Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kamu adalah sahabat terbaik
Reza menatap ponselnya dengan pandangan datar tanpa ekspresi. Ia lalu memejamkan mata, menghirup udara sebanyak-banyaknya guna memasok oksigen ke dalam paru-parunya yang terasa kosong.
Pembicaraannya bersama Rinjani di telepon beberapa saat lalu, Reza tanggapi dengan serius. Dia lalu mencari kontak Dimas dan menghubunginya.
"Ya halo, Za. Kamu sudah sampai di mana?" tanya Dimas dari seberang telepon.
"Aku masih di bandara, menunggu jadwal penerbangan," jawab Reza.
"Baru saja Rinjani menelponku. Sepertinya dia tidak terima rumah itu aku robohkan, dan dia berniat membawa kasus ini ke meja hijau," lanjutnya menambahkan.
"Menurutmu---apa sebaiknya aku kembali saja, untuk menuntaskan masalah ini?" tanyanya kemudian.
"Kamu tidak perlu balik lagi. Sayang ongkosnya. Urusan di sini biar aku sama Pak Sigit yang menanganinya. Kamu tinggal terima beres saja." Dimas menyarankan.
"Baiklah...terima kasih, Dim. Aku banyak berhutang budi padamu." Reza terdiam beberapa saat. Matanya berkaca-kaca, rasa haru tiba-tiba menyeruak memenuhi rongga dadanya.
Orang lain begitu peduli padanya, tetapi orang yang selama ini dia anggap keluarga justru mengkhianatinya, menikamnya dengan begitu kejam.
"Semoga suatu hari nanti, aku bisa membalas semua kebaikanmu..." ujarnya dengan suara tercekat.
"Kamu ini ngomong apa sih, Za. Itulah gunanya sahabat. Aku justru senang bisa membantumu. Setidaknya, aku bisa menjadi manusia yang bermanfaat buat orang lain," tutur Dimas bijak.
"Ya sudah, aku tutup ya. Sepertinya penerbanganku akan segera berangkat. Sekali lagi terima kasih, untuk semua bantuannya. Kamu adalah sahabat yang terbaik!" ujar Reza, dengan tulus dari dasar hatinya.
"Iya, sama-sama, Za. Hati-hati di perjalanan, dan jangan lupa kabari aku jika sudah sampai tujuan. Aku akan selalu mendukungmu!" jawab Dimas dengan hangat dan rasa persahabatan yang sangat kental.
*
Sore itu Farhan baru saja pulang dari kantor dan dia begitu terkejut ketika melewati rumah kakaknya telah roboh dan hancur menjadi reruntuhan. Pria itu menghentikan motornya tepat di depan bekas bangunan. Batinnya bertanya-tanya perbuatan siapakah gerangan yang telah tega menghancurkan rumah kakaknya itu.
Farhan pun segera pulang ke rumahnya, dan akan meminta penjelasan dari ibunya.
"Bu... Ibu...!" panggilnya begitu dia sampai di rumah ibunya.
Bu Haryani yang saat itu sedang berada di dapur pun segera keluar, ketika mendengar panggilan dari anak kesayangannya.
"Eehhh...kamu sudah pulang, Le," katanya sambil tersenyum.
"Iya, Bu," jawab Farhan seraya menyalami ibunya.
"Bu... Ibu tahu nggak kenapa rumah Mas Reza dirobohkan?" lanjutnya bertanya.
Bu Haryani tampak menghela napas berat. Ia lantas duduk di kursi, raut wajahnya tampak sedih juga kecewa. Lalu wanita setengah baya itu menceritakan yang ia tahu pada Farhan. Ia juga menceritakan pada anak lelakinya itu bagaimana Rinjani yang sangat syok dan histeris ketika mengetahui rumahnya telah menjadi reruntuhan.
Farhan mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras disertai gigi-giginya yang gemeretak menahan amarah di dada.
"Aaah...sial! Bukan ini yang aku harapkan. Aku kira dengan merebut Rinjani darinya, aku juga bisa menikmati semuanya. Tapi ternyata, dia jauh lebih licik dari yang aku bayangkan," kata Farhan dalam hati.
"Han, bagaimana kelangsungan hidup ibu selanjutnya setelah ini? Apa kakakmu masih mau menyokong kebutuhan sehari-hari ibu?" tanya Bu Haryani. Wajahnya diliputi keraguan serta kecemasan.
Farhan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Dia mengambil ponsel dari saku celananya lalu menghubungi seseorang. Sayangnya, panggilannya hanya dibalas oleh suara operator.
"Si*lan...! Nggak bisa dihubungi lagi. Ke mana sih, dia? Apa mungkin sudah balik ke Kalimantan?"
"Emangnya sudah ada putusan dari pengadilan?" Farhan bertanya dalam hati.
"Sebaiknya aku mengajak Rinjani ketemuan." Farhan kemudian mengirimkan pesan kepada Rinjani untuk bertemu di tempat biasa mereka janjian.
"Aku keluar sebentar ya, Bu," pamitnya pada sang ibu.
Bu Haryani tidak menjawab. Ia hanya mengangguk saja seraya menatap punggung Farhan yang pergi meninggalkan rumah.
Farhan sampai terlebih dahulu di tempat yang telah mereka tentukan. Dia turun dari motornya, lalu duduk di tunggak akar kayu bekas ditebang.
Rinjani datang beberapa menit kemudian. "Kenapa nggak datang ke rumah saja sih, Mas?" tanyanya dengan wajah cemberut.
Farhan tersenyum, lalu merangkul Rinjani dan membawanya duduk di salah satu bangku.
"Maaf, aku sengaja mengajakmu keluar agar pikiranmu tidak suntuk, dan kita bisa ngobrol dengan leluasa," kata Farhan beralasan.
"Oh ya, bagaimana hasil sidangnya?" tanyanya kemudian. "Maaf, akhir-akhir ini aku sangat sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk pulang ataupun menanyakan kabarmu."
"Aku kalah di persidangan, bahkan hak asuh Dhea jatuh pada Reza," kata Rinjani dengan sedih, airmatanya meluncur begitu saja.
"Kamu juga pasti sudah melihat sendiri, rumah itu sekarang hanya tinggal puing-puing reruntuhan. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang." Airmata Rinjani makin deras membanjiri pipinya.
"Kur*ng aj*r... si Reza itu! Kalau saja hak asuh Dhea jatuh pada Rinjani, setidaknya aku masih bisa mengeruk uang Reza dengan alasan untuk keperluan Dhea," geram Farhan dalam hati.
"Kenapa kamu bisa kalah? Bukankah kamu bilang memakai jasa dua pengacara?"
"Pengacara Reza ternyata sangat lihai membalikkan keadaan..." Rinjani lantas menceritakan jalannya persidangan.
"Kamu tenang saja. Aku akan menghubungi Reza dan meminta dia mengembalikan Dhea." Farhan mengambil ponselnya lalu menghubungi Reza berharap kakaknya itu mengangkat panggilannya.
Namun, setelah beberapa kali mencoba, tetap saja tak terhubung, dan selalu disambut oleh suara operator. Farhan mendengus kesal karena merasa diabaikan.
*
Sementara itu, setelah menempuh perjalanan udara kurang lebih satu jam lima belas menit, sampailah pesawat yang ditumpangi Reza bersama Dhea di bandara tujuan.
Reza kini telah berada di terminal kedatangan sambil menggandeng Dhea. Karena hari telah malam, Reza memutuskan untuk mencari penginapan. Sebab tidak mungkin melakukan perjalanan di malam hari bersama anaknya yang masih kecil. Terlalu beresiko. Reza ingin Dhea merasa nyaman bersamanya.
"Kita mau ke mana, Yah?" tanya Dhea.
"Cari penginapan. Baru besok kita lanjutkan perjalanan," jawab Reza tersenyum.
"Dhea senang nggak, pergi bersama ayah?" tanya Reza setelah mereka berada di kamar penginapan yang cukup nyaman.
Dhea tersenyum dan mengangguk. "Senang, Ayah. Sayangnya Ibu tidak bersama kita," jawab gadis kecil itu dengan polosnya.
Senyum Reza perlahan memudar, dia tahu ini tidak mudah. Dhea selama ini-- sehari-harinya selalu bersama Rinjani, sedangkan dirinya pontang-panting sibuk mencari nafkah.
Kadang dia berangkat sebelum anaknya bangun dan pulang ke rumah di saat sang anak sudah terlelap. Meski begitu di saat ada waktu luang dia selalu menyempatkan diri untuk menemani Dhea, bermain dengannya, dan mendengarkan cerita tentang hari-harinya.
Reza ingin menjadi ayah yang baik, meskipun keadaan tidak memungkinkannya untuk selalu bersama sang anak. Namun, Reza selalu berusaha untuk membuat waktu yang mereka habiskan bersama menjadi berharga.
Reza mendekap Dhea, lalu berbicara dengan lembut dan hati-hati. "Dhea, dengar ayah ya, sayang. Saat ini...ayah dan ibu sudah berpisah. Jadi...?
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂