Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siksaan Fisik & Batin
Pagi hari Vania membuka matanya. Ia bernafas lega karena semalam tidak terjadi apa apa dengannya.
" Pagi." Sapa Leon.
" Pagi Kak." Sahut Vania.
" Sekarang mandilah! Aku sudah menyiapkan gaun untukmu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Leon.
" Iya Kak terima kasih." Vania masuk ke dalam kamar mandi.
Lima belas menit ia keluar dari sana. Adi yang baru saja bangun menatap kagum ke arahnya.
" Leon, apa kau menghabiskan malam dengannya sendirian? Kenapa kau tidak membangunkan aku? Kau curang mau menikmatinya sendirian? Sekarang berarti giliran aku yang melakukannya." Adi mendekati Vania.
Leon langsung menghadangnya.
" Tidak terjadi apa apa dengan kami, aku akan mengantarnya pulang." Sahut Leon.
" Bagaimana bisa seorang cassanova sepertimu melepaskan gadis secantik ini? Apa kau sudah tidak waras? Kalau kamu tidak mau biar aku saja yang melakukannya." Ujar Adk.
" Dia istrinya Gavin, kau mau mendapat masalah karena berurusan dengan Gavin?"
Adi melongo tak percaya.
" Dia istrinya Gavin? Kalau begitu aku tidak jadi menyentuhnya." Sahut Adi membuat Vania bernafas lega.
" Ayo Vania!" Ajak Leon.
Leon mengantar Vania pulang ke rumah Gavin. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
" Aku ucapkan terima kasih padamu Kak karena kamu telah menolongku." Ucap Vania.
Leon menatap sekilas ke arah Vania lalu ia fokus melihat depan lagi.
" Tidak perlu berterima kasih padaku, kau menyadarkanku akan perbuatan burukku selama ini." Sahut Leon.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di rumah mewah berpagar tinggi milik Gavin. Keduanya turun lalu masuk ke dalam.
" Kak Vania." Ucap Sandia menghampiri Vania.
" Kakak darimana? Kenapa Kakak bersama Kak Leon?" Tanya Sandia.
Belum juga Vania menjawab pertanyaan Sandia, terdengar suara langkah.
Tap tap tap
Gavin berjalan menuruni tangga menghampiri mereka.
" Sandia, masuklah ke kamarmu!" Titah Gavin.
" Baik Kak." Sahut Sandia meninggalkan mereka bertiga.
Gavin menatap Vania dan Leon.
" Tenang saja! Tidak terjadi apa apa di antara kami."
Ucapan Leon membuat Gavin terkejut.
" Kenapa kau tidak melakukannya? Apa dia kurang menarik? Atau kau sudah insyaf?" Tanya Gavin.
" Aku memang pemain wanita bro, tapi aku tidak mau memaksakan kehendakku kepada gadis yang tidak menginginkannya, aku bukan penjahat! Apalagi Vania seperti adikku, aku tidak tega melakukannya." Sahut Leon.
" Kalau begitu aku permisi." Ucap Leon meninggalkan rumah Gavin.
Gavin menatap nyalang ke arah Vania membuat nyali Vania menciut.
Gavin menarik paksa tangan Vania menuju kamarnya.
" Awh Mas sakit!" Keluh Vania.
Sampai di dalam kamar Gavin membanting tubuh Vania ke atas ranjang. Ia mengukung tubuh Vania dengan mata memerah karena amarah.
" A... Apa yang kau lakukan Mas?" Tanya Vania dengan gemetar.
" Aku akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan semalam." Sahut Gavin menarik kasar rambut Vania.
" Ah sakit Mas." Vania memegangi rambutnya.
" Aku ingin tahu seberapa jelek tubuhmu ini, hingga Leon sang cassanova saja tidak mau menyentuhmu!" Bentak Gavin.
" Mas jangan lakukan itu padaku dengan amarah Mas, ku mohon!" Pinta Vania.
Sret...
Gavin menarik gaun Vania hingga sobek.
" Jangan Mas!" Vania menutup tubuhnya dengan selimut.
Gavin menarik selimut itu lalu membuangnya ke sembarang arah. Vania turun dari ranjang lalu berlari menuju pintu. Ia tidak mau kalau Gavin memaksakan kehendaknya kepadanya.
Gavin segera menarik Vania lalu membanting nya di kasur lagi.
" Mas tenangkan dirimu! Jangan kasar seperti ini! A... Aku akan memberikan hakmu tapi tidak dengan cara seperti ini hiks... Ku mohon!" Isak Vania ketakutan.
Ia tahu kalau ini merupakan kewajibannya, tapi ia tidak mau Gavin berbuat kasar padanya. Ini sangat melukai harga dirinya.
" Kau berani mengaturku hah!" Bentak Gavin.
Plak... Plak...
Gavin menampar kedua pipi Vania membuat Vania meringis kesakitan.
" Rasakan ini!"
Gavin mencekik leher Vania hingga mata Vania melotot. Dadanya terasa sesak sekali, bahkan ia merasa nyawanya akan lepas dari tubuhnya.
" Aku akan memberikanmu pelajaran hingga kau sendiri yang memilih ingin mati, tapi aku tidak akan mengotori tanganku dengan membunuhmu."
Gavin melepas cekikkannya, ia mencengkram kuat dagu Vania lalu mencium kasar bibir Vania, Ia tidak segan menggigir bibir Vania hingga berdarah.
Air mata Vania terus menetes mengiringi kekejaman Gavin yang ia lakukan padanya.
Gavin melepas pakaiannya sendiri, lalu menarik pakaian d*l*m Vania hingga tubuhnya polos.
Tanpa ragu Gavin mengarahkan senjatanya ke goa Vania dengan paksa membuat Vania menjerit kesakitan. Jeritan Vania sangat terdengar menyenangkan di telinga Gavin. Ia terus memacu tubuhnya dengan cepat di atas tubuh Vania.
Berbagai posisi Gavin praktekan hingga membuat tubuh Vania terasa remuk. Gavin nampak begitu menikmati perbuatannya namun tidak dengan Vania.
Harga dirinya luruh sudah sebagai istri Gavin. Setelah mencapai puncaknya, Gavin tumbang di samping Vania.
" Hiks.... " Isak Vania merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya, terutama bagian bawahnya.
Mendengar tangisan Vania, Gavin turun dari ranjang memakai pakaiannya kembali. Ia keluar dari kamarnya.
Deg...
Jantungnya terasa berhenti berdetak saat melihat Sandia berdiri di depan kamarnya.
" San... Sandia." Ucap Gavin.
Sandia menatap Gavin yang terlihat acak acakkan.
" Apa yang Kak Gavin lakukan pada Kak Vania?" Selidik Sandia.
" Kenapa?" Gavin balik bertanya.
" Aku mendengar teriakan Kak Vania, dan aku yakin pasti Kakak memaksakan kehendak Kakak kepadanya." Ujar Sandia.
" Ini urusan rumah tangga Kakak, jadi kau tidak perlu mencampuri nya, tugasmu belajar yang baik supaya kelak kau bisa memimpin perusahaan." Gavin menepuk bahu Sandia.
Ia berlalu menuju kamar tamu.
Ceklek....
Sandia membuka pintunya. Ia menatap iba Vania yang sedang duduk menekuk kedua lututnya sambil terisak. Kondisi kamar kacau, pakaian Vania berserakan di lantai.
Sandia mendekati Vania.
" Kak." Sandia menyentuh Pundak Vania.
Vania mendongak menatap Sandia. Ia langsung mengusap air matanya. Ia tidak mau Sandia tahu perbuatan buruk kakaknya kepadanya, ia tidak mau Sandia kecewa dengan sikap Gavin. Bagaimanapun mereka saling menyayangi satu sama lain.
" Kak aku minta maaf atas nama Kak Gavin, aku tidak menyangka Kak Gavin bisa melakukan ini padamu, yang aku tahu selama ini Kak Gavin pria penyayang, dia selalu menyayangiku melebihi apapun, maafkan Kak Gavin Kak." Ucap Sandia menutup tubuh Vania dengan selimut.
" Tidak Sandia, kau salah paham kepada Kakakmu." Ucap Vania.
Sandia mengerutkan keningnya.
" Dia tidak melakukan apapun padaku, kami suami istri Sandia jadi wajar kan jika kami melakukan ini?" Vania menatap Sandi.
" Lalu kenapa Kak Vania menangis? Aku tadi juga mendengar Kak Vania menjerit. Dan gaun itu... Kenapa gaun itu sobek?" Tanya Sandia.
Vania tersenyum kepada Sandia.
" Sandia setelah kau menikah nanti, kau akan memahami semua ini, Kakakmu tidak sabar ingin menyentuhku, itu sebabnya dia merobek gaun ku, aku menjerit dan menangis karena memang rasanya sakit Sandia, bukankah jika baru pertama kali melakukannya rasanya sakit?"
Sandia menganggukkan kepalanya.
" Sekarang kau tahu kan alasan keadaanku saat ini, Kakakmu tidak bersalah! Maafkan aku karena kau harus melihat semua ini." Ucap Vania.
" Baiklah Kak, maafkan aku juga karena salah paham kepada kalian, dan aku juga sudah lancang masuk ke kamar kalian, aku hanya ingin memastikan kalau kau baik baik saja Kak." Ujar Sandia.
" Aku baik baik saja Sandia, jangan khawatir!" Sahut Vania tersenyum lebar.
" Kalau begitu aku keluar dulu Kak, Kakak langsung mandi aja karena sepertinya Kak Gavin mandi di kamar tamu." Ujar Sandia.
" Ok." Sahut Vania.
Setelah kepergian Sandia, Vania kembali menangis meratapi nasibnya.
" Hiks... Hiks.... Sakit Ya Tuhan... " Isak Vania.
" Kenapa Mas Gavin bersikap seperti ini kepadaku? Apa salahku sebenarnya? Kenapa dia terlihat sangat membenciku? Apa yang telah aku lakukan padanya? Ya Tuhan.... Aku yakin ini baru awalnya saja, aku pasti akan mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dari ini, aku harus menanyakannya padanya siapa ya aku tahu dimana letak kesalahanku, aku akan memperbaiki kesalahan itu, dan aku harus bersabar dengan sikap Mas Gavin, ini adalah ujian dalam hidupku dan aku yakin suatu hari nanti dia akan berubah... " Batin Vania.
Pada dasarnya Vania gadis yang baik hati, ia akan menerima apapun perlakuan suaminya. Ia akan mencoba membuat Gavin menyadari kesalahannya dan membuat Gavin menyayanginya suatu hari nanti.
Ada nggak yang sepemikiran dengan Vania nih?
Yuk tekan like koment vote dan kasih 🌹yang banyak buat Vania agar Vania semangat...
Terima kasih untuk readers yang sudah mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC...
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/