Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sampah yang dipungut
"Itu tempatmu tidur!" umpat Dewa melempar bantal ke wajah Ayra. Gadis itu mendelik kesal, ingin rasanya melempar kembali bantal itu ke wajah pria yang kini sudah jadi suaminya.
Ayra berjalan ke arah sofa yang ditunjuk oleh Dewa. Cukup besar untuk tubuhnya yang langsing. Dia mengalah, dia pendatang baru di sini.
Kembali dia melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambutnya. Rasa segar di tubuhnya setidaknya membuat jiwanya yang sempat terbakar bisa kembali adem.
Sejak dari pagi hingga malam ini, dia sudah bisa mempelajari satu persatu karakter orang-orang di rumah itu. Jangan ditanya lagi, mertua dan suaminya sangat membencinya, hanya Dito yang tampak tulus menyayangi dan melindunginya.
Ayra sempat berbincang dengan dua pelayan di dapur, dan bersyukur mereka begitu ramah padanya. Sempat bercerita kalau anggota keluarga ada dua orang lagi yang belum hadir. Pertama Egi, yang dia ketahui saat pernikahannya akan dilangsungkan pagi tadi adalah orang yang harusnya menikah dengannya. Putra sulung keluarga ini, anak kesayangan Dito, dan kedua, ada Oma Tika yang saat ini sedang melakukan perjalanan umroh.
Kalau menurut Tuti dan Jum, Oma adalah ibu Dito, orangnya galak, tegas tapi hatinya baik. Sayangnya dia milih-milih siapa yang dia sukai. Dan info yang terpenting diketahui Ayra, Oma Tika tidak akur dengan Maya.
Setidaknya Ayra satu kubu dengan Oma, dibenci oleh Maya, nyonya rumah itu yang super galak. Walau Dito cukup tegas, tapi biasanya pria itu tidak akan membantah omongan Maya.
Itulah sebabnya, para pelayan heran, mengapa saat perjodohan itu ditentang oleh Maya, Dito tetap bersikeras, ingin mempertahankan keputusannya, hingga banyak barang-barang mahal yang menjadi sasaran, dipecahkan oleh Maya saat mereka berdebat.
"Apa yang kau harapkan dengan pernikahan ini? Apa kau sudah gila? Kau kehilangan akal sehatmu, Mas, seiring dengan penyakit mu!" Salak Maya tanpa nurani. Mengingatkan kembali penyakit serius yang dialami Dito saat ini.
"Kau benar. Anggap saja aku memang sudah gila!" jawabnya singkat. Menatap ke arah jendela kamar mereka.
Kenangan itu muncul lagi. Tidak menyangka setelah puluhan tahun, akhirnya dia mendapatkan kabar dari sahabatnya.
"Katakan padaku, alasan apa sampai kau harus memenuhi keinginan orang miskin yang bahkan sudah meninggal!"
"Jaga lidahmu, May. Hormati sahabatku! Dia itu sahabat sekaligus penolongku!"
Dito kembali teringat masa itu. Kelam dan akan selalu dia ingat sampai menutup mata.
Dia akan berakhir di jalanan bersama anak dan istrinya kalau Heri tidak menolongnya. Tidak memiliki apapun, bahkan terikat hutang yang bertumpuk. Anak-anaknya kelaparan, dan Maya hanya bisa menuntut kala itu.
Dan dari semua yang terburuk, Dito hampir dijebloskan ke penjara karena tidak bisa membayar hutangnya.
Hingga dewa penyelamatnya datang. Heri yang juga sahabat dekat dan teman kuliahnya tanpa sengaja bertemu dengannya. Heri begitu gembira bertemu dengan Dito saat itu di pinggir jalan.
"Aku sudah lama mencarimu! Kemana saja kau?" ucap Heri memeluk Dito kala itu.
"Aku di sini, Her. Aku juga senang bertemu denganmu," jawab Dito terharu. Dia begitu gembira bisa bertemu kembali dengan teman masa kecilnya itu. Namun, raut gembira itu seketika menghilang kala melihat penampilan Heri.
Dito minder. Tentu saja, pakaian lusuhnya sangat berbanding terbalik dengan jas mahal yang dikenakan Heri. Seolah mengerti dengan pikiran sahabatnya itu, Heri mengajak Dito bicara di salah satu cafe, memesan dua cangkir kopi dan mengobrol.
"Aku akan membantumu," putus Heri tersenyum, setelah mendengar semua cerita nestapa Dito.
"A-apa? Maksudmu?" tanya Dito.
"Kau tahu Fly Corp?"
Dito mengangguk dengan cepat. Siapa yang tidak mengetahui perusahaan besar di kota ini.
"Aku akan memberikannya padamu. Kau yang akan mengelola itu," ucap Heri penuh yakin. Tentu saja Dito menganggap itu bercanda, mana mungkin perusahaan sebesar itu dengan entengnya diberikan Heri padanya, yang paling membuatnya tidak percaya, ternyata perusahaan itu milik sahabatnya.
"Aku serius, Dit," lanjut Heri, seolah mengetahui tatapan tidak percaya Dito. "Aku hanya ingin mengurus perusahaanku yang ada di Bandung saja," lanjutnya lagi.
Ah, kenangan itu tidak mungkin terlupakan oleh Dito. Setahun berlalu, dan selama itu mereka masih berkomunikasi. Dito sudah berupaya untuk memberikan sebagian keuntungan perusahaan yang dia pimpin, karena kini sudah semakin berkembang, tapi Heri menolak dengan tegas.
Masuk tahun kedua, Heri semakin susah untuk dihubungi, hingga benar-benar hilang kontak. Dia mencoba mencari tahu dengan berkunjung ke Bandung, dia ingat nama perusahaan Heri, tapi sesampainya di sana perusahaan itu sudah pailit, bahkan gedungnya juga sudah dijual.
Orang yang ditugaskan Dito untuk mencari Heri juga tidak membuahkan hasil, seolah raib ditelan bumi. Firasatnya mengatakan Heri dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
Hingga waktu terus bergulir, dan mereka benar-benar lose contact.
"Aku masih tidak mengerti, sepenting itu wasiat dari orang lain? Dia bukan siapa-siapa mu!" umpat Maya berteriak histeris.
"Dia bukan orang lain, dia adalah dewa penolong ku. Kalau tidak ada Heri, kau dan anak-anak mu, mungkin saja sudah jadi gembel di jalanan!" umpat Dito membuka pintu kamar lalu menghempaskan dengan kencang.
"Satu hal yang perlu kau ingat, kau mungkin sudah menikah denganku, tapi itu hanya demi permintaan papaku. Bagiku, kau bukan siapa-siapa, tidak berharga dan tidak penting. Jika kita bertemu di luar, jangan menyapa ku dan jangan memberitahu siapapun kalau kita suami istri!" ucap Dewa melipat tangan di dada, berdiri di tengah ruangan kamar, dan tepat di depan Ayra yang masih duduk.
"Kau tenang saja. Jika bagimu pernikahan ini tidak ada artinya, maka hal itu lebih tidak berarti lagi bagiku, tuan!" jawab Ayra tegas, sengaja menekankan kata tuan pada akhir kalimatnya.
Dewa sempat memicingkan matanya, menilai gadis itu yang dia nikahi, selain kampungan, dan juga tidak menarik, ternyata punya sikap liar dan bar-bar.
"Bagus lah kalau kau sadar diri, karena sampai kapan pun, kau hanya sampah yang dipungut ayahku, karena kasihan pada ayahmu. Asal kau tahu, betapa muak nya aku melihat wajahmu. Harapanku malam ini, ketika besok aku bangun, kau sudah menghilang, bagi debu tertiup angin, sama sekali tidak berharga!" hina Dewa sesaat sebelum meninggalkan kamar.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya