Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
Sekilas cerita tentang masa kecil Anne dan Spencer.
Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra menikah di awal tahun 1980-an. Mereka belum punya anak selama lima tahun pernikahan. Namun, akhirnya Nyonya Sandra hamil anak pertama setelah menjalani pengobatan herbal tradisional.
Mereka amat gembira atas kehamilan pertama itu, apalagi setelah dokter mengabarkan bahwa jenis kelamin bayi ini adalah laki-laki. Wah, yang paling senang tentu adalah Nyonya Sandra, dia menganggap bayi ini adalah penghapus aibnya yang sempat dihina mandul oleh orang-orang.
Akhirnya, lahirlah bayi pertama pasangan Tuan dan Nyonya Halinger yang diberi nama Spencer Halinger. Bayi kecil nan lucu ini dibesarkan bagaikan seorang raja kecil yang dimanja. Mainan, baju, dan makanan terbaik disediakan untuk sang pewaris bisnis keluarga Halinger. Spencer tumbuh sebagai anak yang dicintai ayah ibunya.
Nyonya Sandra masih ingin hamil lagi. Dia berencana punya tiga anak, yaitu dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Setelah Spencer berumur dua tahun, Nyonya Sandra hamil lagi. Kehamilan kali ini cukup merepotkan Nyonya Sandra karena dia terus muntah-muntah hingga dirawat di rumah sakit. Kondisi Nyonya Sandra lemah, dan dia minta bantuan kepada orang tuanya, yaitu Tuan Karim dan Nyonya Tinka untuk merawat dirinya dan Spencer.
Selang sembilan bulan, sudah tiba waktunya bagi Nyonya Sandra untuk melahirkan. Kata orang, bila muntah-muntah selama hamil maka tandanya sedang hamil anak perempuan. Namun, Nyonya Sandra tetap menguatkan hatinya dan berharap bahwa anak keduanya adalah laki-laki juga.
Ketika sudah di ruang bersalin, Nyonya Sandra tampak kelelahan dan kesulitan melahirkan bayinya padahal ini sudah kali kedua dia melahirkan. setelah semalaman di rumah sakit, akhirnya lahir seorang putri kecil. Saat perawat mengabarkan bahwa bayinya perempuan, betapa kecewanya Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan. Dari situlah awal mulanya pilih kasih itu bermula.
Nyonya Sandra tidak mau menyusui bayinya dengan alasan tidak mau bentuk badannya berubah dan juga karena sibuk membantu perusahaan bahan bangunan milik suaminya.
Akhirnya, Spencer yang berusia tiga tahun dan Anne yang berusia satu bulan dititip ke rumah Tuan Karim dan Nyonya Tinka. Jadi, Nyonya Sandra tidak mau repot dan memanfaatkan orang tuanya yang sudah lansia dan pensiun untuk mengasuh kedua anaknya. Nyonya Sandra memang memberi uang belanja untuk kebutuhan hidup orang tua dan anak-anaknya, serta menyediakan seorang mbak asisten rumah tangga agar meringankan beban Nyonya Tinka.
Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan seminggu sekali datang ke rumah orang tuanya di Jakarta untuk menengok kedua anaknya. Kadang sebulan sekali datang, bila mereka sedang sibuk bekerja. Betapa beruntungnya seorang Nyonya Sandra karena memiliki seorang ibu yang baik hati dan welas asih seperti Nyonya Tinka. Tentu tidaklah mudah bagi Nyonya Tinka di usia lansia, harus menjaga dua anak kecil, apalagi si bayi Anne yang masih sering terbangun bila malam hari untuk minum susu dan ganti popok.
Dua tahun berikutnya, Tuan Karim meninggal dunia karena sakit asma. Nyonya Tinka sekarang sendirian dalam merawat kedua cucunya. Namun, Nyonya Tinka tetap bahagia karena kedua cucunya ada bersamanya. Di antara kedua cucunya, Nyonya Tinka paling sayang kepada Anne karena dia tahu bahwa Anne adalah anak yang ditolak. Selain itu, Anne selalu sakit-sakitan, maka Nyonya Tinka memberi ekstra perhatian kepada Anne.
Setiap kali Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan datang, mereka hanya akan mengajak Spencer untuk jalan-jalan dan tidur bersama. Sebaliknya, Anne hanya di rumah saja bersama dengan Oma Tinka, begitu Anne menyapa Nyonya Tinka.
Nyonya Tinka membedakan sekolah kedua anaknya. Spencer didaftarkan di sekolah swasta ternama, sedangkan Anne di sekolah swasta biasa saja yang di dekat rumah. Spencer boleh kursus piano dan bahasa Inggris, sedangkan Anne hanya kursus bahasa Inggris saja, dan masih banyak lagi perbedaan yang diberikan untuk kedua anak tersebut.
Suatu kali, Anne memakan kentang goreng dan Spencer mengadukan ke Nyonya Sandra. Akhirnya, Nyonya Sandra memarahi Oma Tinka dan melarang menggoreng kentang untuk Anne. Oma Tinka tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tidak punya kekuatan apa-apa, sudah berusia lanjut dan tidak punya pekerjaan apapun. Kasarnya adalah Oma Tinka hanya menumpang hidup pada anaknya, yaitu Nyonya Sandra.
Peristiwa lainnya adalah saat Anne ada PR membuat prakarya rumah-rumahan dari karton. Anne kesulitan, sedangkan PR itu harus dikumpul senin pagi. Pas hari itu adalah Sabtu sore dan pasangan Halinger datang menginap di rumah Oma Tinka. Nyonya Sandra marah-marah dan akhirnya membuatkan prakarya itu dengan syarat Anne tidak boleh ikut tidur dengan orang tuanya di kamar Spencer. Jadi, akhirnya Anne tidur sendiri di kamarnya saja. Peristiwa ini begitu melekat di ingatan Anne kecil hingga dewasa.
Anne baru mengetahui perihal orang tuanya yang kecewa karena dia lahir sebagai anak perempuan saat dia berusia 10 tahun. Saat itu, hancur sekali hati Anne. Bukan salahnya 'kan bila dia terlahir sebagai anak perempuan? Mengapa dia yang harus dibenci dan dibeda-bedakan? Sungguh kolot sekali kedua orang tuanya, bahwa yang disayang adalah anak laki-laki karena dianggap sebagai penerus nama marga dan usaha orang tua.
Anne hanya bisa bercerita pada Oma Tinka dan menulis di buku diary-nya. Kadang bila sedih, Anne hanya menangis sendirian di kamarnya. Anne tidak punya tubuh yang kuat karena ada sakit skoliosis pada tulang ekornya. Namun, Anne anak yang pintar di dalam sekolahnya. Sayangnya, sebesar apapun usahanya untuk mencapai prestasi akademik, Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra hanya memandangnta sebagai hal biasa saja, yaitu anak kalau sekolah ya harus belajar sungguh-sungguh agar naik kelas. Lain halnya bila Spencer yang juara kelas, maka akan disambut dengan raut muka penuh sukacita oleh Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra.
Hanya Oma Tinka dan Tuan Handri (adik bungsu Nyonya Sandra) yang menyayangi Anne. Tuan Handri membanty mengasuh Soencer dan Anne selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia menikah dengan kekasihnya. Anne amat kehilangan pamannya ini, tapi apa mau dikata, sudah seharusnya Tuan Handri menikah, bukan?
Hari demi hari berlalu. Anne tumbuh menjadi anak yang baik dan suka menyumbang panti asuhan. Di sisi lain, Anne pun menjadi anak yang keras kepala dan penuh luka batin. Hanya Oma Tinka, Tuan Handri dan Kakek Thomas, yaitu ayah dari Tuan Ridhan yang mengetahui sisi baik seorang Anne Halinger. Bahkan kedua orang tuanya pun sudah tertutup mata hatinya terhadap anak gadisnya ini, hanya karena masalah gender. Sebetulnya Nyonya Sandra aneh juga, kalau masih ingin punya anak laki-laki, kenapa tidak hamil lagi saja? Jawabannya adalah karena sudah capek menderita saat hamil. Dua anak sudah cukup.