Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Nada kini sedang berada di IGD, dan langsung ditangani oleh sang dokter. Kenzo menunggu di luar ruangan sambil memberitahukan kepada temannya bahwa dirinya akan datang terlambat ke bascame.
"Mana Nada?" tanya Alex yang akhirnya mengikuti Kenzo dari belakang.
Kenzo mengepalkan lengannya sambil menarik kerah seragam milik Alex dengan cukup kencang.
"Pergi dari sini!" tegas Kenzo.
Sudut bibir Alex terangat, seakan meledek Kenzo yang kini sedang menatapnya tajam.
"Jangan bilang Lo suka sama Nada. "
"Bukan urusan Lo, mending Lo pergi dari sini atau gue seret keluar?!"
Alex terkekeh sambil menghempaskan lengan Kenzo dari kerahnya. "Lo bukan pacarnya kan? Jadi gue berhak ada di sini."
"Lo yang bikin Nada sampai enggak sadarkan diri!"
"Ya gue yang bikin Nada kaya sekarang, jadi gue berhak tanggung jawab penuh buat jaga dia di sini."
Alex menabrak bahu Kenzo dan mendekati ruangan Nada. Tak lama keluarlah sang Dokter bersama suster di belakangnya.
"Bagaimana Dok keadaannya?" tanya Alex.
"Apa kamu keluarganya?" Dokter balik bertanya pada Alex dan Kenzo.
Mereka berdua menggelengkan kepala secara serempak.
"Bukan, saya temannya Dok," jawab Alex.
"Orang tuanya ke mana?"
Kenzo kesal dengan sang dokter yang penuh pertanyaan. Pria itu maju dengan tatapan tajam.
"Saya enggak mau ada kekerasan di sini, tolong cepat jelaskan bagaimana keadaan Nada di dalam?" tanya Kenzo penuh penekanan.
Dokter menghela napas sambil menganggukkan kepalanya. "Teman kalian mengalami gangguan pencernaan, dan teman anda kurang makan-makanan yang sehat, kurang istirahat dan juga sepertinya dia mengalami stress, hingga mengakibatkan tubuhnya lemah seperti ini."
"Lalu apa yang harus dilakukan?"
"Biarkan dia beristirahat di sini sampai infusannya habis, lalu setelah itu dia boleh pulang. "
Kenzo menganggukkan kepala. "Baiklah. "
"Kalau begitu saya permisi. "
"Bentar Dok." Alex mencegah sang dokter untuk pergi.
"Kenapa?"
"Emm, tapi pelipisnya enggak kenapa-kenapa kan Dok?"
Dokter mengerutkan keningnya. "Sepertinya tadi saya lihat sedikit membiru, mungkin dia mengalami cedera terkena benda tumpul."
Alex membelalakan matanya. "Apa bahaya Dok?"
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Syukurlah, terima kasih Dok."
"Sama-sama."
Dokter pun meninggalkan keduanya di depan ruang IGD, dan hanya melihat Nada sekilas di luar jendela.
"Gue mau bayar rumah sakit dulu," ucap Alex sambil melipir ke tempat administrasi, keadaan Nada seperti ini karena dirinya menonjok Nada sedikit kencang.
'Setres? Apa ada kaitannya sama keluarganya sendiri?' batin Kenzo.
Kenzo mencoba masuk ke dalam ruangan, dan menatap wajah Nada yang begitu teduh namun masih terlihat cantik.
Jantung Kenzo berdetak dengan cepat saat dia berhadapan dengan Nada. Namun dia selalu mengelak jika dirinya tidak menyukai Nada.
Ponsel Kenzo bergetar, dia membaca pesan dari Bagas sambil menarik sebelah alisnya ke atas.
"Malam ini balapan diundur, si Alex yang batalin semuanya. Kayanya dia ketakutan lawan Lo deh, Ken."
Kenzo langsung menatap Alex yang baru saja masuk ke dalam ruangan Nada.
"Ngapain Lo liatin gue kaya gitu? Mau ngehajar gue, hah?"
"Kenapa Lo batalin balapan malam ini?"
Alex tertawa. "Ya jelas gue batalin karena gue mau jagain Nada, kurang jelas?"
"Mending Lo pergi dari sini!"
"Kenapa Lo, takut kalau Nada gue rebut hah?"
Kenzo mengepalkan lengannya. "Pergi atau gue seret?"
"Anj Lo! Berani banget nyuruh gue pergi dari sini! Lo kalau suka sama Nada silakan, kita bersaing secara jantan."
Kenzo tertawa meledek Alex. "Nada milik gue, dan enggak ada yang bisa deketin dia kecuali gue!"
"Lo siapanya Nada sih? Pacar bukan so-soan ngomong kalau dia milik Lo. Sorry gue akan perjuangin Nada, dan gue bakal berusaha dekat sama dia!"
Kenzo sudah gatal ingin menonjok wajah Alex, dan satu pukulan dilayangkan ke wajah Alex hingga pria itu terkejut.
"Satu peringatan keras buat Lo! Mending Lo pergi dari sini, atau gue panggil satpam?"
Alex menarik napas beratnya, dia pun menjadi emosi melihat keberadaan Kenzo. Akhirnya Alex mengalah dan dia pergi dari ruangan Nada.
Sedangkan di bascame Wolf Warrior, beberapa anggotanya sudah pulang karena memang malam ini balapan dibatalkan dan akan dilangsungkan besok malam, jadi di bascame hanya tersisa Anggara, Bagas dan Kiki.
"Kenzo ke mana?" tanya Anggara.
Bagas mengedikkan bahu. "Gue chat juga cuma dibaca doang."
"Akhir-akhir ini gue ngerasa Kenzo lagi sembunyiin sesuatu deh."
"Sesuatu apaan sih? So misterius banget."
"Ya gue juga enggak tahu, cuma rasanya ada yang beda aja dari Kenzo. Seperti rasa hangat tapi kadang deket dia hawanya panas."
Bagas tertawa dengan renyah hingga terbatuk dan sibuk mencari air minum.
"Rasain Lo, ngetawain gue sih."
"Ck, nyebelin. Ya Lo aneh banget sih, dekat Kenzo malah panas ya kali dia kompor."
"Ya ini kan cuma perasaan gue doang anjir! Lo ngerti enggak sih?"
"Ya ngerti gitu aja ngamuk."
Anggara berdecak, jika bebricara dnegan Bagas dipastikan emosi akan semakin meluap. Anggara memutuskan untuk keluar mencari udara segar.
"Lo kenapa diam mulu sih, Ki?" tanya Bagas.
Bukannya menjawab Kiki malah memberikan tatapan tajam pada Bagas hingga pria itu terkekeh ketakutan.
"Iya-iya gue tahu, Lo orangnya emang jarang ngomong, santai kali itu mata tajam bener."
Bagas bergedik ngeri dan kembali melanjutkan aktifitasnya bermain games di depan Kiki.
**
Nada menggeliat sambil mengucek mata, dia membukanya secara perlahan sambil melirik ke kanan dan ke kiri, terlihat Kenzo di samping Nada sedang bermain ponsel.
"Gue lagi di mana?"tanya Nada dengan suara serak.
" Lo di rumah sakit," jawab Kenzo.
"Kok bisa? Ini jam berapa?" Nada melirik jm di dinding dan sudah menunjukkan jam delapan malam.
Nada terkejut karena harus segera pulang ke rumah, meskipun orang rumah tidak akan pernah mencari keberadaan Nada.
"Gue harus balik."
Kenzo menahan Nada. "Makan dulu, nanti gue antar balik."
Nada menggeleng dengan wajah cemas. "Gue harus balik, nanti keluarga gue nyari... " jeda Nada saat mengingat bahwa dirinya dan keluarganya tidak sedekat dulu.
Nada tersenyum getir. "Enggak ada yang nyari gue, percuma gue balik juga."
"Jangan dipikirin, sekarang makan dulu. Lo punya lambung yang harus dijaga dengan baik."
"Orang tua gue aja enggak tahu kalau gue punya penyakit lambung." Nada menundukkan kepalanya.
Kenzo menarik dagu Nada hingga mata mereka berdua saling bertemu.
"Makan dan habiskan."
Nada menghela napas, percuma saja Kenzo tidak akan paham dengan keadaan Nada saat ini. Lagian mereka berdua tidak sedekat itu.
Nada pun memakan menu rumah sakit hingga habis tak tersisa, Kenzo tersenyum melihat keadaan Nada yang sudah terlihat baik-baik saja, sambil menepuk pucuk kepala Nada.
"Ini minumnya. "
Nada mengangguk sambil mengambil segelas air, setelah itu dia tidak sadar bersendawa membuatnya terkejut lalu menutupi mulutnya.
"Upss! Maaf hehe enggak sengaja."
Kenzo terkekeh, dan Nada langsung membuka mulut dan menunjuk wajah Kenzo.
"Wah Lo bisa ketawa juga? Gila keren juga ya. Gue kira Lo cuma punya muka kaya kanebo kering, kaku enggak bisa senyum. Eh, ternyata ketawa juga haha."
Kenzo berdeham, telinganya terasa memanas kala Nada meledeki dirinya. Kenzo berdiri dan meninggalkan Nada yang masih saja tertawa.
Nada segera mengejar Kenzo keluar dari ruangan, dan mereka berdua pun berjalan bersama dan memutuskan untuk pulang ke rumah.