Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
Icha di antar sekolah oleh Papanya, tidak henti - hentinya Icha selalu memprotes Papanya jika Daniel menyakiti hati Uminya.
Setelah sampai di sekolah, Icha turun mencium punggung tangan Papanya. Kemudian masuk kedalam gerbang sekolah. Kemudian Daniel melanjutkan perjalanan menuju kantor.
Sementara Rani di dalam kamar.
"Hueek..hueek..Rani mengeluarkan isi perutnya, kemudian mandi. Saat ini ia ingin memeriksa kandungan ke rumah sakit langganan keluarga Daniel.
Setelah keluar dari kamar mandi, Rani merasa lemas, tadi sarapan hanya sedikit. Namun semua makanan keluar lagi dari perutnya. Rani merebahkan badanya terasa lemas tidak bertenaga. Setelah beberapa saat agak terasa enak, Rani membaluri perutnya dengan minyak angin.
"Baik - baik di perut Umi ya sayang...biar Papa nggak perhatian sama kita.." "Kita harus semangat, sayang..." Rani meneteskan air mata. Ingat suaminya yang tiba - tiba mendiamkan dirinya. Rani terus memikirkan suaminya mengapa sikapnya berubah.
Rani kebawah pamit pada simbok. Saat ini ia belum memberi tahu siapapun seandainya memang ia hamil. Ia akan memberi kejutan kepada suaminya, karena minggu depan adalah hari anniversary pernikahannya yang ke satu.
"Mbok saya pergi dulu ya." Pamit Rani pada simbok sambil berlaku.
"Mau kemana Mbak Rani, sepertinya mbak kurang sehat, wajah Mbak pucat sekali?" Tanya Simbok tanpa jeda.
"Tidak apa - apa kok mbok, Rani berangkat ya..."
Rani keluar memesan taksi online. Saat ini ia tidak mungkin membawa motor sendiri, dalam keadaan badanya yang lemas seperti ini.
Tidak menunggu lama, taksi yang ia pesan datang. Rani mengamati sejenak kepada sopir taksi, sebab selama ini Rani jarang memakai jasa taksi. Rani kemudian masuk, duduk di kursi belakang.
"Mau kemana Non?" Tanya sopir taksi.
"Kerumah sakit xxx bang." Jawab Rani tidak menatap sopir taksi. Rani sibuk telepon suaminya. Ia ingin memberi kabar jika saat ia sedang berada di luar. Tetapi berkali-kali telepon hanya operator seluler yang menjawab. Rani mencoba untuk berpikir positif, yang penting saat ini suaminya sehat. Pikiranya.
Rani sampai di depan rumah sakit yang di tuju. Rani segera membayar taksi.
"Uang pas saja Non, tidak ada kembalinya." Tutur sopir taksi.
"Ambil saja kembalinya bang." Jawab Rani sambil berlaku tidak lagi menoleh ke belakang.
"Alhamdulillah...ini sih lebih nya banyak sekali, ongkos hanya 20 ribu, uangnya seratus ribu. Semoga Mbak tadi di lancar kan rizkynya. Doa sopir taksi.
Rani sampai di ruangan pendaftaran. setelah mendaftar Rani duduk di ruang tunggu. Netranya mengamati satu persatu, ibu-ibu yang sedang hamil. Mereka semua di dampingi suaminya, sambil bergelayut manja. Rani hanya bisa menarik nafas panjang.
"Maha Rani Larasati?" Panggilan dari ruangan poli kandungan terdengar nyaring. Rani bergegas masuk kedalam ruangan.
"Selamat pagi Nona," sapa dokter kepada Rani.
"Selamat pagi juga dokter." Jawab Rani.
dokter mengamati Rani seksama. Setiap konsultasi Rani pasti datang hanya sendiri tanpa di dampingi suaminya. dokter Rizaldi yang biasa di panggil Rizal ini tidak tahu jika Rani istri sahabatnya yang bernama Daniel. dokter Rizal, dokter Zulmy dan Daniel dulu teman sekolah waktu SMA. Tapi setelah kuliah, Zulmy dan Rizal melanjutkan kuliah di universitas kedokteran. Sedangkan Daniel ambil jurusan Ekonomi.
Sudah beberapa tahun yang lalu Rizaldi dan Daniel tidak bertemu. Terakhir bertamu, saat dokter Rizal menangani kehamilan Almira Almarhumah Istri Daniel.
Beda dengan dokter Zulmy setiap keluarga Daniel sakit ia selalu di panggil kerumahnya termasuk waktu Rani sakit. dokter Zulmy dan dokter Rizal praktek di rumah sakit yang sama. Hanya bedanya dokter Zulmy poli umum, sementara Rizal di poli kandungan.
"Bagaimana Nona, apa sudah ada perkembangan? tanda-tanda akan kehadiran buah hati?" Tanya dokter.
"Saya sudah tiga bulan terlambat haid dok." Jawab Rani antusias menyambut buah hati jika seandainya ia memang benar- benar hamil.
"Coba Non rebahan!" titah dokter Rizal pada Rani. dokter memeriksa Rani di bantu asistennya.
"Selamat ya Non, anda memang sedang mengandung sudah 12 minggu." Tutur dokter Rizal.
"Benarkah? alhamdulillah...saya akan menjadi seorang Ibu." Rani bahagia sekali.
"Maaf Non, setiap anda periksa tanpa di dampingi suami. Apakah suami anda sangat sibuk?" Tanya dokter keheranan. Sedangkan dokter Rizal yang sangat sibuk saja, selalu meluangkan waktu untuk mendampingi istrinya saat periksa kehamilan, maupun saat momen penting.
"Sibuk sekali dok, tapi tidak apa-apa, semua yang suami saya lakukan hanya untuk saya dan anak saya." Tutur Rani sebisa mungkin menyembunyikan kegelisahannya.
"Betul sekali Nona, baik lah jaga kondisi badan anda, jangan terlalu lelah maupun setres, karena sangat berpengaruh dengan anak yang anda kandung." Titah dokter Rizal.
"Baik dok." Jawab Rani.
"Minum vitamin secara rutin, dan ini untuk obat mual. Usahakan berat badan anda bertambah." Nasehat dokter kepada Rani.
"Baik dokter terimakasih, saya pamit pulang." Rani dan dokter saling berjabat tangan, kemudian Rani pulang.
Rani kembali memesan taksi, jalanan jakarta sangat padat, tengah hari Rani baru sampai di rumah.
"Assalamu alaikum.." Rani mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam." Simbok membuka pintu.
"Baru pulang mbak?" Tanya Simbok, mengikuti Rani dari belakang.
"Iya Mbok, saya mau buat teh hangat, seger kali Mbok." Tutur Rani. Rani memang tidak pernah memerintah simbok, pekerjaan apapun selagi bisa akan di kerjakan sendiri.
"Biar saya yang buatkan Mbak. Mbak Rani duduk saja." Titah Simbok.
Rani menurut, duduk bersandar di kursi sofa. Tidak lama simbok datang membawa segelas teh panas.
"Mbak Rani mendingan makan dulu. Mbak Rani akhir-akhir ini, Mbok perhatikan sepertinya kurang vit." Tutur Simbok. Simbok selalu melihat Rani murung, kadang matanya sembab habis menangis. Mungkin karena Tuanya akhir-akhir ini sering pulang larut dan pergi pagi - pagi sekali. Simbok merasa kesal mengingat Tuanya sering menyakiti hati Rani. Tapi Simbok bisa apa? sedangkan dirinya disini hanya ART tidak mungkin ikut campur urusan majikannya.
"Saya belum lapar Mbok, nanti kalau sudah lapar saya cari sendiri." Tutur Rani, meyakinkan Simbok.
"Saya keatas dulu ya Mbok, biar teh nya saya bawa keatas." Kata Rani sambil beranjak meninggalkan Simbok, menapaki anak tangga satu persatu. Simbok menatap kepergian Rani sedih.
Rani kekamar mandi bersih-bersih kemudian shalat dzuhur. Selesai shalat Rani merebahkan badanya di tempat tidur. Membuka handphone siapa tau suaminya membaca pesan, maupun menelepon balik. Tetapi harapan tinggal harapan. Rani kemudian melempar handphone kesembarang arah. lalu mencoba untuk tidur.
Rani akhirnya tertidur teh hangatnya lupa tidak di minum. Tidak lama kemudian Icha pulang sekolah, kali ini Daniel menghubungi Pak Toto agar menjemput Icha. Sebab dirinya sedang sibuk. Icha melongok kamar Umi di lihat sedang pulas. Icha mendekati Rani dan mencium pipinya.
"Umi..Icha sayang Umi, muach...selamat bobok Umi." Ucap Icha lirih agar tidak mengganggu tidur Uminya. Icha kemudian keluar masuk kelamarnya sendiri.
HAPPY READING.
LIKE
COMMENT.
VOTE.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭