NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. KETEGANGAN DI AULA

Hari ini ada pertemuan OSIS yang dihadiri oleh seluruh perwakilan kelas. Aula sekolah yang luas dipenuhi oleh siswa-siswa yang mengenakan seragam rapi, duduk berbaris dengan tertib. Mereka menunggu rapat dimulai di bawah kepemimpinan Ketua OSIS mereka—Rei Alexander.

Di antara kerumunan itu, Hana duduk di barisan belakang bersama Amina, Lena, dan Darren. Tangannya menopang dagu, matanya sesekali melirik ke arah panggung tempat Rei berdiri. Posturnya tegap, ekspresinya tetap dingin seperti biasa, dan sorot matanya tajam, membuat suasana di aula terasa lebih serius.

“Gila sih, Ketua OSIS kita ini benar-benar punya aura pemimpin,” gumam Amina pelan.

Lena mengangguk kecil. “Nggak heran dia disegani di sekolah.”

Darren hanya terkekeh sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. “Tapi dia juga terkenal kejam. Kalau ada siswa yang bikin masalah, bisa langsung kena peringatan.”

Hana mendengarkan percakapan itu sambil tetap memperhatikan Rei. Di depan semua orang, laki-laki itu tampak begitu karismatik dan dihormati. Tidak ada yang tahu kalau di balik sosok sempurnanya, dia adalah suaminya.

‘Lucu juga,’ pikir Hana dalam hati. ‘Di luar sekolah, dia suamiku. Tapi di sini, dia bertindak seolah aku tidak ada.’

Tiba-tiba, suara tepukan terdengar. Salah satu anggota OSIS naik ke panggung dan mengambil mikrofon. “Perhatian semuanya! Rapat OSIS akan segera dimulai.”

Rei mengambil alih mikrofon. “Baik, sebelum kita mulai, ada beberapa pengumuman penting.” Suaranya terdengar tegas dan penuh wibawa.

Semua siswa langsung diam, fokus mendengarkan.

“Saya ingin mengingatkan kembali bahwa minggu depan sekolah kita akan mengadakan festival tahunan. OSIS akan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan acara, dan saya harap semua perwakilan kelas bisa bekerja sama dengan baik,” lanjut Rei.

Beberapa siswa mengangguk, mencatat di buku mereka.

Namun, saat rapat mulai masuk ke sesi pembagian tugas, tiba-tiba ada suara yang menginterupsi.

“Aku ingin mengajukan protes!”

Semua kepala langsung menoleh ke arah suara itu. Seorang siswa laki-laki dari kelas sebelah berdiri dengan ekspresi tidak puas.

“Aku merasa ketua OSIS terlalu otoriter dalam pengambilan keputusan. Banyak hal yang diputuskan tanpa mempertimbangkan pendapat perwakilan kelas,” katanya lantang.

Beberapa siswa mulai berbisik-bisik. Hana melirik ke arah Rei, ingin melihat bagaimana reaksinya.

Namun, seperti biasa, ekspresi laki-laki itu tetap tenang dan dingin.

“Apa maksudmu?” tanya Rei dengan nada datar, tapi tajam.

Siswa itu menegakkan bahunya, tampak tidak takut. “Misalnya dalam pembagian anggaran festival. Kenapa sebagian besar anggaran dialokasikan untuk dekorasi panggung? Padahal ada banyak kebutuhan lain yang juga penting.”

Rei menatap siswa itu dalam diam selama beberapa detik, lalu berbicara dengan nada datar. “Anggaran sudah dipertimbangkan dengan matang. Keputusan ini diambil bukan hanya oleh saya, tapi juga oleh tim OSIS lainnya.”

“Tapi—”

“Apa kau punya usulan yang lebih baik?” Rei memotong dengan suara yang lebih dingin.

Siswa itu terdiam sejenak, lalu mendengus. “Aku hanya ingin lebih banyak transparansi.”

Rei menghela napas, lalu melirik ke arah salah satu anggota OSIS yang bertugas mencatat rapat. “Baik. Kami akan mempertimbangkan saranmu.”

Suasana aula mulai tenang kembali, tapi Hana bisa merasakan ada sedikit ketegangan di udara.

Setelah beberapa menit, rapat pun berlanjut seperti biasa. Namun, perhatian Hana masih tertuju pada Rei.

Laki-laki itu benar-benar memiliki cara untuk mengendalikan situasi.

Dan anehnya…

Untuk pertama kalinya, Hana merasa sedikit terkesan.

SELESAI RAPAT

Saat rapat berakhir, para siswa mulai beranjak keluar dari aula. Hana juga bangkit dari tempat duduknya, hendak keluar bersama Amina, Lena, dan Darren.

Namun, saat langkahnya melewati panggung, suara Rei terdengar.

“Hana.”

Langkahnya terhenti begitu mendengar suara yang begitu familiar.

Perlahan, ia menoleh dan mendapati sosok Rei berdiri tak jauh darinya. Ekspresi laki-laki itu tetap sama—datar, tanpa sedikit pun perubahan. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Tatapannya terasa lebih tajam dari biasanya, seolah menyiratkan sesuatu yang tak terucapkan.

Hana diam sejenak, memperhatikan sosok Rei yang kini berdiri dengan tubuh tegap, auranya tetap dominan seperti biasa. Namun, ada sedikit ketegangan dalam caranya menatapnya, meski tidak mudah terbaca.

Beberapa siswa yang masih berada di aula mulai melirik ke arah mereka, rupanya menyadari adanya interaksi yang cukup menarik di antara mereka berdua. Bisik-bisik samar terdengar, menunjukkan rasa penasaran mereka.

Namun, Hana berusaha tetap bersikap biasa, seolah interaksi ini bukanlah hal yang istimewa baginya. Ia mengangkat dagunya sedikit dan bertanya dengan nada ringan.

“Ya?”

Rei tidak langsung menjawab. Ia melangkah mendekat, mengurangi jarak di antara mereka. Suaranya terdengar lebih pelan, hampir berbisik, hanya ditujukan untuk Hana seorang.

“Jangan buat masalah di sekolah ini.”

Suaranya dalam dan penuh ketegasan, tapi tetap terdengar dingin, seperti peringatan yang tak ingin dibantah.

Hana mengerjapkan mata, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.

“Apa maksudmu?” tanyanya dengan nada datar, meskipun dalam hatinya, ia tidak bisa menutupi rasa heran.

Namun, seperti biasa, Rei tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya lebih dalam, seakan menilai sesuatu dalam dirinya. Detik berikutnya, tanpa memberi kesempatan bagi Hana untuk berkata lebih jauh, ia berbalik begitu saja.

Tanpa menoleh, tanpa menunggu respons, ia pergi begitu saja, meninggalkan Hana dalam kebingungan.

Hana hanya bisa menghela napas panjang, menatap punggung Rei yang semakin menjauh.

“Dasar pria dingin,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri.

Namun, tanpa ia sadari, sudut bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyum samar yang bahkan ia sendiri tidak mengerti alasannya.

1
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!