
Follow Ig Author @winda_srimawati
...----------------...
...To Be Continued...
Namun, akhirnya aq sadar...dg banyak membaca novel2 religius, semakin memperluas wawasanku. Bahwa semua yg telah digariskan dlm hidup kita, yakinlah bahwa Allah memberikan yg terbaik kpd kita...keyakinan itu hrs terua dihayati dr hati, byk² berdoa dan istighfar...