Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Perempuan bercadar itu langsung turun, begitu mobil sang suami berhenti di depan rumah mereka. Rasanya untuk menghormati suami macam Malik begitu malas. Dia lantas turun tanpa perduli pada lelaki yang masih setia di belakang kemudi. Mengambil kunci rumah dari dalam tas dan membuka pintu.
"Assalamu'alaikum," begitu ucapnya saat kaki kanan melangkah ke dalam rumah.
Giska langsung masuk ke dalam kamar, menaruh tas dan membuka cadar. Rasanya seminggu ini, ia begitu lelah. Lelah menjalani perannya sebagai istri yang tak terlihat.
Berhubung belum shalat isya, ia lantas berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelahnya, tak perduli suaminya di mana, ia langsung menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
Sementara itu di luar kamar. Tepatnya di dapur, Malik tengah menghangatkan makanan yang tadi ia beli di sebelah tempat jualannya. Di sebelah 'Kedai Cilok Kekinian,' adalah tempat warung makan. Warung yang menjual berbagai masakan. Dan yang di beli oleh Malik adalah makanan kesukaan sang istri semua. Dari pentol ekstra pedas, sampai sambal mercon. Semua makanan yang di sukai Giska memang yang berbau pedas, seperti sang bunda, Anugrah.
Semua makanan sudah beres, lantas ia pergi untuk memanggil Giska di kamar. Ia berjalan dengan langkah pelan dan ragu, juga sungkan. Tapi, jika tidak di panggil, sudah di pastikan istrinya itu tidak akan makan. Mau seperti apapun sikap Malik pada sang istri, dia tetap tidak ingin perempuan cantik itu sampai sakit.
Malik membuka pintu kamar dengan pelan, namun yang ia dapati adalah Giska yang tengah mendengar kajian di depan laptopnya. Kajian yang membuat perempuan cantik itu menangis.
Dari tempat Malik berdiri, ia bisa mendengar suara ustadz yang tengah berbicara tentang sebuah hadist yang mana menunjukan bahwa seseorang istri tidak akan mencium bau surga lantaran meminta cerai tanpa alasan syar'i.
Kini, Malik tahu kenapa Giska menangis, pasti karena tadi pagi dengan kesal wanita itu minta cerai padanya. Ia tak kuasa melihat perempuan tercinta yang kini tengah sesenggukan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Bahunya bergetar naik turun, terlihat sekali kalau kini perempuan itu tengah mearasakan sesal atas apa yang sudah dia katakan.
Ah, ingin sekali rasanya Malik mendekat dan memeluk erat sang istri. Ia ingin menenangkan dan mengatakan, 'tolong jangan benci aku. Aku butuh waktu sebentar saja untuk mengetahui sesuatu. Agar aku tak terlalu menyakitimu. Jika sekarang aku menjadikanmu istri yang sesungguhnya, aku takut kamu semakin kecewa, jika kenyataannya akan menyakitkan.' sayangnya itu semua hanya terucap di dalam hati saja.
Malik menarik napas kasar dan berlalu dari sana, tanpa mendekat ke arah sang istri. Ia tak kuasa sekarang. Ia hanya bisa seperti ini. Katakanlah dia pengecut, karena seperti itulah kenyataannya. Ia belum bisa jujur pada Giska untuk sekarang.
..._-_-_-_...
Nyatanya, makanan yang sudah di hangatkan dingin kembali. Sang pemilik makanan entah pergi ke mana. Yang jelas, saat Giska ke dapur guna mengambil air minum ia tak mendapati suaminya di sana, bahkan di tempat lainnya.
Rasa lapar yang tadi, sebelum pulang masih ia rasakan. Kini, sudah tak ada lagi. Ia hanya ingin minum agar sedikit saja rasa sesak di dada itu hilang. Giska hanya melirik sebentar ke arah makanan yang terlihat menggiurkan di atas meja, namun tidak ia sentuh. Ia hanya mengambil tudung saji dan menutupi semua makanan yang masih setia di sana.
Setelahnya, ia kembali ke kamar dengan segelas air. Begitu sampai di kamar, Giska menaruh gelas berisi air yang juga di tutup itu di atas meja. Lalu membuka mukenah dan membawa tubuh untuk berbaring.
'Cukup, sudah rasa lelah. Mari, kita istirahat,' begitu ucapnya dalam hati. Menyemangati diri sendiri, terbang ke alam mimpi setelah beberapa doa ia baca.
..._-_-_-_...
Pukul 02:30 dini hari, Malik baru pulang dari perginya tadi. Entah ke mana dia, yang jelas ia juga butuh tempat untuk menenangkan diri dari segala rasa yang membelenggu, rasa yang selama ini begitu menyiksa. Rasa yang belum bisa ia ceritakan pada siapapun. Bahkan pada Giska. Pun dengan kedua orangtua juga adiknya, semua tidak ada yang tahu, tentang apa yang tengah ia rasakan. Yang akhirnya menyiksa batin dan istri.
Dengan pelan Malik masuk ke dalam rumah, berjalan menuju ruang makan. Ia berharap, istrinya makan setelah menangis tadi. Tapi, ia harus kecewa saat membuka tudung saji karena semuanya masih utuh. Hanya saja kini, semua sudah kembali dingin.
Malik lantas memasukan semua makanan ke dalam kulkas, rasanya sangat sayang jika makanan yang tidak di makan itu sampai basi. Setelah itu, Malik lantas masuk ke dalam kamar. Tentunya dengan perlahan agar tak mengganggu tidur sang istri.
Malik kembali merasakan sesak saat menatap wajah ayu yang kini tidur dengan ujung mata nya yang terlihat basah. Masih ada sisa-sisa air mata di sana. Ah, dada rasanya semakin sesak. Namun, ia bisa apa?
Lantas, Malik mengusap lembut kepala Giska dan mencium puncak kepala Istrinya itu dengan sangat pelan. "Selamat tidur, my wife, semoga mimpi indah," ucapnya pelan.
Lalu, ia berlalu dari sana. Malik lantas mengambil air wudhu, ada baiknya Malik shalat. Begitu selesai wudhu ia lalu mengganti pakaian dan menggelar sajadah. Ia memulai shalat sunah nya.
Setelah shalat nya selesai, Malik tetap duduk di sana. Mengangkat tinggi-tinggi tangannya, lalu, menunduk dan mulai berdoa. Memohon kepada Sang Maha Pemberi Hidup. Begitu banyak yang Malik mau, sampai yang tadinya ia berdoa kini seolah memaksa. Lelaki 27 tahun itu menangis, memohon kepada Allaah Ta'ala, agar segala keinginan terkabul dan masalah cepat beres. Supaya tak lagi menyakiti hati sang istri.
Suara Malik yang terputus-putus membuat Giska terbangun dari tidur. Namun ia tak lantas beranjak atau bergerak. Ia bergeming di tempat, hanya membuka mata dan mendengar suara suaminya.
Dalam hati, ingin sekali Giska minta maaf atas apa yang tadi pagi ia katakan. Harusnya ia tak meminta cerai, harusnya dia bisa bertanya baik-baik dan meminta penjelasan dengan sabar. Namun, lagi-lagi dia hanya manusia biasa. Tempatnya salah dan tak sabar.
Giska lantas memiringkan badan, agar bisa melihat punggung lebar sang suami yang masih bergerak naik-turun. Lalu, Giska pun duduk dan menurunkan kaki dari ranjang, berjalan ke arah meja dan mengambil gelas. Setelahnya, tanpa sepatah katapun ia menaruh gelas yang berisi air itu di samping sajadah, di depan sang suami.
Lalu, ia kembali ke ranjang dan menyambung kembali tidur nya. Meninggalkan Malik yang kaget dan menyudahi sedihnya.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee