NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Selamat siang, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran para juri yang menyempatkan diri dan meluangkan waktu, untuk berpartisipasi dalam acara yang perusahaan kami adakan."

"Para juri bisa mencoba semua makanan yang kami sediakan di sini. Nanti di akhir acara, kita akan memilih 10 orang yang akan menjadi juri inti, untuk menentukan produk mana yang nanti akan terpilih untuk kita produksi kedepannya."

"Jadi, tidak usah sungkan, silahkan semua menikmati hidangan yang kami sediakan. Untuk kritik dan saran, kami juga sudah menyiapkan kertas di setiap meja. Kalian bisa menulisnya di sana, agar perusahaan kami bisa terus membenahi diri."

"Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih dan selamat menikmati hidangan yang kami sediakan." Siang itu, Amelia memberikan sedikit pidato kepada para juri yang sudah dia undang untuk mencicipi sampel produk yang dibuat oleh perusahaannya. 

Berdasarkan rapat dan juga pemilihan yang selektif, akhirnya perusahaan menyiapkan sekitar 5 jenis hidangan dengan quantity yang sangat banyak, sehingga para juri yang diundang tidak merasa kekurangan.

Para juri yang merupakan dari kalangan masyarakat biasa pun sangat senang saat mendapatkan undangan dari perusahaan besar seperti itu, tentu saja mereka tidak lupa untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dan mempostingnya di sosial media mereka masing-masing.

Sementara para juri undangan masih menikmati hidangan yang disediakan oleh perusahaan tersebut, amelia dan staf yang lain pun menyiapkan untuk menentukan 10 juri inti yang akan mereka pilih.

***

2 jam berlalu, terlihat juga Dara yang menyempatkan hadir di acara yang dibuat oleh kakaknya tersebut. Dara kali ini datang sendirian, dia juga menikmati makanan seperti layaknya para tamu yang lain. 

"Sepertinya mereka berdua sangat punya banyak waktu luang," ucap Dara dengan mulut penuhnya, saat mendapati kedua orang tuanya yang terlihat sangat antusias dengan acara yang dibuat oleh kakaknya, terlukis dengan jelas raut wajah kedua orang tua Dara yang merasa sangat bangga, dengan pencapaian anak sulungnya tersebut.

"15."

"8." 

"2."

"24, 12, 18, 23, 20, 52, 82." 

Acara pemilihan juri inti pun berlangsung. Amelia mengambil bola yang sudah disediakan di dalam kardus dan membacakan nomor yang tertera di bola kecil tersebut, tentu saja kardus tersebut juga tertutup rapat, sehingga semua orang tidak bisa melihat isinya, termasuk juga Amelia. Hal itu dilakukan agar tidak ada orang yang berasumsi, bahwa pemilihan yang dilakukan oleh Amelia adalah rekayasa.

Saat para juri undangan melakukan reservasi di lobby, tiap orang diberikan nomor yang kemudian di tempelkan di dada mereka masing-masing. Jadi, nomor-nomor itulah yang akan menjadi penentu untuk menjadi juri inti.

"Sepertinya, acaranya juga berjalan cukup lancar," gumam Dara seraya terus menikmati makanan yang disediakan di atas meja.

10 juri inti yang disebutkan oleh Amelia pun maju ke depan panggung dan mereka dipersilahkan ke ruangan tertutup yang ada di sebelah aula, di sana sudah tersedia makanan-makanan yang disajikan di atas meja tadi, dengan tampilan yang lebih elegan. Satu juri inti duduk dengan 5 hidangan sekaligus. Sementara juri-juri lain yang tidak terpilih, mereka tetap bisa menikmati makanan di meja dengan puas dan juga bisa pulang lebih dulu. Tentu saja mereka tidak akan pulang dengan tangan kosong, karena pihak perusahaan sudah menyiapkan hampers untuk mereka semua yang sudah meluangkan waktu untuk hadir di acara tersebut.

"Beruntung sekali kita mendapatkan pelayanan yang baik seperti ini, di perusahaan besar pula," ucap salah seorang dari juri inti, sembari terus kagum melihat ke arah sekeliling. 

Ruangan tersebut benar-benar dipenuhi barang-barang mewah. Juri yang lain pun juga tersenyum setuju dengan pernyataan tersebut, ada juga yang tidak merespon, karena sibuk mengambil banyak foto dan mempostingnya di sosial medianya.

Sembari menunggu instruksi selanjutnya. Mereka saling berkenalan satu sama lain agar bisa menjadi lebih akrab

"Jena, fara, Putri, Dita, Arum, Lara, Yuri, Pak Didik, dan Pak Dion." 

Ada beberapa anak muda dan juga orang paruh baya yang terpilih untuk menjadi juri inti. Seakan suatu takdir, karena juri inti adalah dari semua kalangan, maka penilaian yang akan perusahaan dapatkan adalah dari berbagai sudut, seperti dari segi usia.

"Tunggu dulu, bukankah yang dipilih oleh perusahaan adalah 10 orang, kenapa kita hanya 9?" tanya Bu Yuri. Beliau merupakan seorang wanita paruh baya yang terpilih. 

Semua orang yang tadinya mengobrol dengan orang yang ada di dekatnya pun terdiam, mereka segera ikut menghitung berapa banyak orang yang ada di ruangan tersebut.

"Sepertinya nomor 8 yang tidak hadir," ucap Pak Dion.

"Sayang sekali ya, padahal sangat langka sekali bisa masuk ke perusahaan ini dengan pelayanan yang sangat istimewa," ucap Dita seraya terus memainkan ponselnya dan mengambil banyak foto dengan Arum, karena memang mereka duduk berdekatan.

***

Acara pun dimulai, para staf menyuruh 9 orang tersebut mencoba makanan yang dihidangkan kembali dengan perlahan dan memberikan skor di tiap-tiap hidangan yang mereka cicipi, mereka pun dengan senang hati melakukan hal tersebut. 

"Nomor berapa kira-kira yang akan kalian berikan skor terbanyak?" tanya Bu Yuri.

"Itu rahasia, kami tidak akan memberitahukannya padamu. Kita kan hanya disuruh mencicipi dan memberikan skor saja, biarkan nanti perusahaan yang menentukan, makanan mana yang nanti akan diproduksi,"  jawab Pak Didik, sementara yang lainnya hanya terus fokus untuk mencicipi makanan tersebut.

***

2 jam berlalu, mereka mencicipi makanan-makanan tersebut dengan santai, sehingga bisa memberikan penilaian yang objektif. Meskipun mereka sangat senang karena dijamu dengan sangat terhormat di perusahaan tersebut, tapi mereka juga cukup tahu diri, mereka hanya mencicipi makanan tersebut secukupnya, mengambil sedikit dari porsi yang dihidangkan, agar mereka juga tidak terlalu kenyang. 

"Apa kalian sudah selesai?" tanya Bu Yuri.

"Sudah, kami sudah selesai," jawab Arum, seorang gadis berusia sekitar 25 tahun dan baru lulus dari universitas. Dia saat ini tengah bekerja di salah satu badan sosial.

"Apa kalian semua sudah kenyang?" tanya fara, seorang gadis remaja juga yang usianya mungkin masih sekitar 25 tahun.

"Tentu saja kami belum kenyang, kami kan hanya mencicipi semua hidangan ini sedikit saja," jawab Lara.

"Bagaimana kalau setelah ini, kalian mampir ke restoranku?" tanya Fara.

"Apa kamu sudah memiliki restoran?" tanya Dita.

"Ya, aku menekuni dunia kuliner, jadi setelah lulus sekolah, aku mengambil kursus sembari melakukan pekerjaan paruh waktu. Setelah itu aku memanfaatkan lahan kecil milik keluargaku dan mencoba membuka restoran cepat saji," jelas Fara dengan malu-malu.

"Hebat sekali kamu, masih muda sudah memutuskan untuk wirausaha," puji beberapa orang hampir bersamaan.

"Bagaimana? Apa kalian mau mampir?" tanya Bu Yuri pada semua orang.

"Boleh juga, karena kita sudah terpilih menjadi juri inti, sepertinya kita juga perlu mengakrabkan diri. Itu juga bisa membuat kita sebagai anak muda menjalin relasi yang lebih luas," jelas Arum.

"Ah, rupanya pemikiranmu cukup luas juga ya," sahut Dita.

Sementara yang lainnya hanya mengangguk setuju, meskipun tanpa memberikan pendapat.

***

Setelah menyelesaikan urusan mereka dengan perusahaan. Mereka pun segera pergi ke restoran cepat saji milik Fara dengan berjalan kaki. Karena ternyata, restoran cepat saji milik Fara tidak jauh dari perusahaan yang mengundang mereka untuk menjadi juri.

***

Sesampainya di restoran, Fara segera menjamu mereka dengan menu-menu pilihan yang ada di restorannya. Karena restoran Fara bertajuk restoran cepat saji, maka tentu saja hidangan yang ada disana adalah burger, kentang goreng, sosis bakar, dan yang lainnya. 

Tidak tanggung-tanggung, Fara memberikan porsi yang lumayan banyak untuk 9 orang tersebut, agar mereka bisa puas menikmati hidangan di restorannya. Tidak lupa juga Fara meminta kritik dan saran dari orang-orang tersebut. 

"Permisi, aku mau ke toilet dulu," pamit jena.

"Silahkan, kamar mandinya ada di dalam, sebelah pojok kanan," jelas Fara.

Mereka pun segera makan bersama, sembari mengobrol santai dan menceritakan kehidupan mereka masing-masing. 

"KENAPA KAMU MENGAMBIL FOTOKU!" Tiba-tiba saja, saat mereka tengah asyik berbincang, Jena yang baru keluar dari toilet bertindak frontal kepada Dita, yang merupakan wanita lebih tua darinya.

"Ada apa denganmu?" Dita pun kesal.

Jena segera merebut ponsel Dita dan melihat semua isi galerinya. Namun ternyata tidak ada fotonya sama sekali, yang paling banyak dia lihat adalah foto makanan sejak di perusahaan maupun di restoran Fara.

Melihat raut wajah Jena yang tidak enak, Dita pun segera beranjak dari duduknya dan merebut ponselnya kembali. "Kenapa aku harus memotretmu? Apa ada yang istimewa dari dirimu?" tanya Dita dengan kesal.

"Aku ini adalah seorang selebgram, maka sudah semestinya aku membagikan setiap aktivitasku di sosial mediaku!" jelas Dita yang mulai emosi.

Jena memandangi Dita dengan tatapan tajam. "Pastikan saat kamu mengambil foto, tidak memotretku dan mempostingnya di sosial mediamu!" ucap Jena dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Dita tidak lagi menanggapi ocehan Jena, dia segera pergi ke arah toilet. "Hais, kenapa anak muda zaman sekarang ini bisa bertindak frontal seperti itu kepada orang yang lebih tua darinya!" geram Dita seraya dia terus berjalan. 

Meskipun Dita juga masih muda, tapi dilihat dari raut wajahnya saja, sudah bisa terlihat bahwa Dita usianya lebih tua daripada Jena.

Jena juga segera kembali duduk di kursinya seraya menikmati lagi makanan yang disediakan di meja, sementara orang yang lain melihatnya dengan sedikit canggung. Sangat terlihat sekali wajah Jena yang arogan saat ini.

Padahal sejak di perusahaan Jena lah orang yang paling diam, tidak begitu mengeluarkan pendapat, meskipun saat mereka tengah merundingkan tentang makanan yang mereka cicipi, sehingga mereka semua sangat terkejut dengan tindakan frontal yang dilakukan oleh Jena barusan. 

"Kenapa dia tidak boleh dipotret? Apa dia sudah melakukan hal kriminal?" bisik Lara pada Bu Yuri yang duduk di sebelahnya.

"Entahlah," jawab Bu Yuri dengan suara lirih dan sedikit acuh.

Namun hal itu pun juga cepat berlalu dan tidak terlalu membuat pusing orang-orang, mereka segera mengobrol lagi dan menikmati makanan yang ada.

***

Tidak terasa saat mereka masih asyik mengobrol, hari pun semakin larut, karena memang undangan dari perusahaan adalah tempat jam makan siang, maka tentu saja dengan kegiatan mereka yang cukup banyak hari itu, membuat hari tersebut berlalu begitu saja dengan cepat. 

"Apa ada yang satu arah denganku?" tanya Pak Dion.

"Kenapa?" tanya Dita.

"Aku adalah sopir taxi, jadi aku bisa memberi tumpangan pada kalian yang satu arah denganku," jelas Pak Dion.

Setelah mengobrol beberapa saat, ternyata rumah Dita, Arum, dan Bu Yuri satu arah dengan Pak Dion. Mereka bertiga pun memutuskan untuk menumpang pada taxi Pak Dion, sementara yang lainnya pulang masing-masing.

Pertama yang Pak Dion turunkan adalah Bu Yuri, karena memang beliau yang rumahnya paling dekat dengan jalur mereka. Setelah menurunkan Bu Yuri, Pak Dion Pun melajukan taxi nya kembali. "Siapa yang berikutnya?" tanya Pak Dion.

"Dia," jawab Arum dan Dita secara bersamaan, sembari saling menunjuk satu sama lain.

"Kamu saja yang duluan," ucap Dita.

"Anda saja," ucap Arum.

Arum dan Dita seakan tidak menemui titik terang dan terus saling menunjuk, Pak Dion pun tidak begitu menghiraukan, beliau hanya fokus mengemudi dan menentukan sendiri siapa yang akan turun lebih dulu.

***

Keesokan harinya.

Ditemukan seorang mayat perempuan dengan ciri-ciri yang sama persis dengan Putri Pak Krisna, yaitu jari kelingking sebelah kiri menghilang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!