Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 6
Dua tahun berlalu dalam sekejap mata.
Kota Awan Putih hari ini dipenuhi dengan kemeriahan yang luar biasa. Jalan-jalan dihiasi lentera merah, dan aroma dupa wangi tercium di setiap sudut. Hari ini adalah hari besar tahunan bagi Klan Zhu—Upacara Pembangkitan Roh.
Semua anak keturunan Klan Zhu yang telah menginjak usia lima tahun wajib mengikuti upacara ini. Tujuannya satu: untuk melihat apakah mereka memiliki Akar Roh (Spirit Root) yang memungkinkan mereka menyerap Qi Langit dan Bumi, serta menentukan seberapa tinggi bakat mereka.
Di tengah alun-alun batu pualam yang luas, sebuah panggung raksasa telah didirikan. Di tengahnya berdiri sebuah pilar kristal setinggi tiga meter Pilar Pengukur Roh.
Ribuan pasang mata menatap ke arah panggung. Bukan hanya anggota klan, tapi juga utusan dari keluarga bangsawan lain dan bahkan pengamat dari sekte-sekte kecil yang mencari bibit unggul.
Namun, pusat perhatian semua orang tertuju pada satu sosok.
Duduk di barisan depan kursi VIP, di sebelah Patriark Zhu Hao, adalah seorang bocah laki-laki berusia lima tahun. Ia mengenakan jubah putih bersulam benang emas. Wajahnya tampan dengan aura ketenangan yang tidak wajar untuk anak seusianya.
Zhu Shi Hao.
"Itukah bocah yang lahir dengan fenomena Naga dan Phoenix lima tahun lalu?" bisik seorang tamu dari Keluarga Li.
"Ya. Tapi dengar-dengar, selama dua tahun terakhir dia jarang keluar rumah. Ada rumor kalau bakatnya layu sebelum berkembang," balas tamu lain dengan nada sinis.
Shi Hao yang duduk di kursi VIP hanya menutup mata, mengabaikan bisik-bisik semua orang. Dalam hatinya, ia sedang memeriksa kondisi tubuhnya.
'Meridianku sudah terbuka sempurna berkat latihan diam-diam selama dua tahun ini. Hari ini hanya formalitas,' batinnya.
"Upacara dimulai!" suara lantang Tetua Agung menggema.
Satu per satu anak-anak maju ke depan. Mereka meletakkan tangan di Pilar Pengukur Roh.
"Zhu Ming! Akar Roh Tanah, Tingkat 3. Lulus!" Cahaya kuning redup bersinar di pilar. Anak itu tersenyum lega. Tingkat 3 cukup untuk menjadi murid luar.
"Zhu Ling! Tidak ada reaksi. Gagal. Jadilah pengurus pembukuan klan." Anak perempuan itu menangis histeris saat diseret turun panggung. Dunia kultivasi memang kejam. Tanpa bakat, kau hanyalah semut.
Suasana menjadi sedikit membosankan hingga giliran seorang anak bertubuh tegap maju. Dia adalah Zhu Yan, sepupu Shi Hao, anak dari Tetua Kedua.
Zhu Yan meletakkan tangannya dengan percaya diri.
WOOSHH!
Cahaya merah menyala terang, mengisi pilar hingga angka 7.
"Zhu Yan! Akar Roh Api, Tingkat 7! Jenius!" teriak Tetua Agung.
Kerumunan bersorak. Tingkat 7 adalah bakat yang hanya muncul sepuluh tahun sekali di Kota Awan Putih. Tetua Kedua tertawa lebar sambil melirik provokatif ke arah Zhu Hao.
"Zhu Shi Hao! Giliranmu!"
Suasana mendadak hening. Sorak-sorai lenyap. Semua leher memanjang ke depan.
Shi Hao berdiri. Ia berjalan santai menaiki tangga panggung. Langkahnya ringan, jubahnya berkibar pelan. Tidak ada ketegangan di wajahnya, hanya ketenangan sedingin es.
Ia berdiri di depan pilar kristal itu.
Zhu Hao di kursi utama menggenggam pegangan kursinya erat-erat. "Tunjukkan pada mereka, Nak."
Shi Hao mengulurkan tangan kanannya yang mungil.
'Sistem pengukur ini kuno sekali. Kalau aku keluarkan semua potensiku, pilar rongsokan ini pasti meledak. Sebaiknya aku tahan sedikit,' pikir Shi Hao.
Ia menempelkan telapak tangannya.
Hening...
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Pilar itu tidak bereaksi. Masih bening seperti kaca.
"Hah?" "Kosong?" "Gagal?! Bocah Naga-Phoenix itu sampah?!"
Tawa mengejek mulai terdengar dari barisan keluarga musuh. Tetua Kedua menyeringai sinis. "Sayang sekali, Patriark. Sepertinya langit hanya bercanda saat kelahirannya."
Namun, Shi Hao tersenyum tipis. "Kalian terlalu cepat menilai."
Ia mengalirkan sedikit saja seujung kuku dari Qi Primordial yang ia simpan di Dantiannya.
KRAK!
Terdengar suara retakan. Bukan dari panggung, tapi dari dalam pilar kristal itu.
Tiba-tiba, cahaya menyilaukan meledak!
Bukan satu warna. Emas, Hijau, Biru, Merah, Cokelat. Lima elemen warna berputar cepat di dalam pilar, lalu menyatu menjadi warna Putih Susu yang sangat pekat dan menyilaukan mata.
Pilar itu bergetar hebat. Cahayanya melesat naik melewati angka 7... angka 8... angka 9...
TING!
Cahaya itu tidak berhenti. Ia menembus ujung atas pilar, menembak lurus ke langit siang, membelah awan yang ada di atas kota!
"A-Apa itu?!" Tetua Agung ternganga sampai rahangnya hampir lepas.
Di dalam cahaya putih itu, samar-samar terdengar lagi auman naga purba.
PYAR!
Pilar Pengukur Roh itu tidak kuat menahan beban energi. Kristal keras itu meledak berkeping-keping menjadi debu bercahaya yang menghujani Shi Hao, membuatnya tampak seperti dewa kecil yang turun ke dunia fana.
Hening. Kali ini hening yang mencekam. Tidak ada yang berani bernapas.
Shi Hao mengibas-ngibaskan debu dari jubahnya, lalu menoleh ke arah Tetua Agung yang masih mematung.
"Maaf, Tetua. Sepertinya aku merusaknya. Apakah aku perlu ganti rugi?" tanya Shi Hao dengan nada polos yang menyebalkan.
Zhu Hao adalah orang pertama yang sadar. Ia melompat berdiri dan tertawa menggelegar, suaranya mengandung Qi hingga menggetarkan seluruh alun-alun.
"HAHAHA! Ganti rugi?! Siapa yang berani minta ganti rugi?!"
Zhu Hao menatap semua orang dengan bangga.
"Dengar semuanya! Putraku, Zhu Shi Hao... memiliki Akar Roh Surgawi Lima Elemen (Perfect Heavenly Root)! Bakat tingkat Legenda!"
Kerumunan meledak dalam kegemparan. Tingkat 9 adalah batas nalar manusia. Menghancurkan pilar berarti bakatnya melampaui skala pengukuran duniawi.
Di sudut tersembunyi, mata-mata dari sekte musuh buru-buru menulis surat di kertas jimat dan membakarnya untuk mengirim pesan darurat.
'Target prioritas. Bunuh sebelum dia tumbuh dewasa!'
Shi Hao turun dari panggung, wajahnya tetap datar. Baginya, ini hanyalah langkah kecil.
'Akar Roh Surgawi? Itu sebutan orang bodoh,' batinnya. 'Yang sebenarnya bangkit di dalam tubuhku adalah Tulang Dao Agung (Supreme Dao Bone). Jalan menuju Keabadian baru saja terbuka.'
Namun, saat ia berjalan kembali ke kursinya, ia merasakan tatapan aneh. Bukan tatapan memuja atau membenci.
Shi Hao menoleh ke arah tribun tamu VIP. Di sana, duduk seorang gadis kecil seusianya, mengenakan gaun biru es yang indah. Kulitnya pucat seperti salju, rambutnya perak berkilau.
Gadis itu menatap Shi Hao dengan mata biru jernih tanpa emosi, lalu mengangguk kecil seolah mengakui keberadaan sesama predator.
'Energi Yin Murni?' alis Shi Hao terangkat. 'Menarik. Ada monster kecil lain di kota ini.'