Ciuman pertama ku, tubuh ku, cinta dan perasaan ku hanya akan aku berikan kepada satu laki - laki saja yang betul - betul pantas untuk mendapatkan hal itu.
Namun engkau datang di hidup ku dengan sejuta masa lalu, dengan kehidupan malam mu.
Aku jatuh cinta bukan pada laki - laki baik
Aku jatuh cinta pada laki - laki tidak seperti yang ku harapkan.
Haruskah aku melanggar setiap janjiku, memberikan segala yang aku miliki untuk bisa menjadi milik mu?
Aku mencintaimu dengan tulus, dan berharap engkau juga seperti itu...
Namun hampir setiap hari aku melihat engkau bercumbu dengan banyak wanita.
Nona Diandra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ribka Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUS PERAWAN!
Pertanyaan yang dokter Louis ajukan membuat ke dua orang tuanya saling pandang.
"Ibu saja yang mengatakan kepada anak mu ini."
Sang Ayah yang tidak ingin berbicara banyak lebih menyerahkan persetujuan pasangan hidup untuk dokter Louis kepada istrinya.
"Baiklah pak, nak ibuk ingin punya menantu wanita Jawa."
Dokter Louis yang mendengarkan permintaan sang ibu hanya bisa menajamkan pandangan nya.
"Jadi itu syarat utama untuk bisa menjadi menantu ibuk?"
Dengan cepat sang ibunda mengangguk kan kepalanya di hadapan dokter Louis.
"Lalu bagaimana jika pada akhirnya jodohku bukan wanita Jawa seperti yang ibuk inginkan?"
Ke dua orang paruh baya yang saat ini berada di hadapan dokter Louis kembali saling pandang.
"Nak, ibuk sudah tua, dan ibuk tidak pernah meminta apapun kepada mu, satu hal yang ibuk minta kepada mu, izinkan ibuk untuk memilih kan pasangan hidup mu nanti."
Dokter Louis yang sebenarnya sudah tidak mengikuti tata cara keluarga nya, atau hal apapun yang dirasa sangat membosankan kini hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Baiklah bu, jika itu yang ibuk inginkan, Louis akan berusaha untuk menuruti nya."
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Louis, sang ibunda langsung tersenyum lega ke arahnya.
"Syarat ke dua wanita itu harus masih perawan."
Louis yang sedang meneguk teh nya langsung tersedak mendengarkan syarat ke dua yang diajukan oleh sang ibunda.
"Perawan? harus perawan? bu hari ini sudah susah untuk mendapatkan wanita yang masih perawan, lalu bagaimana caranya agar aku bisa mengetahui gadis itu sudah perawan atau tidak, apa aku perlu mencobanya terlebih dahulu agar tau?"
Ucapan sepontan dari dokter Louis langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang ibunda.
"Nak, ibuk sangat anti dengan hal itu, menghormati wanita, menjunjung tinggi harga diri wanita adalah salah satu kewajiban seorang laki - laki, untuk mengetahui apakah wanita itu masih suci atau tidak bisa di buktikan dengan tes kesehatan, ibuk yakin kau lebih tau karena kau seorang dokter."
Dokter Louis kini hanya bisa memijit - mijit pelipisnya ketika mendengarkan syarat ke dua untuk calon istrinya nanti.
"Baiklah bu, apa syarat selanjutnya?"
"Syarat selanjutnya adalah dia haruslah wanita sederhana yang mengabdi kepada suaminya."
"Maksudnya ibuk apa?"
Dokter Louis yang kini semakin tidak mengerti persyaratan yang diajukan hanya bisa kembali bertanya kepada sang ibunda.
"Setelah menikah, istri mu sama sekali tidak boleh bekerja, wanita itu hanya boleh berada di rumah mengurus suami, anak dan tentunya dapur kalian."
"Bu, sekarang hampir mustahil mencari wanita yang hanya mau duduk di rumah saja, mereka juga butuh bergaul, butuh teman dan lingkungan juga bu."
"Nak salah satu tradisi keluarga besar kita adalah ketika wanita sudah menikah maka dia sama sekali tidak boleh bekerja, semua penghasilan akan di dapatkan dari suaminya, itu sebabnya ibuk dan ayah mu sudah mempersiapkan segalanya untuk mu nanti."
"Apa syarat selanjutnya bu?"
"Syarat selanjutnya selama ibu tidak setuju untuk setiap calon yang kau bawa maka kau tidak akan pernah mendapatkan restu dari ibu."
Dokter Louis kini hanya bisa mengaduk - aduk sendok yang berada di dalam cangkir nya.
"Dad, apakah ada syarat khusus dari Daddy?"
dokter Louis mengatakan hal tersebut mencoba untuk mencari pertolongan dari Daddy nya.
"Maafkan Daddy Louis, untuk masalah menantu kita nanti sudah Daddy serahkan kepada ibu mu."
Dengan mengangguk dokter Louis pada akhirnya mendapatkan satu kesimpulan dari pembicaraan pagi hari ini.
"Baiklah, Louis mengerti apa yang harus Louis kerjakan."
"Nak, ibuk mohon untuk kamu tidak membawa sembarangan wanita masuk ke dalam rumah ini yah, terutama wanita yang tidak jelas asal usulnya, ibuk tidak perlu menantu kaya raya karena kita sudah punya segalanya, yang ibuk butuhkan adalah penghormatan dan pengabdian nya yang besar terhadap mu nanti, wanita sederhana, polos dan tentunya masih perawan."
"Ya, ibuk doakan Louis bisa bertemu dengan wanita yang kriterianya ibuk ajukan kepada Louis."
"Terima kasih nak, sekarang istirahat lah kau pasti lelah."
Setelah sang ibu mengatakan hal tersebut dokter dengan senang hati dokter Louis langsung berdiri dari tempat duduknya saat ini.
Sungguh menjadi hal yang sangat gerah ketika dia harus berhadapan dengan ke dua orang tuanya dan kembali membicarakan tentang jodoh dengan versi mereka.
Baiklah lebih baik aku tidur, karena pikiran ku tidak akan pernah tenang ketika terus memikirkan apa yang ibu mau.
Setelah mengeringkan rambutnya yang basah, dokter Louis segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mencoba untuk memejamkan ke dua matanya.
"Diandra, setelah ini kau mau langsung pulang ke rumah?"
Sore hari pun tiba, saatnya Diandra membereskan pekerjaan nya dan segera pamit pulang dari cafe tempatnya bekerja.
"Tidak Mer, aku mau lanjut bekerja."
"Bekerja dimana lagi Diandra?"
"Malam ini aku mau kerja paruh waktu di salah satu klub malam di tengah kota Jogyakarta."
"Astaga Diandra, kerja apakah kau di sana? jangan aneh - aneh deh."
Dengan cepat Diandra langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan yang seperti itu Mer, aku hanya membantu bagian dapur untuk cuci piring saja."
"Kau yakin?"
Merry menajamkan matanya untuk menatap ke arah Diandra mencoba mencari kebenaran atas apa yang telah Diandra katakan kepadanya.
"Bener Mer, tapi Mer aku butuh bantuan mu."
Tatapan memohon Diandra terhadap Merry kali ini seperti biasa sudah bisa diartikan oleh Merry.
"Kau pasti akan izin dengan ibu mu jika kau menginap di kosan aku kan?"
Diandra langsung tersenyum ketika Merry sahabat nya mengetahui jalan pikirannya kali ini.
"Astaga Diandra, mungkin aku menjadi anak paling durhaka karena selalu menutupi kebohongan mu ini."
"Merry, kau adalah salah satu teman ku yang paling aku percaya, aku hanya bisa meminta bantuan mu, tolong yah Merry, aku begini karena aku membutuhkan banyak uang untuk pengobatan jantung ibu ku."
"Ya, ya baiklah seperti biasa aku tidak akan pernah bisa menolak permintaan mu ini Diandra."
"Ah terima kasih Merry."
Dengan girang Diandra langsung memeluk Merry sahabatnya.
"Ayo kita pulang."
"Kita? kau yang pulang Mer, aku harus bekerja lagi."
"Ya, ya baiklah, jaga dirimu Diandra."
Diandra langsung tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Merry, dan tanpa butuh waktu lama Merry sudah tidak melihat punggung Diandra lagi.
"Diandra, sebagai sahabat aku hanya bisa mengatakan semoga kau bisa menggapai semua mimpi - mimpi aneh mu itu."
Merry sahabat dekat Diandra hanya bisa mengatakan hal tersebut sambil tersenyum.
Merry yang berasal dari luar kota Jogjakarta, sengaja mencari pekerjaan di kota tersebut dan lebih memilih untuk hidup sendiri kerap dijadikan tempat Diandra untuk membuat alasan kepada keluarganya jika Diandra ingin mengerjakan pekerjaan paruh waktu di malam hari.
masa endingnya menderita trus dari emak sampe anaknya...
dan selanjutnya derita sampe anak cucu 🤭
ini mungkin yg dinamakan nasib buruk tujuh turunan tujuh tanjakan tujuh kelokan