Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gevan
Jurang itu terlihat cukup dalam dan curam. Jika diukur, mungkin kedalamannya sekitar 10 meter, belum lagi di pinggirnya hanya terdapat semak-semak pendek yang tidak mungkin kuat dijadikan pegangan, bahkan akar pohon yang dipegangnya pun tak terlihat kokoh.
Suara lantang seorang pria yang sempat terdengar dari belakang berhasil membuat Syifana kaget. Begitu terkejutnya sampai dia mampir melepaskan cengkraman tangannya. Beruntung, pria yang berteriak tadi sempat melihat ke bawah dan langsung reflek memegang tangan korban.
Ternyata, pria sudah salah sangka. Gadis yang dia lihat sedang berjongkok di tepi jurang, ternyata tidak sedang bersiap bunuh diri, melainkan membantu seseorang.
"Kamu tarik tangan kiriku agar aku bisa lebih kuat menarik dia," ujar laki-laki itu menginterupsi Syifana.
Gadis dengan baju merah itu hanya menganggukkan kepala dan menurut tanpa banyak tanya. Meski, dia sendiri masih kesal atas tuduhan dari pria itu. Setidaknya ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat, lantaran pria yang sedang mengalami kecelakaan itu sedang berada dalam kondisi yang krusial.
Syafana melepaskan tangan korban, lalu beralih memegang tangan kiri pria berkemeja biru muda itu, sesuai dengan instruksinya tadi.
"Tarik dalam hitungan ketiga, oke!" ucap pria itu lantang, penuh wibawa kepemimpinan. "Satu, dua, tiga … tarik!"
Sesuai aba-aba, Syafana buru-buru menarik tangan pria yang entah siapa namanya. Sampai akhirnya korban berhasil dibawa naik ke atas dengan selamat.
Begitu sampai di atas korban terlihat tidak sadarkan diri, Syifana dan laki-laki berkemeja biru muda itu kebingungan karena di tempat itu hanya ada mereka berdua.
Laki-laki yang membantu Syifana menolong korban kecelakaan itu membaringkan korban yang sudah tidak sadarkan diri itu di tepi jalan.
Syifana celingukan karena mencari Bude Nur yang tidak kunjung sampai, apakah Bude Nur sama sekali tidak menemukan seseorang yang bisa membantu mereka? pikir Syifa.
"Kamu mencari apa?" tanya laki-laki itu setelah bisa menguasai nafasnya yang tadi sempat memburu.
Syifana hanya melirik sekilas lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada arah Bude Nur pergi tadi tanpa berniat menjawab pertanyaan laki-laki itu. Dia masih sangat kesal karena di tuduh akan mengakhiri hidupnya di jurang ini.
"Hei, kalau di tanya itu jawab! aku sudah bantuin pacarmu ini untuk naik ke atas, dan kamu tidak berniat berterima kasih padaku?" ujarnya seraya memandang Syifana.
Syifana membulatkan matanya setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Benar-benar laki-laki sok tahu. Setelah menuduhnya akan bunuh diri, sekarang laki-laki itu kembali menuduhnya adalah kekasih dari korban kecelakaan ini.
"Kamu kalau tidak tahu apa-apa, lebih baik diam. Aku juga tidak minta kamu menolongnya 'kan? atau kamu mau masukan dia ke jurang lagi? silahkan kalau memang kamu tidak berperikemanusiaan." Syifana berjalan meninggalkan kedua laki-laki itu.
"Hei, mau kemana kamu? jangan main tinggal yah! kalau dia mati aku yang sial nanti," teriak laki-laki itu.
Syifana tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan laki-laki menyebalkan itu. Walaupun dia yang membantu dirinya menyelamatkan korban, tapi Syifana merasa laki-laki itu sangat cerewet dan tidak punya sopan santun.
"Dasar, cowok aneh, cowok freak!" gerutu Syifana merasa kesal.
Saat Syifana menuruni jalan berkelok, bertepatan dengan Bude Nur dan beberapa warga lain yang menaiki jalan itu. Begitu melihat Bude Nur membawa beberapa orang yang bisa menolong mereka, Syifana terlihat mendesahkan nafasnya lega.
"Kamu mau kemana, Syifa?" tanya Bude Nur begitu mereka sudah berhadapan.
"Huh, akhirnya Bude sampai juga. Syifa kira Bude tidak ketemu orang, makanya Syifa mau susulin."
"Gevan," panggil Bude Nur pada seseorang di belakang Syifana.
Syifana menoleh ke arah Bude Nur memandang dan menyebutkan sebuah nama yang tidak asing di telinga gadis itu. Seketika Syifana mematung dengan mulut menganga saat sadar siapa yang di panggil Budenya barusan.
Bersambung...
Thanks For Reading..
_Nurmahalicious_