NovelToon NovelToon
Reborn To Revenge

Reborn To Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Lynnshaa

Seorang siswa SMA yang bernama Revan Abigail adalah siswa yang pendiam dan lemah ternyata Revan adalah reinkarnasi seorang Atlet MMA yang bernama Zaine Leonhart yang ingin balas dendam kepada Presdirnya.
Siapakah Zaine Leonhart yang sebenarnya? mengapa Zaine melakukan Reinkarnasi? Rahasia kelam apa yang disembunyikan Presdir itu?
Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lynnshaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 - PERTARUNGAN DI ARENA BAWAH TANAH

Revan berdiri di tengah arena, napasnya perlahan menyesuaikan ritme. Sorakan di sekelilingnya semakin keras, beberapa orang meneriakkan namanya meski mereka jelas tidak mengenalnya. Tapi semua itu hanya kebisingan di latar belakang.

Fokusnya hanya pada satu hal: pria bertubuh besar yang berdiri di depannya.

Pria itu tingginya hampir dua meter, otot-ototnya menggelembung di balik kulit yang penuh tato. Matanya menatap Revan dengan rasa geli. Seolah ini hanya lelucon baginya.

"Hah… bocah sepertimu serius mau bertarung denganku?" Suaranya berat, penuh ejekan.

Revan hanya mengepalkan tinjunya.

Riko, yang berdiri di luar ring, mengamati dengan tenang. "Jangan tegang," katanya. "Biarkan dia menyerang dulu."

DING!

Bel pertarungan berbunyi.

Dan pria bertato itu langsung menerjang.

BOOM!

Pukulan besar meluncur ke arah wajah Revan.

Refleks, Revan merunduk. Tinju raksasa itu meleset hanya beberapa sentimeter di atas kepalanya, cukup untuk merasakan angin yang mengikutinya.

Tapi pria itu tidak berhenti. Dengan gerakan cepat yang tidak seharusnya dimiliki oleh orang sebesar dia, siku kanan meluncur ke arah Revan.

Revan memiringkan tubuhnya, membiarkan serangan itu melewati bahunya.

"Bertahan lebih lama dari lawan, kemenangan akan datang dengan sendirinya."

Revan ingat kata-kata Zaine.

Dan sekarang, dia mulai memahami maksudnya.

Serangan demi serangan terus datang. Tinju, siku, tendangan—pria itu bertarung dengan kekuatan brutal, tapi tidak banyak strategi.

Dan Revan bisa merasakan tubuhnya mulai merespons dengan alami.

Dia tidak hanya menghindar. Dia membaca pola.

Setiap serangan memiliki celah.

Dan begitu dia menemukannya—

DUAK!

Revan bergerak cepat, menendang lutut pria itu dari samping.

Pria itu menggeram, kehilangan keseimbangan sesaat.

Kesempatan.

Revan tidak menyia-nyiakan momen itu. Dia maju selangkah, melompat sedikit, lalu—

BRRAK!

Sikutnya menghantam tepat di pelipis lawan.

Pria itu terhuyung. Matanya melebar. Dia mencoba membalas dengan tinju lain—

Tapi Revan sudah membaca gerakannya.

Dia berputar, menyapu kaki lawan dengan tendangan rendah.

BRUKK!

Pria bertato itu jatuh keras ke lantai.

Sorakan memenuhi arena.

Revan berdiri di atasnya, napasnya berat.

Lawan itu mencoba bangkit—tapi kakinya gemetar. Matanya kehilangan fokus.

Dan kemudian—

DUG!

Dia tumbang.

KO.

Arena meledak dengan teriakan dan tepuk tangan.

Revan tidak bergerak. Dia hanya menatap lawannya yang tidak sadarkan diri.

Bukan karena kemenangan.

Tapi karena sesuatu di dalam dirinya… mulai terasa berbeda.

Dia merasa hidup.

Riko, yang menyaksikan dari luar, mengangguk kecil. Dia tahu.

Revan akhirnya mulai memahami dunia ini.

Dan dia semakin siap untuk menghadapi apa yang ada di depannya.

Dua hari lagi.

Setelah kemenangan di arena, Revan tak banyak bicara. Dia bisa merasakan darahnya masih berdesir, efek dari pertarungan yang baru saja ia menangkan. Tapi lebih dari itu, dia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

Dia mulai memahami apa yang dimaksud Zaine dan Riko.

Bertarung bukan hanya soal teknik atau kekuatan. Ini soal membaca pergerakan, memahami ritme, dan menemukan celah sekecil apa pun.

Namun, saat Revan dan Riko keluar dari arena bawah tanah malam itu, sesuatu yang lain menunggunya.

Seseorang sudah berdiri di tengah lorong sempit yang menuju ke luar gedung.

Sosok tinggi, mengenakan hoodie hitam, dengan wajah yang samar tertutup bayangan.

Riko langsung menegang. "Revan, hati-hati."

Sosok itu tidak bergerak. Tapi ketika dia berbicara, suaranya terdengar dalam dan tajam.

"Kau berkembang lebih cepat dari yang kami duga."

Revan menyipitkan matanya. "Siapa lo?"

Sosok itu perlahan melangkah maju, tapi tidak sepenuhnya keluar dari bayangan. Hanya sebagian wajahnya yang terlihat—cukup untuk menunjukkan tatapan dingin yang seperti menembus tulang.

"Kau akan bertemu bos besok," katanya. "Tapi sebelum itu, aku diutus untuk memperingatkanmu."

Revan mengepalkan tinjunya. "Peringatan?"

Sosok itu mengangguk pelan. "Bos tidak suka orang yang keras kepala. Kau diberi kesempatan untuk datang dengan tenang… atau kau akan diseret."

Riko melangkah maju. "Kalo lo pikir kami akan takut dengan ancaman murahan seperti itu, lo salah besar."

Sosok itu tertawa kecil. "Riko Fernandez… selalu jadi anjing penjaga yang setia, ya?"

Riko tidak bereaksi, tapi Revan bisa merasakan ketegangan meningkat.

Sosok itu menoleh kembali ke Revan. "Kau punya pilihan, Revan. Gunakan kesempatanmu dengan bijak."

Kemudian, sebelum ada yang sempat bereaksi—

WHUSH!

Sosok itu menghilang ke dalam bayangan lorong, seperti bayangan yang ditelan kegelapan.

Revan merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.

"Siapa dia?" tanyanya pada Riko.

Riko menghela napas, wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.

"Seorang pembunuh," jawabnya. "Dan jika mereka sudah mengirim seseorang seperti dia untuk ‘memperingatkanmu’…"

Riko menatap lurus ke mata Revan.

"…maka besok bukan sekadar pertemuan biasa. Ini ujian."

Revan mengepalkan tinjunya.

Dia sudah siap.

Besok, dia akan bertemu dengan orang yang berada di balik semua ini.

Dan dia akan menemukan kebenaran tentang Zaine.

...***...

Revan dan Riko berdiri di depan sebuah gudang tua di pinggiran kota. Bangunan itu terlihat biasa saja dari luar, tapi Revan bisa merasakan atmosfer yang berbeda—terlalu sunyi, terlalu terisolasi.

Di sekelilingnya, beberapa pria berbadan besar berjaga, mengenakan pakaian hitam yang sama seperti orang-orang yang menyerangnya beberapa hari lalu.

"Ini tempatnya," kata Riko pelan. "Bersiaplah."

Revan menarik napas dalam dan melangkah maju. Dua penjaga membuka pintu besar di depan mereka, memperlihatkan interior gudang yang kosong… kecuali satu hal.

Di tengah ruangan, ada seseorang duduk di kursi, dikelilingi beberapa orang lainnya.

Revan langsung mengenali sosok itu.

Pria berjas hitam yang menemui mereka malam itu.

Tapi kali ini, dia bukan yang berkuasa.

Di belakangnya, berdiri seorang pria lain—tinggi, tegap, dengan rambut pendek dan mata tajam yang memancarkan wibawa dingin.

Dia mengenakan setelan abu-abu gelap, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapan matanya menelusuri Revan, seolah sedang menilai sesuatu.

"Jadi, ini bocah yang selama ini kalian cari?" katanya dengan nada datar.

Pria berjas hitam mengangguk. "Seperti yang Anda perintahkan, kami mengamatinya. Dia berkembang lebih cepat dari perkiraan."

Pria dalam setelan abu-abu menyipitkan matanya. "Menarik."

Revan mengepalkan tinjunya. "Lo siapa?"

Pria itu menyeringai tipis. "Kau bisa memanggilku Darius."

Nama itu terdengar asing, tapi insting Revan langsung memberitahunya satu hal—orang ini berbahaya.

Darius melangkah maju, tanpa terburu-buru, seolah dia sudah mengendalikan situasi sejak awal.

"Aku sudah lama menunggu kesempatan untuk bertemu denganmu, Revan," katanya. "Kau pasti bertanya-tanya, kenapa?"

Revan tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tajam.

Darius tersenyum kecil. "Karena aku punya jawaban yang kau cari."

Revan menegang. "Tentang Zaine?"

Darius mengangguk perlahan.

"Tapi sebelum itu," lanjutnya, "aku ingin tahu… apakah kau benar-benar pantas mengetahui kebenaran?"

Tiba-tiba—

WHUSH!

Darius mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, dua pria bertubuh besar menerjang ke arah Revan.

Revan sudah siap.

DUG!

Dia menghindari pukulan pertama, menangkis serangan kedua, dan meluncurkan tendangan ke sisi tubuh salah satu pria.

Tapi lawannya tidak jatuh begitu saja. Mereka lebih terlatih dari yang pernah dia hadapi sebelumnya.

Pertarungan berlangsung cepat, brutal. Revan membaca pola mereka, mencari celah, dan mulai membalas serangan dengan lebih efisien.

Riko tetap diam, tidak ikut campur. Dia tahu ini adalah ujian.

Setelah beberapa menit pertarungan sengit—

BRUKK!

Dua pria itu akhirnya terjatuh, terengah-engah di lantai.

Revan berdiri di tengah mereka, napasnya berat, keringat menetes di dahinya.

Darius mengamati dengan ekspresi puas. "Bagus."

Dia menoleh ke pria berjas hitam. "Kau benar. Dia memang punya potensi."

Revan mengepalkan tinjunya. "Gue ga akan peduli dengan potensi. Gue butuh jawaban."

Darius menatapnya lama, lalu akhirnya berkata,

"Baiklah. Aku akan memberitahumu satu hal, Revan."

Dia berjalan mendekat, hingga hanya beberapa langkah memisahkan mereka.

"Kematian Zaine… bukan kecelakaan."

Revan merasakan jantungnya berhenti berdetak sejenak.

"Gue tau"

Darius menatapnya tajam.

"Aku mau kau bekerjasama denganku, Revan." kata Darrius sambil menatap Revan

"Hah? Bekerjasama kayak gimana?" tanya Revan.

"Kita hancurkan Robert Marvolo dan kita juga sama-sama mendapatkan keuntungan, aku mendapatkan uang dari kepopuleran Robert, kau bisa menjadi Atlet MMA." jawab Darrius sambil menyilangkan kedua tangannya.

"A-apa...? GUE GA MAU JADI ATLET MMA! GUE HANYA MURID SMA BIASA!" teriak Revan sambil tidak percaya.

"Murid biasa? Apakah murid biasa bisa berkembang dengan bertarung sepertimu?" tanya Darrius.

"G-gue..." kata Revan sambil menundukkan kepalanya.

"Sudah cukup, ayo kita bekerjasama." Darrius pun mengajak Revan dan menjabat tangannya Revan.

1
Jing Mingzhu5290
Cepatlah melengkapi imajinasi kami, author!
nasipadangenakjir: bab 7 akan segera update yaa! terimakasih atas dukungannya 🤍
total 1 replies
Yuzuru03
Gilaaa ceritanya!
nasipadangenakjir: terimakasih! 🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!