Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 ~ CTDKI
Malam ini Casandra sengaja menelfon Haikal dan berpura-pura sakit perut. Sengaja dia melakukannya untuk memancing Haikal datang ke apartemennya setelah mengetahui bahwa malam ini Haikal ada janji makan malam bersama dengan Liora untuk merayakan ulang tahun istrinya itu.
Casandra mengambil kesempatan saat Haikal pergi ke kamar mandi dengan mengambil handphone milik pria itu yang tergeletak di atas nakas dan memindahkannya ke bawah bantal. Sementara kotak perhiasan yang akan dihadiahkan untuk Liora dia biarkan tetap disana.
"Aku harus pergi sekarang, Liora sudah menungguku." ucap Haikal begitu dia keluar dari kamar mandi.
"Kamu jangan lupa minum obatnya setelah itu istirahat." imbuhnya sembari mengusap lembut wajah Casandra.
Sebelum Haikal sempat melangkah, Casandra lebih dulu mendorong tubuhnya hingga jatuh terlentang di atas ranjang. Casandra naik ke atas kakinya dan dengan gerakan sedikit terburu-buru wanita itu membuka celana milik Haikal.
"Casandra, aku sudah sangat terlambat untuk... Ahhh..." Haikal tak sanggup menahan desahannya saat Casandra langsung memainkan juniornya dengan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Rasanya begitu nikmat saat miliknya dihisap kuat-kuat dengan gerakan maju mundur, membuat Haikal berkali-kali menggeram kenikmatan oleh permainan Casandra. Casandra memang sangat pandai membuatnya merasa puas sekaligus nikmat.
Janjinya untuk datang menemui istrinya terlupakan begitu saja saat hawa nafsunya mengalahkan akal sehatnya. Kini mereka sudah sama-sama polos dengan Haikal yang sedang berpacu di atas tubuh Casandra.
Kesempatan itu Casandra pakai untuk memainkan aksinya, tangannya merogoh ke bawah bantal dan mengusap layar handphone milik Haikal, mencari nomor Liora disana dan menghubunginya.
"Ahh... Faster... Terus sayang..."
Sengaja Casandra mengeraskan desahannya supaya Liora disana mendengar bahwa saat ini suaminya tengah bermain gila dengannya. Haikal semakin mempercepat gerakannya dan menyemburkan semua benihnya didalam milik Casandra. Malam ini dia harus bermain cepat karena Liora sudah menunggunya.
"Aku harus pergi sekarang," Haikal mencabut miliknya dan mengelapnya dengan tisu. Casandra selalu meminum pil KB setiap mereka selesai berhubungan badan hingga Haikal tidak takut wanita itu akan hamil.
"Buru-buru sekali, ayo kita main sekali lagi," ucap Casandra dengan manja, namun Haikal sudah keburu bangun dan memakai pakaiannya kembali.
"Lain kali saja. Hari ini Liora berulang tahun, aku tidak ingin mengecewakan dia," ujar Haikal yang kini sudah rapi.
"Ini handphonemu, tadi aku pinjam sebentar." Casandra mengulurkan handphone milik Haikal yang langsung diterima oleh pemiliknya.
Haikal memasukkan handphonenya kedalam saku celananya dan mengambil kotak perhiasan yang sudah dia siapkan untuk Liora. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam ketika Haikal pergi meninggalkan ruangan apartemen milik Casandra. Seandainya Casandra tidak menggodanya mungkin dia sudah sampai di kafe sejak tadi dan sedang menikmati makan malam bersama dengan istrinya.
❄️
❄️
"Maaf, aku terlambat,"
Satu kalimat itu mampu membuat Liora mengangkat kepalanya, menatap suaminya yang kini sudah berdiri di sampingnya dengan kotak perhiasan ditangannya.
"Aku bawakan hadiah untukmu," Haikal meletakkan kotak perhiasan itu didepan istrinya.
"Selamat ulang tahun, Sayang." ucapnya seraya membungkukkan sedikit badannya dan mengecup kening Liora dengan lembut.
"Apa kamu habis bertemu dengan seseorang?" tanya Liora, menatap suaminya yang kini sudah duduk dihadapannya. "Kak Marvin saja sudah pulang sejak tadi dan sempat mengantarkan aku sampai kemari. Lalu pekerjaan apa yang membuat kamu sampai terlambat datang kesini?"
Haikal menatap istrinya, menyadari tatapan berbeda dari Liora saat ini. Tatapan wanita itu tak lembut seperti biasanya, tatapannya begitu dingin dengan sikap yang yang ditunjukkan terlihat sangat berbeda.
"Ah, itu..." Haikal menggaruk pelipisnya. "Tadi aku tidak sengaja bertemu dengan teman lama jadi kami ngobrol-ngobrol dulu sebentar."
"Oh," jawab Liora singkat.
Keduanya langsung menikmati makanan yang sudah tersaji di atas meja, makanan yang sudah disiapkan sejak tadi dan bahkan sudah hampir dingin karena menunggu Haikal yang terlalu lama datangnya.
Perhatian Haikal teralihkan pada kalung yang melingkar di leher Liora, selama ini dia tidak pernah melihat istrinya memiliki kalung seperti itu.
"Apa kamu baru membeli kalung?" tanya Haikal, penasaran.
Liora menyentuh kalung itu dengan tangan kirinya, tersenyum tipis dengan pandangan tertunduk. Suara desahan yang dia dengar saat suaminya menelfon sangat melukai hatinya, hingga dia memutuskan untuk memakai kalung pemberian dari Marvin sebelum suaminya itu datang.
"Ini pemberian dari orang yang sangat spesial." jawab Liora.
"Spesial?" ulang Haikal dengan kening berkerut. "Apakah yang memberikannya seorang pria?" ada rasa tidak suka saat dia menanyakannya.
"Sepertinya itu tidak penting untuk aku jawab."
Liora membuka kotak perhiasan yang ada didepannya dan melihat sebuah gelang emas yang sangat indah didalamnya.
"Aku suka hadiahnya. Terimakasih." ucap Liora, menutup kotak itu kembali dan beralih menatap wajah suaminya.
"Liora," panggil Haikal dengan tatapan lembutnya. "Sepulang dari sini aku ingin mengajakmu menginap di hotel supaya kita bisa menikmati malam istimewa ini berdua. Kamu mau kan?"
❄️
❄️
❄️
"Coba kita main tebak-tebakan Kak, malam ini Kak Haikal dan Kak Liora akan pulang atau tidak?"
Audrey menghampiri sang kakak yang baru saja menepi dipinggiran kolam renang. Setelah pulang mengantarkan Liora, Marvin langsung menceburkan dirinya kedalam kolam renang untuk mendinginkan hatinya yang terasa panas, jujur dia merasa sangat cemburu karena malam ini Liora hanya pergi berdua saja dengan suaminya.
Meskipun belum ada cinta, tapi Haikal bisa saja memanfaatkan momen berdua ini untuk menginap di hotel bersama dengan Liora dan menghabiskan malam panjang berdua. Memikirkan semua itu membuat hati Marvin kian panas. Sungguh, dia tidak rela jika Liora sampai terjamah oleh pria lain meskipun itu adalah suaminya sendiri.
"Kakak tidak suka main tebak-tebakan," jawab Marvin, menatap adiknya yang sedang berdiri di samping kolam renang dengan kedua tangan dilipat di atas perut.
Audrey berdecak sebal, "Ini sudah tiga jam kakak berendam disini, tidak dingin apa malam-malam begini berenang?"
"Selain tubuh, hati juga perlu didinginkan." Marvin mengedipkan sebelah matanya, membuat Audrey bergidik geli.
"Ya ampun, Kak. Sebaiknya kakak keluarkan jurus gombalan kakak itu untuk merayu wanita diluar sana." ujar Audrey yang kemudian berjongkok di samping sang kakak yang masih merendam diri didalam kolam.
"Jadi apa tebakan Kakak? Malam ini mereka berdua akan pulang atau tidak? Kalau tebakan Kakak benar, besok aku akan traktir Kakak makan diluar." Audrey kembali bertanya.
Marvin terdiam sejenak, menatap air kolam yang nampak mulai tenang. "Tebakan Kakak adalah..."
🪷
🪷
🪷
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu