Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerai
..."Apa aku harus menunggu lebih lama lagi agar engkau mau membuka hati untuk ku, atau berhenti sampai di sini"...
Zila duduk bersila di atas kasurnya, tangannya memegang bingkai Foto pernikahan yang di ambil 2 tahu lalu. Di Poto itu keduanya sama sama tersenyum bahagia baik zila maupun Daffa, tanpa zila ketahui jika Daffa menyembunyikan segala amarah di baliknya.
Zila tersenyum getir , ibu jarinya terarah mengusap bingkai foto yang mulai berdebu itu.
Tanpa zila ijinkan satu tetes air mata nya mengalir begitu saja disaat mengingat perlakuan Daffa yang menyakiti perasaannya.
flashback on
"mas, kamar kita yang di sebelah mana"
"saya di sini dan kamu disini"
Zila mengerutkan dahinya , bingung dengan jawaban Daffa kenapa suaminya itu menunjuk 2 kamar yang berbeda
"Maksut mas"
"iyaa, kamu tidur dikamar tamu saya tidur di kamar utama"
zila tidak salah dengar kan, suaminya memintanya untuk tidur di kamar yang berbeda , ada apa sebenarnya
"loh ko pisah mas, bukannya ___"
"BISA GA SIH JANGAN BANYAK TANYA SAYA LELAH"
ucapan zila terpotong dengan bentangkan Daffa , zila Hanya mampu menggigit bibir bawahnya, tidak menyangka pria yang baru saja sah menjadi suami nya tega membentuk nya
"kamu bisa beresin barang kamu , saya masuk duluan"
Daffa masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu depan cukup keras, bahkan zila sampai tersentak mendengarnya
"Ya Allah ada apa ini" lirih zila dalam hati
zila juga masuk kedalam kamar tamu yang di tunjukkan Daffa, kamarnya tepat berhadapan dengan kamar Daffa. sebelum menutup pintu kamarnya zila memandangi kamar Daffa , berharap Daffa keluar dan mengurungkan niatnya
zila duduk di atas kasurnya, menatap kosong ke arah pintu, kejadian yang baru saja terjadi benar benar membuat nya bertanya tanya ada apa sebenarnya dengan Daffa
flashback of
ingatan tentang perubahan sikap Daffa saat pertama kali mereka pindah ke apartemen Buyar karena ketukan pintu dari luar.
zila dengan segera menghapus air matanya, zila sudah berjanji pada dirinya tidak akan pernah menangis di hadapan Daffa atau mengeluarkan air matanya di hadapan Daffa , zila tidak mau di Anggap lemah.
"Sudah sarapan". Tanya Daffa
zila hanya menggeleng sebagai jawaban,hari ini akhir pekan, jadi mereka sama sama di rumah. mungkin melihat zila yang tidak turun membuat sarapan, jadi Daffa berinisiatif membuat sesuatu untuknya
"Ayo sarapan saya sudah buatkan nasi goreng"
"Anda saja , saya makannya nanti saja"
"kenapa__kamu alergi nasi goreng" Bukan pertanyaan sebenarnya, lebih tepatnya Daffa menyindir zila yang lagi lagi menolak tawarannya, Daffa juga tau, emang ada Manusia alergi nasi, kalo ada sih mantap, kalo zila tidak mungkin alergi nasi goreng, karena biyasanya zila membuat nasi goreng untuknya walaupun tidak pernah sekalipun Daffa memakannya
"saya ga selera makan"
"Jangan egois Zil, kamu tau kan ada nyawa yang juga membutuhkan asupan makanan di dalam sini"
Daffa berucap dan menyentuh perut buncit zila, zila yang pertama kali mendapatkan tindakan seperti itu dengan cepat mundur beberapa langkah setelah sadar tangan Daffa menyentuh perut nya.
tindakan Daffa tersebut bahkan hampir membuat nya tersandung kakinya sendiri, karena berusaha menghindar dari Daffa, jelas hal itu mengejutkan baginya, pertama dan terakhir kali Daffa mau menyentuh nya saat malam di mana zila menyerahkan segalanya untuk Daffa dan setelah itu Daffa tidak pernah lagi mau menyentuh nya
"apa yang kamu lakukan" Wajah Daffa terlihat kawatir
tidak ada jawaban zila memilih bungkam
"Oky, kalo kamu tidak mau makan tapi jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini, kalo tadi kamu jatuh saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelahnya"
"Maaf ,saya tidak bermaksud"
dengan emosi Daffa meninggalkan zila yang masih mematung di depan pintu kamarnya
setelah kejadian itu zila lebih memilih mengurung dirinya di dalam kamar padahal perutnya sudah sangat lapar.
terpaksa zila keluar tidak tahan lagi menahan lapar.
zila keluar dan turun ke dapur , zila melihat nasi goreng serta air putih di atas nampan yang tadi pagi di buat Daffa, ada rasa bersalah di hati zila karena sudah menolak masakan yang dibuat daffa
zila duduk di meja makan dan memakan nasi goreng buatan Daffa.
"kamu suka sayang, ini yang masak papah kamu loh"
"papah sama Mamah ga sabar ketemu kamu sayang"
"kalo kamu cewe pasti cantik kaya mamah"
"kalo kamu cowok pasti tampan kaya papah"
zila berbicara dengan calon bayinya, zila melahap habis nasi goreng buatan Daffa.
tanpa zila sadari sejak tadi Daffa memperhatikan nya dari kejauhan. Ada rasa bahagia di hati daffa mendengar apa yang zila katakan pada anaknya.
"Emang jenis kelaminnya apa ,cewe atau cowok"
zila langsung membalik badannya, zila kaget dan membulatkan matanya, Zila salah tingkah sendiri berharap Daffa tidak mendengar apa yang dia ucapkan tadi,
iya hanya harapan karena Daffa mendengar semua yang zila katakan
"emm, saya juga belum tau, waktu USG saya menolak untuk melihat hasilnya biar jadi kejutan"
dengan gugup zila menjelaskan pada Daffa
Daffa ikut duduk di samping zila, mendengar penjelasan zila.
"kapan jadwal periksa lagi"
"Hari Rabu"
"biar saya antar, saya juga pengen tau bagaimana perkembangannya"
zila mengangguk
"anda dari tadi ya di belakang"
"iya, emang kenapa"
"emm, gapapa"
tolong selamatkan zila sekarang, kenapa suasana yang biyasanya dingin , canggung, malah jadi momen
menggelikan untuk zila, zila malu setengah mati pasti Daffa mendengar semua ucapan nya
Daffa hanya tersenyum melihat tingkah zila, zila yang semakin salah tingkah lebih memilih berdiri untuk mencuci piring kotornya
.....
selesai makan zila keruang tamu untuk menonton drama Korea terbaru yang tayang hari ini
Tidak lupa zila membawa satu toples penuh berisi cemilan untuk menemani acara nonton nya.
Tidak lama Daffa ikut bergabung duduk di atas sofa di sebelah zila, Daffa juga membawakan susu hamil zila
"anda tidak perlu repot-repot saya bisa membuatnya nya sendiri"
zila merasa tidak enak dengan Daffa , ada rasa aneh juga karena Daffa tidak pernah mau peduli dengan nya dan sekarang justru malah Daffa membuat nya merasa tidak nyaman karena sikapnya, zila bukannya tidak suka hanya saja zila takut dengan sikap Daffa zila bisa besar kepala dan menginginkan hal lebih dari Daffa secara__ zila tau semua perhatian Daffa pasti karena adanya anak di dalam kandungan zila . dan setelah zila melahirkan anaknya pasti Daffa tidak akan bersikap seperti ini lagi.
Daffa tidak menjawab ,dan memilih menyibukkan dirinya dengan tab ditangannya
zila menatap Daffa dari samping, zila benar benar terpukau dengan wajah tampan Daffa dari samping hidung Daffa terlihat seperti perosotan di Taman kanak-kanak, di tambah kaca mata baca yang bertengkar di hidung nya, rambut panjang melewati daun telinga , sedikit bergelombang benar benar pas untuk Daffa
Daffa yang merasa zila menatap nya sejak tadi beralih menatap zila , dan membuat zila menelan salivanya kasar. zila beralih menatap tv yang sejak tadi di abaikan zila karena fokus mengagumi ciptaan tuhan disampingnya .
"Ada apa, mau sesuatu" tanya Daffa
zila menggeleng
"Kalo pengen makan sesuatu bilang jangan sungkan, biar saya belikan"
"mau makan Martabak manis?" tanya Daffa lagi
zila menganguk, tiba-tiba zila pengen makan Martabak manis setelah Daffa menyebut nya
"Tunggu lah disini biar saya belikan"
"Daffa"
Daffa yang sudah siap keluar , terhenti mendengar panggilan zila.
zila menggigit bibir bawahnya, tangan nya saling meremas,
"ada apa, ada yang lain"
"tidak"
"terus"
"emm, saya boleh ikut ngga"
Ada apa dengan zila, apa karena hormon hamil nya dengan beraninya zila meminta Daffa untuk mengajak nya pergi, padahal sejak tadi zila sudah menahan nya mati Matian.
dengan cepat Zila berucap lagi
"ehh, maaf saya tidak bermaksud"
"kenapa harus meminta maaf , ayo pakailah kerudung saya tunggu diluar"
zila mengangkat kepalanya , apa zila tidak salah dengar Daffa mau mengajaknya
"apa tidak papa"
"iyaa,ayoo"
.....
Di sepanjang jalan zila menatap kearah jendela. Tangan kirinya sebagai tumpuan kepala.
Tidak ada obrolan yang terjadi di antara suami istri itu, Daffa fokus dengan jalan di depan nya zila fokus dengan jalan di samping nya.
Butuh waktu 10 menit dan akhirnya mereka sampai.
keduanya turun dari mobil untuk memesan martabak .
"Mau rasa apa" Tanya Daffa
"emm , Coklat kacang di campur"
"coklat kacang di campur mas, sama keju" Daffa memberitahu Pedagang nya
Daffa menarik satu kursi yang tersisa kebelakang zila
"duduk dulu, pasti lama nunggunya"
Zila menurut dan duduk ke kursi yang diberikan Daffa sedangkan Daffa berdiri di samping nya dengan tangan terlipat di depan dada.
selesai membeli martabak mereka kembali ke mobil ,Daffa berjalan lebih dulu zila di belakang dengan tangan yang penuh plastik martabak.
"zila"
"ehh, pak raka"
sebelum Sampai ke mobil zila berpapasan dengan raka bosnya , sedangkan Daffa sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil
"Dari beli martabak ya"
"iya pak" Jawab zila singkat dan ramah
"sendiri?, naik apa? , biar saya antar pulang"
zila jadi salah tingkah di berondong pertanyaan dari bosnya.
"zila sama saya"
Suara Daffa membuat perhatian kedua orang itu teralihkan padanya, iya sejak tadi Daffa memang memperhatikan mereka dari dalam mobil.
"ah, maaf bapak Daffa ya"
Daffa hanya mengangguk menunjukkan wajah datar nya
"maaf sebelumnya pak, saya kira zila nya sendiri, soalnya bawa kresek martabak nya sendiri. Raka berkata jujur memang dia merasa iba melihat zila yang agak kesusahan dengan kresek bawaannya.
"saya duluan pal"
zila pamit pada Raka Setelah melihat Daffa Melenggang lebih dulu sebelum merebut kresek martabak dari tangannya
Raka hanya mengangguk dan memperhatikan dari jauh pasangan itu.
.....
Di rumah__ Daffa masuk kedalam kamarnya tanpa mengatakan apapun, sedangkan zila meletakkan martabak yang mereka beli di atas piring.
zila ingin membawakan martabak Daffa ke kamarnya tapi takut, takut jika dia mendapatkan bentakan lagi dari Daffa apalagi sepulang dari pasar zila bisa merasakan perubahan mood pria itu. Akhirnya zila lebih memilih meletakkan martabak nya ke dalam lemari pendingin sedangkan martabak miliknya dia bawa keruang tamu
"Dia bos kamu" Suara Daffa dari Belakang berhasil mengagetkan zila
"iya"
"Dia emang suka nawarin buat nganter kamu kaya tadi"
Daffa kembali duduk di samping zila, Daffa juga membawa martabak yang tadi di simpan zila di dalam lemari es.
"Engga juga"
jawab zila, tapi matanya masih fokus ke layar tv didepan.
"engga juga?, berarti dia pernah ngajak kamu"
"iya, sesekali kalo kebetulan papasan di jalan"
"maksutnya"
lama lama zila jengah juga mendengar pertanyaan Daffa mengenai bosnya itu.
"Pernah waktu saya mau nyari makan bareng Hana, ternyata beliau juga mau keluar , beliau orang baik dan nawarin kami tumpangan"
Daffa hanya berooh ria
Daffa berdiri dari duduknya sebelum pergi, tanpa menatap zila daffa berucap
"Lain kali kalo di ajak satu mobil bareng jangan langsung mau, Ingat__situ perempuan sudah bersuami"
zila mengerutkan keningnya, ucapan Daffa seakan menunjukkan kalo dirinya wanita gampangan
"Maksut anda apa, secara langsung anda menyebut saya wanita murahan"
zila tidak terima dengan ucapan Daffa zila mencekal tangan Daffa tapi di tepis dengan kasar oleh Daffa
Daffa menatap zila dengan tatapan dingin begitu pula dengan zila yang menatap Daffa dengan tatapan marah
"anda tidak berhak ya menilai saya seperti itu, saya tidak terima dengan apa yang ada ucapkan"
"emang ada ya saya bilang kalo kamu wanita murahan"
Daffa menekan kata murahan
"Tapi apa yang anda ucapkan tadi secara tidak langsung menyebut saya wanita murahan"
"Berarti kamu sadar dong, dengan apa yang kamu lakukan"
"Saya sudah bilang saya pergi bersama Hana apa anda tuli , atau apa, saya tidak pergi berduaan dengan pak raka"
"Sudahlah saya malas berdebat"
"anda yang memulai perdebatan ini, bahkan Anda memulai nya sejak kita pertama kali menginjakkan kaki di sini"
"jika memang anda tidak mau menikah dengan saya kenapa anda mau menerima perjodohan kulot ini"
zila mulai emosi, setiap kalimat yang keluar penuh penekanan , zila berdiri sambil satu tangannya memegang perut buncitnya.
" ITU SEMUA KARENA PAKSAAN ORANG TUA SAYA, JIKA IBU SAYA TIDAK SAKIT HARI ITU SAYA TIDAK AKAN Sudi MEMILIKI ISTRI MURAHAN , YANG DENGAN GAMPANGNYA MENERIMA TAWARAN PRIA LAIN"
"STOOP"
"kenapa saya salah"
" Anda Hanya bisa menyakiti perasaan saya, ucapan yang keluar dari mulut anda selalu melukai hati saya, setiap hari anda menoreh luka di hati saya, kata murahan , gampangan benar benar menyakiti perasaan saya"
satu tetes air mata mulai menetes dari pelupuk mata indah Milik zila. Jangan salah kan emosi zila yang sulit di kontrol selama hamil
"jika memang anda tidak mau menikah, kenapa anda tidak membicarakan nya sejak awal , saya bisa membujuk orang tua saya untuk membatalkan perjodohan ini, kenapa"
"kenapa pernikahan ini harus terjadi, setiap hari saya harus menahan rasa sesak di hati mendapatkan perlakuan kasar dari anda, dan hari ini saya baru tau sisi anda yang lain, saya selama ini salah menilai anda saya kira anda pria baik, Soleh, pintar , anda sama saja dengan pria lain di luar sana, yang hanya bisa menyakiti perasaan wanita. saya tidak percaya kalimat itu bisa keluar dari mulut yang sering berzikir padanya. ternyata saya benar benar salah menilai anda.
zila menarik nafas , sesak di hatinya begitu terasa menyakitkan, zila menatap langit langit ruang tamu , berusaha agar air matanya tidak jatuh lebih banyak.
sedangkan Daffa hanya mendengarkan, semua emosi yang zila ucapan kan, tanpa ada niat meminta maaf atau sekedar menenangkan Wanita di hadapannya itu.
"saya bisa terima bentakan yang anda berikan setiap hari untuk saya, saya bisa terima tatapan dingin , tatapan mengintimidasi yang anda perlihatkan untuk saya, saya bisa terima anda menganggap saya tidak ada di hidup anda , tapi apa yang barusan anda ucapkan meragukan didikan yang diberikan orang tua saya selama ini, Bukan cuma saya yang akan merasa sakit tapi orang tua saja juga" lirih zila di setiap kalimat nya
"saya rasa cukup sampai disini"
Daffa menatap lekat wajah zila yang sudah tidak karuan , menunggu kalimat yang akan di ucapkan zila"
"mari akhiri hubungan palsu ini"
"Mungkin berpisah adalah pilihan terbaik untuk kita"
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa