Kisah seorang gadis desa yang merantau ke ibukota, dikhianati oleh sang tunangan yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Nasib tragis kembali menimpa, dia di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja dengan tidak hormat.
Hingga takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang pengusaha muda yang juga memiliki masa lalu kelam, melalui putra kecil pengusaha tersebut yang sangat menyayangi Nabila.
Akankah kebahagiaan berpihak pada Nabila?
Yuk, ikuti perjalanan cinta Nabila dan sang pengusaha, yang mengharukan, romantis, sekaligus kocak 🥰
____
Dalam tahap revisi PUEBI ☺🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama
Nabila berjalan keluar dari kamarnya, lalu menutup pelan pintu kamar, dan tak lupa menguncinya. Ternyata, beberapa teman satu kostnya juga tengah bersiap untuk berangkat bekerja. Akhirnya, mereka pun berangkat bersama-sama dan berjalan dengan beriringan.
Tempat kost Nabila memang dekat dengan beberapa pabrik. Hingga tak heran jika disepanjang jalan, mereka akan bertemu dengan orang-orang yang tengah terburu-buru menuju tempat mereka bekerja mencari nafkah.
Mereka berjalan sambil bercanda ria. Pagi ini, Nabila lebih banyak diam dan menjadi pendengar setia dikarenakan dia masih baru. Dia belum tahu banyak tentang dunia kerja serta lingkungan baru, tempatnya tinggal saat ini.
Sepuluh menit berlalu, tak terasa Nabila dan teman-temannya sudah sampai di ujung jalan. Beberapa teman sudah ada yang memisahkan diri di belokan pertama tadi, menuju tempat kerjanya. Kini, tersisa Nabila dan tiga orang temannya. Dia langsung berpamitan pada teman-temannya karena arah tempat mereka bekerja, berbeda.
"Aku nyebrang jalan dulu ya," pamit Nabila seraya tersenyum ramah, pada tiga orang temannya itu.
"Iya, Billa. Hati-hati, ya," sahut mereka kompak, sembari melambaikan tangan.
Tempat kerja Nabila berada seratus meter arah barat, di seberang jalan ujung gang. Jarak yang cukup jauh dari tempat kost, di mana dia tinggal. Apalagi jika ditempuh dengan berjalan kaki seperti sekarang. Namun, Nabila sangat menikmatinya.
Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, saat Nabila sampai di tempatnya bekerja.
"Masih ada sisa waktu lima belas menit lagi untukku istirahat sejenak, sebelum masuk ke ruangan, dan memulai hari pertamaku bekerja," gumam Nabila dalam hati, sambil mengedarkan pandangan mencari tempat duduk di sekitar area parkir.
"Hey, itu ada bangku," gumam Nabila, lalu menuju ke sana.
Ya. Di tempat parkir yang diperuntukkan khusus bagi karyawan tersebut memang disediakan beberapa bangku panjang, yang biasa digunakan oleh karyawan untuk saling menunggu teman sebelum mereka pulang bareng.
Nabila segera mendudukkan diri, lalu menjulurkan kakinya untuk melepas lelah setelah lima belas menit menempuh perjalanan kaki dari tempat dia tinggal menuju ke perusahaan. Sambil sedikit menggerakkan kedua tangannya, melakukan peregangan. Tak berapa lama kemudian, dia kembali berdiri untuk melanjutkan langkahnya memasuki gedung perusahaan.
"Selamat pagi, Mbak," sapa Nabila seraya tersenyum ramah, kepada seorang gadis cantik yang kira-kira seumuran dengannya. Gadis itu terlihat sedang sibuk di belakang meja resepsionis.
"Pagi," jawab gadis yang ber-tag name Lusi Damayanti dengan senyum yang tak kalah ramah.
"Maaf, dengan mbak Nabila, ya?" Lanjut Lusi, bertanya dengan sopan.
Ya, Pak Yani Lesmana bagian HRD sudah menginformasikan kepada Lusi bahwa hari ini sekretaris yang baru akan datang untuk memulai hari pertamanya bekerja dan dia ditugaskan untuk mengantarkan Nabila ke ruangan sekretaris baru itu.
"Iya, bena, Mbak. Saya Nabila," jawab Nabila sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Lusi.
"Saya Lusi," Lusi menerima uluran tangan Nabila dan mereka saling memperkenalkan diri.
"Wah ... manis sekali, ya, Mbak Nabila ini. Ramah dan sopan lagi," kata Lusi. "Beda banget loh sama sekretaris yang lama." Lanjutnya lagi dengan tatapan terpesona pada sosok Nabila, seraya melepaskan jabat tangannya.
"Ah, Mbak Lusi bisa aja. Jangan berlebihan menyanjung saya, Mbak," balas Nabila merendah. "Nanti, saya jadi besar kepala, loh ...." Lanjut Nabila dengan gerakan kocak, membentuk lingkaran besar dengan tangannya di atas kepala.
Mereka berdua pun tertawa bersama. Nabila memang pandai mencairkan suasana dan dia bisa cepat akrab dengan siapa saja.
"Mari, saya antar Mbak Nabila ke ruangan!" ajak Lusi sesaat setelah mereka berhenti bercanda. Mereka berdua segera menuju ke arah lift .
"Wah ... terima kasih. Saya jadi enggak perlu khawatir akan tersesat," canda Nabila sambil berjalan mensejajarkan langkahnya di samping Lusi.
Mereka berdua menaiki lift menuju lantai dua. Sesampainya di atas, Lusi mengajak Nabila berjalan ke ujung koridor, dan tibalah mereka berdua di depan sebuah meja kerja lengkap dengan kursi kerja yang terlihat empuk serta nyaman. Tidak jauh dari meja tersebut terdapat satu set sofa minimalis yang terlihat sangat cantik. Diperuntukkan bagi tamu yang hendak menemui sang Bos, pemilik perusahaan.
"Nah, ini meja kerja Mbak Nabila, dan yang di depan itu ruangan Pak Bos. Di sebelahnya, adalah ruangan khusus untuk meeting. Lalu, di sebelah ruang meeting itu ruangan Pak Manager Keuangan." Lusi menjelaskan panjang lebar pada Nabila.
"Nanti kalau Pak Manager sudah datang, Mbak Nabila dipersilahkan untuk menemui beliau. Pak Rahmat sendiri yang akan menjelaskan tugas-tugas sekretaris pada Mbak Nabila," lanjutnya lagi.
Rahmat memang manager keuangan, tetapi dia sekaligus orang kepercayaan sang bos. Jadi, dia yang diberi mandat untuk mem-briefing sekretaris baru.
"Oke, saya mengerti," jawab Nabila sambil manggut - manggut. "Terima kasih banyak, ya, Mbak Lusi, sudah bersedia menemani saya pagi ini." Lanjut Nabila, sambil tersenyum hangat.
"Oh, ya, Mbak Lusi. Mbak bisa panggil nama saya aja, ya. Enggak usah pakai embel-embel Mbak," pinta Nabila kemudian.
"Oke, Mbak, eh ... maksudnya Billa. Kalau gitu, kamu juga panggil aku Lusi aja. Kita, kan, seumuran, ya?" tebak Lusi dan dibenarkan Nabila dengan anggukan kepala.
"Baiklah, Billa. Kalau sudah tidak ada yang kamu tanyakan lagi, aku pamit kembali ke tempatku, ya. Kamu bisa hubungi aku kapan saja jika butuh bantuan," tawar Lusi dengan tulus. Mereka berdua sudah langsung akrab saja dan tak perlu menggunakan bahasa formal.
"Selamat bekerja, Billa. Semoga harimu menyenangkan dan kamu betah kerja disini," kata Lusi lagi, sebelum berlalu. Lusi lalu melambaikan tangan dan bergegas meninggalkan Nabila sendiri di ruangan itu.
Setelah beberapa saat, di lantai itu terlihat sunyi. Hanya embusan napas Nabila sendiri yang terdengar sangat teratur.
"Oke, Bill ... kita awali hari pertama ini dengan semangat baru!" Nabila kembali menyemangati dirinya sendiri.
Tak berselang lama, seorang pria muda dengan stelan pakaian formal lengkap dengan jas yang melekat sempurna di tubuh, terlihat baru saja keluar dari dalam lift, lalu berjalan ke arahnya. Postur tubuh pria itu yang tinggi, langkahnya yang tegap, serta parasnya yang tampan, membuat siapa saja pasti akan terpesona melihatnya. Tak terkecuali Nabila.
Buru-buru Nabila menundukkan pandangan, kemudian dia segera berdiri untuk menyambut kehadiran pria tersebut. "Selamat pagi, Pak."
bersambung ...
trus Selly kebagian ulet bulunya donk kasiannn