Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri Kedua
Sudah tiga bulan berlalu, masih seperti bulan sebelumnya. Tentu saja hubungan Jeslyn dan Dave tidak ada kemajuan. Hanya sikap Dave lebih dingin dari pada dulu.
Jeslyn juga tidak terlalu mengugbris sikap Dave. Setelah kejadian tiga bulan lalu, Dave sering pulang tengah malam saat dirinya sudah tidur. Jesyn juga jarang bertemu dengan Dave di pagi hari karena Dave belum bangun saat Jeslyn berangkat kerja.
Jelyn berpikir kalau Dave sengaja menghindarinya. Jeslyn juga tidak tahu apa penyebabnya, Dave tiba-tiba saja berubah. Dulu walaupun Dave cuek, tetapi dia terkadang masih mengajaknya untuk berbicara, tidak seperti sekarang, Dave seolah sangat membenci Jeslyn.
Jeslyn juga sudah tidak mau ambil pusing dengan perubahan sikap Dave, perlahan perasaannya terhadap Dave juga mulai berkurang seiring dengan sikap Dave yang seolah tidak menganggapnya ada.
“Dave, ibu tadi menelponku meminta kita untuk ke sana,” ucap Jeslyn saat dia baru saja pulang kerja, dan melihat Dave sudah berada di kamar. Tidak seperti sebelumnya, Dave yang sering pulang malam. Jeslyn berpikir kalau Ibu mertuanya pasti sudah menelpon Dave terlebih dulu.
“Hhhmmm,” gumam Dave tanpa menoleh pada Jeslyn. Dave sedang duduk di sofa kamarnya sambil menatap layar ponselnya.
Jeslyn duduk di sofa lalu meletakkan tas dan jas dokternya di sofa tepat di sebelahnya. “Jam berapa kita akan ke sana?” tanya Jeslyn lagi, saat melihat Dave tampak mengacuhkannya. Dia berusaha untuk mencairkan suasana yang terasa dingin.
“Jam 7 malam.”
“Kenapa Mama tiba-tiba meminta kita untuk ke sana?”
“Tidak tahu.”
“Dave, apakah aku pernah berbuat salah kepadamu?”
“Tidak,” jawab Dave.
“Lalu kenapa sikapnya seperti ini? kalau aku punya salah padamu, aku minta maaf.”
“Aku sedang sibuk.”
Jeslyn sudah tidak tahan lagi dengan sikap Dave yang terlihat enggan berbicara dengannya. Jeslyn berdiri. “Baiklah, kalau kamu ingin terus bersikap seperti ini kepadaku. Aku juga bisa bersikap acuh padamu. Lebih baik kita bersikap seperti orang asing.” Jeslyn berjalan keluar kamarnya sambil menutup pintu dengan kuat.
Dave menatap pintu yang sudah tertutup. Dia meletakkan ponselnya dan mengusap kasar wajahnya. Tatapannya terlihat lebih dingin dari tadi. Dave melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena nanti malam dia akan pergi ke rumah orang tuanya.
Jeslyn berjalan menuju taman belakang, walaupun matahari sore sudah tidak ada lagi, tetapi langit tampak masih cerah. Jeslyn duduk di taman belakang sambi memandangi bunga yang sedang bermekaran. Pikirannya sedang kalut saat ini.
Jeslyn benar-benar dibuat kesal oleh sikap Dave. Jeslyn merasa kesabaranya sudah habis. Rasa cintanya perlahan mulai terkikis habis. Hatinya membeku akibat sikap Dave tiga bulan terakhir ini. Selama ini dia terus saja memaklumi sikap Dave tetapi sepertinya Dave semakin semena-mena kepada dirinya.
Jeslyn sudah tidak mau bersikap baik lagi pada Dave. Dia akan bersikap acuh seperti sikap Dave padanya. Sudah cukup kesabarannya selama ini. Jeslyn memutuskan untuk tidak pernah lagi bersikap basa-basi kepada Dave. Dia hanya akan menjalani kehidupannya sendiri, tanpa memperdulikan Dave lagi, sampai perjanjian itu berakhir.
Jeslyn memasuki rumah saat langit sudah mulai gelap. Jeslyn melihat Dave sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, saat dia memasuki kamar. Jeslyn berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil baju, setelah itu dia masuk ke kamar mandi.
Dave melirik sekilas pada Jeslyn saat dia hanya melewati dirinya. Dia mengalihkan pandangannya lagi pada televisi saat tubuh Jeslyn sudah tidak terlihat lagi.
Jeslyn keluar dari kamar mandi setelah berganti pakain menggunakan gaun berwarna putih, panjang di bawah lutut dengan kerah sabrina memperjelas pundak dan leher jenjangnya.
Jeslyn berjalan menuju meja rias diikuti tatapan menyala dari Dave. Jeslyn memoles bedak tipis pada wajahnya kemudian eye shadow berwarna soft peach, lalu memakai maskara dan lipstik berwarna nude. Dave terus menatap heran pada Jeslyn yang tampak mengacuhkannya setelah kejadian tadi.
Jeslyn menatap cermin untuk terakhirnya kalinya, dia kemudian berdiri. “Aku akan berangkat sendiri ke rumah orang tuamu,” ucap Jeslyn setelah dia selesai berdandan. Dia melihat Dave tampak belum bersiap, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.
Jeslyn berjalan dengan acuh, dia melangkah menuju pintu. “Berhenti!” Terdengar suara dingin Dave. “Aku tidak mengijinkanmu pergi ke sana sendiri!”
Jeslyn menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap malas pada Dave. “Aku sudah tidak mau berpura-pura lagi seperti pasangan suami istri sungguhan. Biarkan mereka tahu keadaan rumah tangga kita yang sebenarnya. Aku ingin menyelesaikan ini dengan cepat. Mungkin saja dengan begini kita bisa bercerai dan kamu bebas menikah dengan siapa saja,” ucap Jeslyn ketus.
Dave beranjak dari duduknya, dia berjalan mendekati Jeslyn yang tampak tidak peduli lagi dengannya. “Apa maksudmu?”
“Aku ingin kita segera bercerai,” ucap Jeslyn dengan lantang dan menatap berani pada Dave.
Rahang Dave mengeras, emosinya tiba-tiba naik saat mendengar perkataan Jeslyn. “Kamu pikir mudah bercerai denganku?” ucap Dave dengan tatapan tajam.
“Aku bisa mengurusnya, di keluargamu hanya ayahmu saja yang selalu bersikap baik kepadaku. Aku tahu, kalau selama ini ayahmu yang selalu menentang perceraian kita. Kamu tenang saja, aku yang akan berbicara langsung dengan ayahmu. Aku jamin, kali dia pasti mengabulkan perceraian kita. Dia pasti mendengar perkataanku, jadi kamu cukup diam saja, biar aku yang mengurus perceraian kita. Aku akan mengurusnya dengan cepat, lebih cepat lebik baik,” ucap Jeslyn dengan wajah serius.
Dave menaikkan sudut bibirnya. “Sepertinya kamu sudah memikirkan semuanya dengan matang soal perceraian kita.”
Dari awal Dave tahu kalau jeslyn sangat mencintainya itulah sebabnya, Jeslyn tidak pernah membantah ucapannya, apapun yang dikatakan oleh Dave, Jeslyn pasti menurutinya. Dave tidak menyangka kalau Jeslyn sendiri yang meminta untuk bercerai dengannya.
Jeslyn menatap Dave lalu tersenyum sinis. “Tentu saja. Aku tidak ingin membuang waktu denganmu lagi. Aku juga ingin bahagia dengan laki-laki yang juga mencintaiku.”
Dave menyeringai. “Jadi alasanmu ingin bercerai denganku karena kamu ingin hidup bahagia dengan laki-laki lain?”
“Tidak penting apa alasanku. Bukankah dari dulu kamu yang sangat menginginkan perceraian kita. Kali ini, aku sendiri yang akan mewujudkan keinginanmu itu,” ucap Jeslyn dengan penuh percaya diri.
Dave maju selangkah, Dia mendekatkan wajahnya dan menatap tajam iris hitam Jeslyn. “Bagaimana, kalau kali ini aku yang tidak ingin bercerai denganmu.” Dave tersenyum jahat lalu menjauhkan wajahnya dari Jeslyn.
Jantung Jeslyn berdetak tidak menentu saat wajahnya terlalu dekat dengan Dave tadi. “Apa maksudmu? Bukankah kamu yang sangat ingin bercerai denganku? Jangan mempermainkan aku Dave!”
“Aku berubah pikiran, aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia dengan laki-laki lain! Aku akan membuatmu menderita karena sudah berani menentang perjanjian yang aku buat. Hanya aku yang berhak mengakhiri pernikahan kita.”
“Kau gilaa Dave.. Aku tidak mau lagi hidup denganmu! Aku tidak mencintaimu lagi.”
“Aku tidak peduli, suka tidak suka, kamu harus tetap harus menjadi istriku. Aku tidak akan melepaskanmu.”
“Aku akan tetap mengajukan cerai, walaupun kamu tidak setuju.”
Dave menatap Jeslyn dengan pandangan meremehkan. “Kamu tidak akan menang melawanku!”
“Aku membencimu Dave! Aku menyesal pernah mencintaimu. Aku benar-benar muak denganmu!” ucap Jeslyn dengan air mata yang sudah keluar dari matanya.
Wajah Dave menggelap, matanya memancarkan amarah yang besar saat mendengar perkataan Jeslyn. Dave menarik tangan Jeslyn dengan kasar. Dia melemparkan tubuh Jeslyn ke tempat tidur lalu menindihnya. “Ap..apa yang akan kau lakukan Dave?” tanya Jeslyn dengan gugup saat melihat Dave sudah berada di atasnya.
Dave memegang kedua tangan Jeslyn, saat Jeslyn mulai memberontak. “Bukankah kamu sangat ingin memiliki anak dariku? Baiklah, akan kuberikan sebanyak yang kamu mau, tapi jangan pernah berharap kau bisa pergi dari hidupku!” Dave mulai mencium bibir Jeslyn dengan kasar.
Jeslyn terus berusaha untuk melepaskan diri dari Dave, tenaga Dave sangat besar sehingga Jeslyn tidak bisa melepaskan diri. Dave terus saja mencium bibir Jeslyn, sesekali dia menggigit bibir bawah Jeslyn. Dave sudah mulai kehilangan akal sehatnya.
Dave mencoba untuk melepas paksa baju yang melekat di tubuh Jeslyn sambil terus melu*mat bibir Jeslyn. Ini adalah pertama kalinya Dave mencium Jeslyn. Dia belum pernah menyentuh sedikitpun tubuh Jeslyn semenjak menikah.
Jelyn terus berusaha memberontak. ”Dave tolong jangan begini!” Dave tidak memperdulikan permintaaan Jeslyn. Dia sudah terbawa emosi.
Jeslyn yang mengenakan gaun dengan kerah sabrina memudahkannya untuk melepas gaun itu dari tubuh Jeslyn. Jeslyn mulai meneteskan air matanya saat tubuhnya sudah hampir polos, menyisakan kain yang menutupi dada dan bagian daerah sensitifnya.
Dave menghisap kuat leher putih Jeslyn sehingga menimbulkan bekas merah di lehernya, Dave meningakan banyak bekas di leher Jesyn terakhir dia membuat tanda merah di atas dada Jeslyn, kemudian Dave beralih ke bibir Jeslyn lagi.
Jeslyn sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk memberontak. Jeslyn hanya diam dengan tatapan kosong. Tenaganya sudah habis karena tadi dia terus memberontak dan berusaha keras melepaskan diri dari kungkungan Dave.
Dari dulu, Jeslyn memang selalu berharap Dave mau menyentuhnya, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Dave memperlakukannya seperti wanita murahan kali ini.
Dave menghentikan ciumanya. Dia menatap sebentar tubuh istrinya. Seketika hasratnya laki-lakinya membuncah. Dave tidak menyangka kalau Jeslyn bisa memancing gairahnya.
“Tolong lepaskan aku Dave,” pinta Jeslyn dengan suara lemah.
Dave menatap wajah tidak berdaya Jeslyn. Dia melihat air mata sudah keluar dari sudut mata Jeslyn.
“Bukankah kamu selalu ingin aku menyentuhmu? Kenapa sekarang kamu menolak? Harusnya kamu senang karena akhirnya aku mau menyentuhmu,” ucap Dave dingin. “Apa karena kamu sudah menemukan laki-laki lain? Sehingga kamu tidak ingin aku sentuh?” tanya Dave lagi.
Jeslyn tidak merespon ucapan Dave. Dia hanya diam. Dave bergerak menjauh dari tubuh Jeslyn. Dia berdiri dan menoleh sedikit. “Jangan pernah bermimpi untuk pergi dariku! Dan jangan pernah berani memancing emosiku lagi! Suka tidak suka kamu harus tetap jadi istriku,” ucap Dave dengan dingin, kemudian berjalan keluar kamar untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi sebelah.
Jeslyn bangun dari tidurnya setelah melihat Dave sudah keluar dari kamarnya. Dia menutupi tubuhnya yang hampir polos dengan selimut, kemudian berjalan ke kamar mandi. Jeslyn menatap ke cermin yang ada di depannya, terlihat leher dan dadanya penuh tanda merah. Jeslyn menghembuskan napas berat. Jeslyn mencoba untuk membersihkan tubuhnya lagi.
Dave sudah masuk lagi ke kamarnya dan sudah berganti pakaian. Dia duduk di tepi tempat tidur. “Cepat ganti bajumu! Kita harus pergi secepatnya ke rumah orang tuaku!” perintah Dave saat melihat Jeslyn baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe.
Jeslyn hanya diam dan berjalan menuju lemari untuk mengambil gaun lagi. Jeslyn berjalan ke kamar mandi lagi setelah mendapatkan gaun yang bisa menutupi lehernya. Dia tidak ingin mertuanya melihat tanda merah di lehernya.
Jeslyn keluar setelah selesai memakai gaun. Dia berjalan menuju meja rias. “Jangan berdandan seperti tadi, aku tidak suka! Dan mulai sekarang jangan memakai pakaian yang terbuka jika keluar dari rumah,” perintah Dave. Dia tidak menyukai, kalau Jeslyn memamerkan tubuhnya kepada orang lain. Padahal selama ini dia tidak pernah peduli dengan baju yang dipakai Jeslyn.
Jeslyn hanya merias wajahnya sebentar dan memberikan sentuhan lipstik tipis di bibirnya. Dia tidak berani lagi membantah ucapan Dave. Dia takut Dave akan melakukan hal gila seperti tadi lagi. Setelah dirasa cukup Jeslyn berdiri. “Aku sudah siap” ucapnya tanpa memandang wajah Dave. Dave menatap Jeslyn sejenak, terutama bangian lehernya.
Dave juga tidak tahu kenapa dia bisa bersikap seperti itu pada jeslyn, selama ini dia tidak pernah hilang kendali seperti tadi. Dia sedikit menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan tadi pada Jeslyn.
Dave berdiri tanpa mengatakan apa-apa, Jeslyn mengikuti langkah Dave, saat dia melihat Dave berjalan keluar kamar mereka. Selama perjalanan Dave terlihat diam saja, begitupun dengan Jeslyn.
Tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Tiba di kediaman orang tuanya. Dave dan Jeslyn langsung berjalan masuk tanpa bergandengan tangan seperti biasanya. Dave tampak cuek dengan Jeslyn, begitupun sebaliknya.
“Kenapa kalian terlambat?” Ibu Dave langsung bertanya saat dia melihat anak dan menantunya memasuki ruangan makan.
“Tadi macet Ma,” bohong Dave, dia tidak mau terlalu banyak bicara dengan ibunya.
“Duduklah.” Kali ini ayah Dave yang berbicara.
“Kalian pasti tahu kenapa Mama memanggil kalian untuk datang ke sini?” Ibu Dave tidak ingin berbasa-basi lagi. Dia mau langsung mau ke inti permasalahannya.
“Maaa! Biarkan mereka duduk dan makan dulu.” seru ayah Dave saat melihat istrinya tampak tidak memberikan waktu untuk anak-anak mereka beristirahat dulu.
“Baiklah, lebih baik kita makan terlebih dahulu,” ucap Ibu Dave mengalah.
Mereka semua memulai acara makan malam dengan keadaan hening, yang terdengar hanyalah suara pelan dentingan sendok dan piring yang saling beradu. “Mama tidak akan berbasa-basi lagi. Apakah kamu sudah hamil Jeslyn?” tanya ibu Dave yang sudah menatap Jeslyn dengan tatapan ingin tahu.
“Maaa, belakangan ini Jeslyn kurang sehat. Aku tidak bisa terus memaksanya Ma!” Dave langsung menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Jeslyn sebelum Jeslyn membuka mulutnya.
Ibu Dave menatap marah anaknya. “Itu bukan alasan yang bisa Mama terima Dave. Sesuai perjanjian waktu itu, kamu akan menikah dengan wanita pilihan Mama.”
“Mamaa!” bentak ayah Dave.
Ibu Dave menoleh pada suaminya. “Dulu Mama diam saja, saat Papa menjodohkan Jeslyn dengan Dave, Mama sudah mengalah. Mama hanya meminta mereka bisa memberikan cucu, sebab itu Mama akhirnya menyetujui pernikahan mereka. Sekarang gantian Mama yang akan menjodohkan Dave dengan wanita pilihan Mama, karena Jeslyn tidak bisa memberikan Dave keturunan. Ini Mama lakukan untuk kebaikan keluarga kita juga Pa! Bagaimanapun Dave harus mempunyai calon penerusnya,” ucap mama Dave menggebu-gebu.
“Tapi masih banyak waktu Ma,” ucap papa Dave.
“Mama tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”
“Dave, mama sudah mengundang calon istrimu, sebentar lagi dia akan datang.”
Jeslyn tampak meremas kuat tangannya di bawah meja. Dia tidak menyangka kalau Ibu Dave akan secepatnya itu mencari calon istri untuk suaminya.
“Mama harus berbicara dengan aku dulu, kalau ingin mencari calon istri untukku. Aku tidak mau menikah dengan wanita sembarangan,” ucap Dave menahan marah.
“Tenang saja, kamu mengenal baik calon istrimu ini.”
Alis Dave bertautan. “Siapa?”
“Naah itu dia.. Dia datang tepat waktu.” Semua orang menoleh kepada wanita yang sedang berjalan dengan anggun, tubuh langsing, tinggi sekitar 175 Cm, dan berkulit putih. Dengan senyuman lebar yang terlihat mengembang di wajahnya.
“Felicia," ucap Dave dengan wajah terkejut.
“Selamat malam semua,” sapa wanita itu dengan lembut sambil tersenyum dan menatap Dave dengan tatapan penuh kerinduan.
Wajah ibu Dave seketika cerah. “Duduk sayang,” ucap Ibu Dave tidak kalah lembut.
Jeslyn tertawa getir dalam hatinya. Selama ini, ibu Dave tidak pernah sekalipun berkata dengan lembut kepadanya, apalagi bersikap baik kepadanya. Jeslyn juga tidak mengerti kenapa ibu Dave sangat membencinya.
“Terima kasih Tante.”
“Kenalkan Ini adalah Felicia, anak dari teman Mama sekaligus teman Dave sewaktu SMA,” ucap ibu Dave dengan bangga, perkataannya itu sebenarnya ditujukan untuk Jeslyn.
Dave menatap tidak percaya pada Felicia dan mamanya. Felicia dan Dave sebenarnya pernah dekat. Dave juga pernah memiliki perasaan pada Felicia. Perasaan itu masih ada walaupun tidak sebanyak dulu.
Dave menatap Felicia. “Semenjak kapan kamu di indonesia? Bukankah kamu sudah pindah ke London?” tanya Dave penasaran.
Felicia melirik sekilas pada Jeslyn yang terlihat dari tadi hanya diam, kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Dave. “Aku baru sebulan di sini.”
“Bagaimana Dave? Apa kamu setuju kalau Felicia menjadi istri keduamu?” tanya Ibu Dave penasaran.
Dave tampak diam sejenak. Saat ini dia dilanda dilema, di satu sisi dia tidak ingin menikah lagi, tapi di sisi lain tidak punya piliha lain selain menikah dengan Felicia, yang pasti dia tidak mungkin dia membuat Jeslyn hamil. Dave berpikir tidak ada salahnya dia menikah dengan Felicia, toh dirinya sudah mengenal Felicia dengan baik, di samping itu juga dia pernah menyukai Felicia.
“Dave akan pikirkan lagi Ma. Dave akan berunding dulu dengan Jeslyn.”
Dave tahu kalau Jeslyn pasti akan menolak pernikahan keduanya. Dia berencana bebicara dengan Jeslyn terlebih dahulu.
“Mama beri kamu waktu seminggu untuk berpikir,” ucap Ibu Dave tegas.
Jeslyn hanya diam tidak mengeluarkan suara sedikitpun dari pertama dia datang ke rumah orang tua Dave. Sementara papa Dave hanya bisa menatap iba pada Jeslyn. Dia tahu kalau saat ini menantunya pasti merasa sakit hati dengan rencana bodoh istrinya.
“Kenapa kamu menyetujui pernikahan ini Fel?” tanya Dave dengan wajah heran.
Felicia tersenyum. “Karena aku mencintaimu,” ucap Felicia sambil melirik kepada Jeslyn. Dia ingin melihat reaksi istri Dave.
Dave sedikit terkejut dengan jawaban Felicia, entah mengapa saat mendengar perkataan Felicia saat ini, tidak sebahagia saat dulu dia menyukainya.
“Tapi aku sudah punya istri Fel, apakah kamu sanggup menjalani pernikahan ini?”
“Aku tahu, aku tidak keberatan jika kamu sudah mempunyai istri,” jawab Felicia lugas.
“Lihatlah, betapa baiknya Felicia. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan kamu sudah mempunyai istri,” puji ibu Dave dengan senyuman mengembang. Sementara Felicia yang dipuji tampak tersenyum malu-malu.
Tentu saja dia rela menjadi istri kedua karena dia hanya menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga orang lain. Lain cerita kalau dia yang menjadi istri pertama, apa dia masih sanggup menerima kehadiran istri kedua Dave. Pastinya dia akan menentang keras pernikahaan kedua Dave, jika posisinya dibalik.
“Kami pamit dulu! Sudah malam,” Dave tidak menanggapi ucapan mamanya.
Dave dan Jeslyn segera pulang, setelah berpamitan kepada semua orang.
Bersambung..