Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.
Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.
Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;
"Mama."
Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. BUKAN LAWAN SEIMBANG
Kantor pusat Morelli Corporation malam itu sunyi, hanya cahaya layar monitor yang berpendar di ruang kerja Hans. Di tangannya, secangkir kopi hitam yang masih menguap seperti teman sempurna. Matanya menatap data saham yang turun-naik, laporan berita online yang berisik dengan satu nama; Raven Wattson.
Di layar besar di depannya, tayang ulang cuplikan wawancara Raven yang berusaha menutupi skandalnya sendiri.
"Saya tidak ingin membahas hal pribadi, tapi Hans Morelli telah memanipulasi keadaan. Elena adalah istri saya, dan saya akan menempuh jalur hukum untuk menuntut keadilan."
Hans tersenyum tipis. Senyum yang tidak menunjukkan emosi apa pun.
"Jalur hukum?" gumam Hans pelan. "Lucu sekali kalau orang kotor bicara tentang hukum. Dan masih berani memanggil Elena istrinya padahal sudah resmi cerai."
Hans menutup file di layar, lalu menekan satu tombol di ponselnya. Suara seorang pria muda terdengar dari seberang, dalam nada hormat; Roland.
"Hans. Investor dari Belanda sudah menyetujui pendanaan. Mereka juga bersedia membantu mengalihkan kontrak energi dari Wattson Industries ke pihak kita," lapor Roland yang kini dalam mode sebagau asisten Hans.
Hans menatap jendela besar di belakang meja. Kota itu berkilau di bawah langit malam, seolah tunduk padanya.
"Bagus," kata Hans tenang. "Kita mulai dari fondasi yang dia bangun sendiri. Satu per satu, aku ingin setiap proyeknya kehilangan napas. Hubungi para dewan, kita akan melakukan rapat secepatnya."
"Baik," jawab Roland langsung dari seberang telepon.
Hans menutup panggilan. Lalu membuka e-mail rahasia berlabel The Circle; jaringan investasi gelap yang bahkan sebagian besar dewan Morelli tidak tahu keberadaannya.
Subject: Operation Glassfall - Approval Required.
Target: Raven Wattson - CEO Wattson Industries.
Method: Media & Financial Collapse.
Hans menandatangani persetujuan digital dengan sidik jarinya.
Dalam hitungan menit, ratusan akun anonim di media sosial mulai menyalurkan berita-berita manipulatif, artikel investigasi palsu, dan bocoran kontrak ilegal yang dikaitkan pada Raven.
"Kau akan merasakan bagaimana terbakar akibat bermain api yang kau anggap kecil, Wattson," ucap Hans dengan senyum dingin.
Dan benar saja.
Pagi harinya, media nasional penuh dengan satu headline:
'Wattson Industries Diduga Menggelapkan Dana Proyek Pembangunan!'
Di ruang rapat Morelli Corporation, suasana berubah menjadi tegang tapi terkendali. Para dewan yang sebelumnya panik karena skandal 'rebut istri orang' kini duduk tenang, sebagian bahkan tersenyum samar.
"Bursa sudah mulai memihak kita lagi," ujar salah satu anggota dewan, suara lega terdengar jelas.
Hans duduk di kursi ujung meja, jas hitamnya rapi, dasinya sempurna. Namun yang membuat orang tak berani menatapnya bukan penampilannya, melainkan auranya yang dingin, nyaris tanpa manusiawi.
"Kalian lihat?" kata Hans tenang. "Dunia tidak peduli siapa yang benar atau salah. Mereka hanya peduli siapa yang terlihat menang."
Salah satu dewan bertanya hati-hati, "Apakah Anda yakin langkah ini tidak akan memicu penyelidikan ke kita?"
Hans menatapnya, sorot matanya tajam seperti pisau.
"Jika mereka berani menyelidiki Morelli, berarti mereka sudah siap kehilangan lisensi mereka. Dan aku tidak berpikir siapa pun cukup bodoh untuk itu. Jangan terlalu meremehkan Morelli," ujar Hans penuh keangkuhan saat ini.
Hening. Tak ada yang berani menimpali.
Hans melanjutkan, "Wattson mungkin pikir aku akan sibuk membersihkan nama. Tapi aku tidak bermain di ranah yang sama dengannya. Dia berperang di permukaan, aku di bawah tanah."
Beberapa jam kemudian, di sebuah restoran mewah di distrik elit, Hans bertemu dengan pria berjas abu-abu yang wajahnya tidak dikenal publik, pria yang memegang saham besar di beberapa perusahaan media.
"Mr. Morelli, semua stasiun berita telah menerima brief baru. Kami akan menurunkan nada pemberitaan Wattson mulai besok pagi," kata pria tersebut.
Hans menyesap wine-nya, lalu bertanya ringan, "Dan tentang kontrak kerja sama dengan korporasi Singapura yang dulu milik Wattson?"
"Sudah di tangan kita, Sir. Mereka membatalkan kerja sama dengan Wattson karena reputasi buruknya,"
Hans tersenyum kecil. "Raven bisa kehilangan semuanya bahkan tanpa aku harus menyentuhnya langsung."
Ya, Hans ingin mengingatkan bahwa Raven tidak seharusnya memrovokasi Morelli.
Di sisi lain kota, Raven memecahkan gelas di ruang kantornya.
"Ini semua ulah Morelli!" teriak Raven, wajahnya merah padam.
Jessy berusaha menenangkan, tapi Raven menepis tangannya kasar.
"Dia pikir dia bisa jatuhkan aku lewat media? Aku akan lawan balik! Aku masih punya koneksi politik!" seru Raven.
Namun di layar ponsel pria itu, notifikasi terus berdatangan, investor menarik dana, kontrak dibatalkan, reputasi runtuh.
Raven tidak tahu, semua itu bukan kebetulan. Itu Hans.
Dan di balik semua langkahnya, Hans hanya butuh satu dorongan kecil untuk membuat sang musuh kehilangan keseimbangan.
Malam itu, Hans berdiri di kantornya menatap kel luar jendela besar yang memerlihatkan pemasangan kota Los Angeles yang masih ramai oleh aktivitas.
Hans menatap ke arah kota yang kini seolah dalam genggamannya.
Raven Wattson, pria yang dengan sombong mengumumkan akan menikahi Jessy dan menghinakan Elena di depan publik, kini berada di ujung kehancuran.
Namun Hans tahu, ini belum cukup. Belum sampai titik di mana Raven menyesal bernapas. Ia yang akan menjadi malaikat kematian untuk Raven, menggantikan Elena yang terlalu baik untuk jatuh ke jurang gelap.
Ponselnya bergetar. Roland menelepon.
"Hans, orang kita di dalam Wattson memberi tahu kami bahwa mereka akan mengadakan konferensi pers darurat besok," lapor Roland.
Hans tersenyum samar. "Biarkan. Dan pastikan setiap wartawan yang hadir bekerja untuk kita."
"Baik," jawab Roland.
Hans mematikan panggilan, lalu memutuskan untuk pulang. Rasanya ia merindukan jagoan kecilnya yang berlari ke sana-sini dengan wajah riangnya.
Di perjalanan Hans berusaha tidak memikirkan apa pun. Setidaknya ketika ia pulang ia tidak ingin membawa masalah yang saat ini ia hadapi.
Dan ketika sampai di rumah, kejutan kecil menunggunya.
Lagi, Elena berdiri di dapur, mengenakan apron berwarna lembut, rambutnya diikat sederhana. Di meja makan, Theo sudah duduk sambil memainkan mobil mainannya seraya berceloteh.
Aroma masakan hangat menyelimuti ruangan.
Hans berhenti di ambang pintu, seolah tak percaya pada ketenangan yang tiba-tiba menggantikan hari yang penuh intrik. Ini sudha kesekian kalinya Hans mendapati Elena di rumahnya, menyambut Hans secara tidak langsung dengan kehangatan rumah.
Elena menoleh dan tersenyum. "Kau sudah pulang?"
Nada suaranya tenang, tapi matanya menyiratkan sesuatu, rasa ingin tahu, juga rasa lega.
"Kenapa? Kau seperti melihat hantu," tanya Elena ketika mendapati Hans berdiri menatapnya.
Hans menatap pemandangan itu lama, tanpa kata.
Setelah seharian bermain di dunia gelap, tempat uang dan kekuasaan saling mencabik, pemandangan sederhana ini terasa hampir seperti mimpi.
Theo tertawa kecil dan berlari menghampiri. "Papa!"
Hans menunduk, mengangkat anak itu, dan untuk pertama kalinya malam itu, ekspresi dinginnya sedikit mencair.
"Elena," kata Hans pelan. "Kalau kau terus seperti ini ... aku akan kecanduan dengan suasana ini."
Elena menatapnya lembut. “Aku tahu kau lelah dengan pergelutan dengan Raven. Aku hanya ingin kau ingat bahwa di rumah ... kau masih punya tempat untuk tenang. Lagi pula kau melakukan semua kegilaan itu karena aku juga."
Hans memandangi wajah wanita itu lama, sebelum akhirnya duduk. Tersenyum penuh arti.
Bagaimana mungkin Raven membuang wanita sebaik ini? Kau memang bodoh, batin Hans.
Makan malam berlangsung sederhana, tanpa percakapan berat. Namun di kepala Hans, strategi berikutnya sudah berputar, langkah baru untuk mengakhiri Raven sepenuhnya.
Dan saat Elena menatapnya diam-diam, ia tahu, pria di hadapannya bukan sekedar pengusaha. Tapi pemain yang memegang tali dari balik bayangan, yang siap menggulingkan siapa pun yang berani menentangnya.
Karena hanya Elena yang tahu bahwa Morelli adalah badai yang tidak seharusnya diundang.
masih penasaran sm mlm pertama mereka berdua, othor nih bikin penasaran aja deh 😁
kalau Elena gak mandul, semoga yg mandul Raven dan ternyata Jessy hamil dgn pria lain, pasti aku akan bersorak kegirangan 🤣
selamat atas pernikahan Hans dgn Elena dan selamat untuk Theo akhirnya Elena jadi Mama nya beneran 😍