Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri
Vanya mencoba menguasai hatinya dan dengan segenap keberaniannya, dia menatap Nathan tegas.
" Presdir, anda sangat tahu jika anda akan menikah. Jadi tolong, jangan menggodaku lagi. Aku harap, ini adalah pertemuan terakhir kita. Selamat tinggal. " Vanya bangkit dari duduknya sembari meraih tas nya yang tergeletak di kursi sampingnya.
Ada rasa sakit yang tiba-tiba menusuk ke dadanya. Entah perasaan apa yang ada dihatinya. Mengatakan kata-kata itu seperti sedang menyakiti dirinya sendiri. Rasanya, seperti menusukkan pedang ke hatinya. Hingga tak terasa, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
Semoga, ini adalah yang terbaik untuk kita. Saat bersama denganmu, aku merasa takut. Takut akan kehilangan duniaku dalam balutan Nathan kecilku. Tapi entahlah, mengatakan ini seakan aku kehilangan sebagian dari duniaku. Tapi mau bagaimana lagi? mungkin, Tuhan sedang membantuku untuk terus menyembunyikan Nathan darimu. Selamat tinggal Presdir Nath.
Grep....! Nath menahan langkah kaki Vanya yang sudah beberapa langkah menjauh darinya.
" Calon pengantin wanitaku, kenapa kau bertanya lalu ingin pergi? " Nathan menghentikan Vanya dengan menahan pergelangan tangannya.
Vanya terdiam sembari mencerna Ucapan Nath. Pengantin wanitaku? maksudnya? Vanya terdiam dalam jutaan tanya yang memenuhi isi kepalanya.
Nath menarik tangan Vanya dan membuatnya jatuh terduduk dipangkuanya. " Sayang, kenapa kau buru-buru sekali? kita belum memesan makanan kan? minuman yang aku pesan juga belum datang. " Ucap Nath sembari menyelipkan rambut Vanya ke belakang telinganya.
Ini? kenapa tiba-tiba posisi nya menjadi begini? aku ingin bangkit tapi tubuhku sepertinya tidak rela.
Vanya benar-benar seperti terbius oleh ketampanan Nath. Matanya terus saja memandang wajah Nath. Mengamati susunan wajah Nath yang nampak sempurna.
Aku ingin menciumnya. Nath juga berada dalam kondisi yang sama. Dalam satu tindakan, kini membuat posisi mereka terlihat sangat intim. Entahlah apa yang terjadi. Bersentuhan dengan Vanya, membuat tubuh Nath serasa terkena sihir. Matanya lekat memperhatikan wajah Vanya. Tatapannya terhenti saat melihat bibir Vanya yang begitu menggoda.
Perlahan, wajah Nath mulai mendekat ingin membenamkan bibirnya. Entah dorongan dari mana, Vanya juga terlihat tak keberatan.
" Permisi,.... " Ucap pelayan Restauran yang tak memperhatikan keadaan. Namun langkahnya seketika terhenti melihat kedua insan dihadapannya dalam posisi yang begitu mesra. " Eh?! maaf. " Ucap pelayan itu sembari menunduk.
Vanya sontak bangkit dari posisinya dengan perasaan malu. Vanya mulai mengutuk dirinya sendiri. Lagi-lagi, dia melakukan hal yang gila. Entah sampai kapan dia bisa lepas dari Presdir Nath batinnya.
* Kalau kamu lepas dari Presdir Nath, Kasian author yang ngga punya ide lagi Vanya, jadi hadapi aja ya? 😚😚😚*
" Tidak apa-apa. " Ujar Nathan yang terlihat biasa saja. Tapi dibalik wajah yang biasa saja, dia benar-benar menggerutu kesal didalam hati. Padahal kan sedikit lagi bisa mencium Vanya batinnya.
Setelah meletakkan dua minuman untuk Vanya dan Nath, pelayan itu pergi meninggalkan mereka dengan perasaan canggung.
" Kau masih ingin berdiri?
" Hah?! " Vanya kembali mengumpulkan angan-angannya yang berterbangan entah kemana. Perasaan tadi ia begitu antusias ingin menerima ciuman dari Nath. Tapi sekarang, dia menyesali apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
" Duduklah.
" Untuk apa lagi? aku kan sudah membicarakan apa yang seharusnya aku bicarakan. " Ujar Vanya yang masih saja memilih berdiri tak jauh dari Nath.
Nath menghela nafasnya. " Duduklah atau akan ku lanjutkan yang barusan meski kau menolak.
" Apa?! " Vanya membulatkan matanya karena terkejut.
Tapi, sepertinya lumayan ya dicium oleh pria tampan? Eh, tapi kan aku sudah pernah menidurinya sekali. dan dia juga meniduri ku sekali. Berarti sudah dua kali ya? Oh ya ampun. Ternyata aku beruntung juga. Vanya semakin tidak kuat menggelengkan kepalanya. Hatinya benar-benar bertingkah seperti wanita murahan. Dengan bangganya membatin hal-hal memalukan itu.
" Duduklah. " Pinta Nath kembali sembari menatap dengan tatapan memohon.
" Tidak perlu menatap seperti itu! anda sudah seperti anak-anak yang meminta susu.
" Kau paham sekali? apa kau sudah pernah membesarkan anak? " Tanya Nath dengan nada menggoda.
" Apa?! aku, aku. Aku..... mana mungkin.
" Baiklah. Duduk dan minum ini. " Nathan menyodorkan segelas es Coffee.
Vanya langsung duduk sembari menatap es Coffee yang sepertinya terlihat sangat enak. Rasanya ingin sekali menenggaknya hingga ludes. Tapi, dia kan perlu menjaga Image. Mau tidak mau, dia hanya bisa menahan keinginannya dan harus berpura-pura anggun menyeruput es Coffee itu perlahan.
" Bagaimana rasanya? kau pecinta Coffee kan? pasti kau menyukai nya.
Enak. Enak sekali. Tapi, aku tidak bisa menenggaknya di depan mata mu kan? Tapi, aku tidak tahan lagi.
Vanya menenggak es Coffee nya dengan cepat.
" Vanya, mari kita berkencan.
Brepppppppp! Vanya menyemburkan es Coffee yang tinggal beberapa teguk terakhir. " Uhuk.....! uhuk....!
Nathan hanya tersenyum sembari meraih tisu untuk menyeka wajahnya yang terkena cipratan es Coffee.
" Maaf Presdir Nath. " Dengan cepat, Vanya juga mengambil beberapa kembar tisu dan membantu menyeka di bagian dadanya.
Deg....! Detak jantung Nath kembali berdebar kencang. Entah apa yang ada di tangan Vanya. Sedikit saja sentuhan darinya, membuat Nath tak bisa mengendalikan dirinya. Semakin Vanya mendekat padanya, semakin sulit juga dia mengendalikan diri.
" Sudah sele,..." Ucapan Vanya terhenti saat tak sengaja pandangan mereka bertemu. Posisi Nath yang duduk dan Vanya berdiri sembari membungkuk. Lagi, tidak tahu apakah ada magnet diantara mereka. Rasanya, selalu ada alasan yang membuat mereka lagi-lagi menempel.
Tanpa mereka sadari, Nath mendekatkan bibirnya dan, Cup. Sebuah kecupan mendarat dibibir Vanya. Mereka saling menatap seolah dunia hanya milik mereka berdua. Vanya juga nampak tak keberatan. Tidak tahu dia sadar atau tidak. Atau pesona Nath mampu melumpuhkan pertahanan seorang Vanya yang biasanya dilanda ketakutan?. Mereka kembali membenamkan bibir setelah sebuah kecupan singkat yang terjadi. Semakin lama, semakin dalam mereka berciuman.
" Presdir Nath! " Vanya menegakkan tubuhnya dan memundurkan langkahnya. Vanya benar-benar tak menyangka. Dia bahkan selalu lupa diri. Semakin dia mencoba menjauhi Pria yang ada dihadapannya itu, malah takdir yang selalu menciptakan peluang mereka untuk bersama.
Nath bangkit dari duduknya. Berjalan dan memeluk Vanya. " Tidak tahu kenapa dan bagaimana. Aku hanya menginginkan mu. Aku tidak akan menikahi wanita selain dirimu. " Ucap Nath setengah berbisik.
Menikah denganku? kenapa? dia tiba-tiba mendekatiku lalu ingin menikahi ku? apa aku harus bahagia karena Ayah dari anakku ingin menikahiku? atau aku harus waspada? jangan-jangan dia sudah mengetahui tentang Nathan kecilku?
" Vanya, mungkin ini terdengar gila. Tapi aku benar-benar ingin menikah denganmu.
Vanya mendorong tubuh Nath. Berbincang dengan posisi dipeluk sangat tidak baik meskipun dia merasa sangat nyaman. " Presdir apakah kau menyelidiki ku?
Nath tersenyum melihat tatapan Vanya seolah dia sangat keberatan jika itu memang benar adanya.
" Belum. Aku sempat ingin melakukanya. Tapi aku ingin berjuang mendapatkan cintamu dengan caraku. Jika kau sudah jatuh cinta padaku, kau akan mempercayaiku dan akan menceritakan semua tentang mu kan?
" Sungguh?
Nath mengangguk sembari tersenyum. " Aku adalah laki-laki yang selalu bertanggung jawab dengan semua perkataan ku. Termasuk rencana menikah dengan mu juga.
" Jangan membicarakan tentang menikah terus menerus denganku. Kau kan sudah memiliki calon istri sendiri.
" Iya. Kau adalah calon istriku.
To Be Continued.