NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:45k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tingkatan Pusaka

Pagi harinya, matahari baru saja merangkak naik melewati puncak pepohonan. Cahaya hangat menembus celah-celah dinding kayu rumah sederhana itu. Burung-burung mulai berkicau, namun suasana di dalam kamar masih terasa sunyi.

Gao Rui tiba-tiba tersentak bangun dengan napas terengah. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Dadanya naik turun cepat, seakan ia baru saja melarikan diri dari mimpi paling buruk dalam hidupnya.

Ia memandang ke sekeliling, bingung. Langit-langit rumah kayu, meja kecil, dan aroma bubur panas yang samar tercium dari luar… semua terasa nyata.

“…Aku di… kamar? Bagaimana… aku ada di sini?”

Kepalanya terasa berat. Potongan ingatan semalam kembali menghantamnya satu per satu. Malam yang sunyi, percakapan bersama gurunya, lalu pertanyaan tentang pedang. Dua pedang yang selalu tergantung di pinggang Boqin Changing. Ia ingat menanyakan apakah itu pusaka… dan kemudian pedang itu…

Mata Gao Rui melebar. Ia kembali mengingatnya dengan jelas. Saat bilah hitam itu ditarik keluar sejengkal… Saat hawa dingin menusuk tulang… Saat aura keputusasaan itu menelan seluruh hidupnya… Bahkan berpikir tentang perasaan itu membuat jantungnya mengencang ketakutan.

“…Hanya… hanya auranya saja… bisa membuatku… pingsan…” gumamnya gemetar.

Tangannya meremas kain selimut tanpa sadar. Tubuhnya masih bergetar kecil.

“Jadi itu… itulah… pusaka langit…”

Ia menelan ludah. Tenggorokannya kering. Sekarang ia mengerti kenapa gurunya berkata ‘Jika kau tahu… mungkin kau akan pingsan.’ Ia mengira gurunya hanya bercanda. Tapi ternyata tidak.

Pedang itu benar-benar mengerikan. Tekanan dari pedang itu bukan sekadar tekanan tenaga dalam biasa. Bukan aura biasa. Itu… aura kematian. Ketika bilah itu ditarik sejengkal, seolah seluruh dunia berubah menjadi kuburan dingin yang menelan segalanya dan itu… baru satu pedang.

“…Guru bilang ia punya empat pusaka langit…” bisik Gao Rui lirih.

Tulang punggungnya terasa dingin. Namun di tengah rasa takut yang masih menggantung dalam dirinya, tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Perlahan, ketakutan itu berubah menjadi kesadaran lain.

“…Guruku… memang luar biasa…”

Ia menatap langit-langit dengan pandangan kosong, lalu tersenyum getir.

“Sial… aku baru sadar…”

Ia mengangkat tangan kanannya dan menatapnya dalam-dalam, seakan menggenggam tekad baru.

“Aku… benar-benar harus jadi kuat. Kalau tidak… aku akan mati sebelum sempat mencapai apa pun.”

Suara langkah kaki terdengar dari luar kamar. Aroma teh hangat ikut masuk. Pintu kamar bergeser terbuka dan sosok Boqin Changing muncul sambil membawa sebuah nampan.

Ia melirik muridnya sambil berkata dengan nada biasa saja.

“Kau sudah bangun? Bagus. Aku pikir kau akan pingsan dua hari.”

Gao Rui buru–buru menyingkap selimut dan bangkit duduk.

“Gu-Guru! Maaf! Aku… aku bangun terlambat!” katanya panik. “Seharusnya aku yang menyiapkan sarapan, tapi malah membuat Guru...”

Ia mencoba berdiri, namun begitu kedua kakinya menjejak lantai, tubuhnya langsung goyah. Lututnya bergetar hebat, seakan tidak sanggup menopang berat tubuhnya sendiri. Pandangannya sedikit berkunang dan ia hampir jatuh.

Brakk!

Telapak tangan Boqin Changing menahan bahunya sebelum ia sempat mencium lantai.

“Jangan memaksakan diri.” kata Boqin Changing santai sambil meletakkan nampan makanan di meja kecil dekat ranjang. “Kau belum terbiasa dengan aura kematian yang pekat. Wajar kalau tubuhmu masih bereaksi.”

Gao Rui menunduk malu, napasnya belum stabil.

“Tetap saja… Guru tidak seharusnya memasak untukku…”

Boqin Changing malah tertawa kecil.

“Kalau sampai muridku mati kelaparan karena tidak bangun-bangun, bukankah itu akan merusak namaku sebagai gurumu?”

Ia menarik bangku kecil lalu duduk, kemudian menunjuk mangkuk bubur di atas nampan.

“Makanlah dulu. Kau masih gemetaran, bagaimana kau mau latihan hari ini?”

Gao Rui menelan ludah. Perutnya langsung berbunyi saat melihat bubur panas dengan irisan daging asap di atasnya. Meski malu, ia pun mengambil mangkuk itu dan mulai makan perlahan.

Beberapa saat berlalu dalam diam. Hanya terdengar suara sendok beradu ringan dengan mangkuk.

Namun setelah beberapa suapan, Gao Rui tak tahan lagi untuk membuka mulut.

“Guru… aku benar-benar tidak menyangka,” katanya pelan tanpa menatap gurunya. “Pusaka langit… aku dulu hanya mendengarnya dalam legenda. Katanya itu adalah pusaka terkuat di alam ini. Tidak mungkin bisa ditemukan oleh sembarang orang. Tapi Guru… Guru memiliki empat.”

Boqin Changing hanya mengangkat alis dan tersenyum tipis.

“Siapa bilang pusaka langit adalah yang terkuat?” katanya sambil menuang teh ke cawan.

Gao Rui spontan menoleh.

“Eh?”

Boqin Changing mengangkat cawannya.

“Di atas pusaka langit, masih ada satu lagi.”

Gao Rui membeku beberapa detik.

“…Jangan bilang… ada pusaka yang lebih kuat dari pusaka langit?”

“Benar.” Boqin menatap keluar jendela, seakan mengingat sesuatu yang jauh. “Namanya Pusaka Alam.”

Gao Rui benar-benar terpaku. “Pusaka… Alam?”

“Keberadaannya tidak tercatat dalam sejarah,” lanjut Boqin Changing.

Gao Rui mengerutkan kening. Kisah itu terasa seperti dongeng.

Lalu ia bertanya ragu.

“Guru… apakah Guru memilikinya?”

Boqin Changing terkekeh pelan.

“Saat ini? Belum.”

“Berarti… Guru berniat mencarinya?”

“Entahlah,” jawab Boqin Changing dengan suara rendah namun penuh keyakinan. “Suatu hari… setelah semua urusanku selesai mungkin aku akan mencarinya.”

Boqin Changing ingat di kehidupan pertamanya, ia sempat memiliki pusaka alam. Saat itu salah satu pengikutnya yang ia panggil dari bola pemanggil menemukan sebuah pusaka maha dahsyat di Kekaisaran Shang. Hanya saja karena perasaan senang itu, ia lupa menanyakan detail dimana pusaka itu ditemukan.

Boqin Changing menyandarkan tubuhnya dan meminum tehnya dengan santai, seolah yang ia bicarakan hanyalah masalah sepele seperti hujan turun semalam.

Gao Rui mengusap wajahnya dan menarik napas panjang.

"Guru macam apa yang sedang kuhadapi sebenarnya? Sungguh… di dekat orang ini, akal sehat dan pengetahuan yang ada saat ini serasa tidak berguna." ucap Gao Rui dalam hatinya.

Setelah berbicara panjang lebar, Gao rui akhirnya mengetahui urutan pusaka berdasarkan kekuatannya.

Urutan tingkatan pusaka  di alam ini dimulai dari yang paling rendah sebagai berikut.

-        Pusaka Kelas Tiga

-        Pusaka Kelas Dua

-        Pusaka Kelas Satu

-        Pusaka Raja

-        Pusaka Bumi

-        Pusaka Langit

-        Pusaka Alam

...*****...

Boqin Changing kemudian bangkit dari duduknya setelah meneguk teh terakhir.

“Sudah cukup istirahatnya,” katanya sambil menatap Gao Rui. “Hari ini kita lanjut latihan. Selama tiga sampai empat minggu ke depan, aku akan menempa fisikmu terlebih dahulu. Kalau fondasimu lemah, sehebat apa pun teknik pernapasanmu, kau hanya akan jadi ayam sayur.”

Gao Rui meletakkan mangkuknya lalu berdiri, kali ini perlahan agar tubuhnya tidak kembali goyah. Meski ototnya masih gemetar, tekad di matanya sudah kembali menyala.

“Baik, Guru! Aku siap!”

Ia bergegas keluar rumah dan menuju halaman. Angin pagi masih dingin, embun tipis menempel di rerumputan, namun semangatnya memanaskan darah. Di ujung halaman dekat gudang kayu, keranjang besar berisi batu-batu sungai sudah menunggunya. Beban itu tidak ringan, bahkan untuk ukuran seorang pendekar pertama sekalipun, itu cukup menyiksa. Tapi bagi Gao Rui… itu sudah menjadi bagian dari hidupnya selama seminggu terakhir.

Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, ia mengangkat keranjang itu ke punggungnya. Saraf-saraf ototnya langsung menegang, nadinya berdetak cepat, namun dia menarik napas panjang dan menegakkkan punggungnya.

“Guru,” katanya sambil tersenyum lelah tapi antusias, “aku mulai.”

Boqin Changing menyilangkan tangan di dada, berdiri di bawah rindang pohon pinus kecil dan mengangguk.

“Berlari tiga puluh kilometer hari ini.”

Gao Rui mengangguk lalu mulai berlari mengitari rumah menuju jalan setapak di belakang bukit. Suara langkahnya menghentak tanah ritmis, semakin lama semakin menjauh. Boqin Changing mengikutinya dengan tatapan tenang.

Seminggu. Hanya dalam waktu sesingkat itu, perubahan kecil sudah mulai terlihat pada Gao Rui. Pernafasannya kini teratur, langkahnya stabil, tubuhnya mulai terbiasa. Fondasinya mulai terbentuk, perlahan tapi pasti. Namun Boqin Changing tahu ini baru permulaan untuk muridnya.

Beberapa jam kemudian… Gao Rui masih terus berlari. Dahinya berlumur keringat, napasnya memburu, tapi matanya tetap fokus. Otot paha dan betisnya terbakar, pundaknya seperti ditusuk jarum tiap kali beban itu berguncang.

Meski begitu… bibirnya melengkung membentuk senyum kecil.

“Hah… hah…” ia tertawa di sela napasnya yang berat. “Hari ini… aku pasti bisa… lebih jauh!”

Ia tahu ini baru permulaan jalan menuju kekuatan. Meski jalur itu penuh penderitaan… tapi ia menyukainya. Karena di tempat ini, ia merasa benar-benar hidup.

1
opik
mantap
Dewi Kusuma
bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops 🍌🍒🍅🍊🍏🍈🍇
Anonymous
makin seruuuu 😍
John Travolta
jangan kendor updatenya thor
hamdan
thanks updatenya thor
Duroh
josssss 💪
Joko
go go go
Wanfaa Budi
😍😍😍😍
Mulan
josssss
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
Zainal Arifin
mantaaaaaaaappppp
y@y@
👍🏾⭐👍🏻⭐👍🏾
y@y@
👍🏿👍🏼💥👍🏼👍🏿
Rinaldi Sigar
lanjut
opik
terimakasih author
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
berjaga
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
Dialog tag kan ini? Diakhiri pake koma ya thor (bukan problem besar sih, pembaca lain juga banyaknya pada gak sadar 🤭)
A 170 RI
mereka binafang suci tapi mereka lemah..yg kuat adalah gurumu
Joko
super thor 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!