Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Rangga menunggu ke kasih hatinya di depan gerbang kampus seperti biasa dia lakukan.
"Kak..." panggil Rania yang sudah selesai kuliah.
Rangga langsung berdiri dan menghampiri pujaan hatinya.
"Makan dulu yuk sayang, kakak lapar" ujar Rangga mengelus sayang rambut Rania dan menatap sang ke kasih penuh cinta.
"Ayo, aku juga lapar, mau makan di mana?" tanya Rania.
"Kita ke pantai aja yuk, kakak ingin menikmati sore di pinggir pantai" ujar Ken.
"Kakak jangan ngadi ngadi deh, aku kan mau kerja kak" cemberut Rania kesal
"Kakak sudah minta izin kok, jadi kamu boleh lebur hari ini sayang" ujar Rangga.
"Klau perut lapar kita ke pantai yang ada habis itu sakit mag kak" sungut Rania, pantai dari tempat mereka masih dua jam lebih kurang, itu kalau ngak macet.
"Kan kakak bilang makan sambil melihat matahari sore, klau sekarang baru jam setengah sebelas, jadi sekarang kita makan siang di sini dulu, baru nanti makan malam di pinggir pantai" ujar Rangga.
"Baiklah terserah kakak aja, aku nurut aja" ujar Rania pasrah.
"Makan di mana sayang?" Rangga saat mereka melewati banyak tempat makan.
"Nasi padang aja yuk kak, Nia pengen makan tunjang" pinta Rania.
"Baiklah lah, buat tuan putri apa sih yang ngak" ujar Rangga memarkirkan motornya di sebuah warung makan padang.
"Da pakai tunjang satu, rendang satu, sama tambah satu, minumnya teh manis angat satu sama es jeruk satu, jangan lupa air putih" ujar Rangga memesan makanan.
"Siap bang" ujar pelayan tersebut.
"Yang, habis ini, temanin kakak ke rumah Albi sebentar ya" pinta Rangga.
"Siap pak boss" ujar Rania.
Mereka makan dengan lahap sesekali Rangga menyuapi sang kekasih dengan makanannya, begitu pun dengan Rania.
"Mau nambah yang?" tanya Rangga melihat piring Rania hampir kosong.
"Ngak ah... kak, sudah kenyang" ujar Rania mengelus perutnya.
Selesai mereka makan Rangga membayar makanan mereka dan mereka lansung meninggalkan warung makan tersebut menuju bengkel Gilang.
"Bang..." sapa Rangga.
"Ehh... Rang lu udah datang, sini masuk" ujar Gilang
"Ada apa abang manggil aku bang?" Tanya Rangga to the point.
"Ini mau ngasiin bagian lu untuk dua motor anak pejabat kemaren, katanya dia sangat puas atas pekerjaan lu, jadi dia juga kasih lu bonus banyak, dan juga ninggalin nomor kontaknya" ujar Gilang.
"Makasih ya bang" ujar Rangga penuh binar melihat gepokan uang di atas meja dan di dalam amplop coklat.
"Abang yang Terimakasih sama lu, gara gara ada lu bengkel Abang tambah rame" ujar Gilang.
"Ya udah bang kalau gitu aku pergi dulu ya?!" sopan Rangga mengajak kekasihnya itu.
"Nikah aja lah Ngga, kalian cocok kok, sama sama butuh tempat bersandar" ujar Gilang.
"Iya bang, nunggu Nia libur kuliah dulu, sekalian bisa pergi hanimun kaya orang orang" ujar Rangga, yang memsng niatnya hari ini melamar sang kekasih si pinggir pantai.
Rania yang mendengar ucapan sang kekasih lansung melotot tidak percaya.
"Kak..." panggil Rania.
Rangga hanya memberi senyum manis kepada sang kekasih, dan mengusap gemas kepala Rania.
"Yuk... yang" ujar Rangga memasangkan helm ke kepala kekasih cantiknya itu.
Sementara itu di ruang keluarga rumah Rangga terjadi perbincangan antara orang tua dan anak.
"Gimana sama incaran kamu bang?" tanya Sang papi.
"Dia kuliah di kampus Atmaja pi, namanya Rania, dia cantik dan anak paling pintar pi, banyak ngeluarin ngeluarin ide menarik ujar dosen, aku tertarik sama dia, tapi sayang dia susah di dekatin, katanya sudah mempunyai ke kasih" ujat Radit membayangkan wajah cantik Rania yang pernah beberapa mereka bertemu di kampus, tapi sayang gadis itu seolah menjaga jarak dengannya.
"Pepet terus, dia berguna bagi perusahaan kita, dapat kan dia dengan cara apa pun, ngak masalah dia dari keluarga mana pun, yang penting dia pintar" ujar Papi Ronald.
"Tadinya aku ingin ajak dia ke pesta kita, tapi dia menolak" keluh Radit.
"Berusahalah lebih keras lagi" ujar Papi Ronald menepuk nepuk pundak anak kesayangannya.