Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Mimpi buruk
Pak Haris dan Bu Hasna tampak terkejut dan tidak menyangka, ketika tanpa paksaan Ajeng mengatakan menyetujui perjodohannya dengan Darren. Pak Haris bahkan langsung bangkit dari kursinya dan memeluk putri sulungnya itu.
"Terima kasih, Nak. Bapak sangat bahagia kamu menyetujui perjodohan ini. Percaya sama bapak, kamu tidak akan menyesal menikah dengannya." Pak Haris semakin erat memeluk putrinya.
Bu Hasna mendekat dan bergabung memeluk keduanya.
Sementara Darren tampak bengong menyaksikan pemandangan mengharukan di depan mata. Namun, Apakah dia harus senang atau... entahlah, dia sendiri tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Karena hatinya masih kosong, belum ada percikan cinta yang mampu menyentuhnya.
"Mas Darren, apa kamu setuju jika kita menikah secepatnya?" tanya Ajeng.
Darren masih terdiam, dia tampak memikirkan sesuatu, seraya menatap Ajeng dengan serius. "Apa Mbak Ajeng sudah yakin ingin menikah dengan saya?" tanyanya. Dan Ajeng mengangguk mantap.
"Tapi saya hanya seorang montir, penghasilan nggak tentu. Apa Mbak Ajeng sanggup?" Sekali lagi Ajeng mengangguk.
"Saya siap, Mas," jawab Ajeng yakin.
Pak Haris dan Bu Hasna akhirnya bisa tersenyum lega mendengar jawaban dari Ajeng.
*
Sepulang dari rumah Pak Haris, Darren berniat menghubungi orangtuanya, tetapi ada sedikit kebimbangan di dalam hatinya. 'Bagaimana reaksi Mami sama Papi nanti, kalau tiba-tiba aku bilang akan menikah?'
Darren menarik napas dalam-dalam, lalu melepaskannya kasar. 'Tidak ada salahnya dicoba.' Dia pun langsung mengaktifkan nomor lamanya, dan... terdapat ratusan panggilan tak terjawab serta pesan dari orangtua juga saudara-saudaranya.
Panggilan tersambung, Mami Mia yang saat itu sedang duduk santai di gazebo langsung terkesiap dengan mata membeliak tak percaya begitu melihat siapa yang menghubunginya. Buru-buru ibu dari lima orang anak itu menerimanya.
"Assalamualaikum, Mi," sapa Darren dengan suara bergetar.
"Waalaikumsalam, Abang...!" Mami Mia langsung histeris. "Abang ada di mana sekarang? Huhuhu..." Mami Mia tak sanggup menahan tangisnya.
"Ren baik-baik saja, Mi. Mami jangan khawatir, ya," ucap Darren lembut. Terdengar olehnya isak tangis maminya.
"Abang, maafin mami yang tidak peka dengan Abang. Seandainya mami tahu lebih awal pasti mami tidak akan melakukannya sehingga tidak menyakiti hati Abang lebih dalam..." Suara Mami Mia terdengar terbata-bata.
"Ren gak papa, Mi. Sebenarnya ada yang ingin Ren sampaikan pada Mami. Tapi Mami harus janji akan menuruti permintaan Ren," ucap Darren.
"Oke, mami janji, Sayang. Sekarang, cepat katakan apa yang ingin Abang sampaikan ke mami," kata Mami Mia dengan tidak sabar.
"Ren... Ren, akan menikah, Mi..." kata Darren lirih.
"Whaaat... Are you seriously?" pekik Mami Mia seraya berdiri dari duduknya.
Darren memejamkan matanya sambil mengatupkan bibirnya, serta meletakkan kepalan tangannya di kening.
"Mi, tolong dengar, Ren. Mami dan Papi datang ke alamat yang Ren kasih, tapi please..." Darren lalu mengajukan syarat yang awalnya ditolak mentah-mentah oleh Mami Mia, tetapi setelah dijelaskan oleh Darren, akhirnya wanita cantik itu pun mengerti.
*
*
*
Setelah berbagai persiapan dilakukan, akhirnya pernikahan Darren dan Ajeng digelar di rumah Pak Haris. Keluarga, kerabat, dan handai taulan berkumpul untuk merayakan hari bahagia pasangan muda itu. Suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan memenuhi seluruh penjuru ruangan.
Pernikahan Darren dan Ajeng terasa begitu sakral di tengah dekorasi indah bernuansa putih dan emas. Darren mengucapkan ijab kabul dengan lantang dan tegas disaksikan oleh seluruh anggota keluarganya.
"Sah!" para saksi berseru lega. Suara mereka menggema di ruangan, memecah ketegangan yang sejak tadi menggantung.
Darren menghela napas, berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang, saat melihat Ajeng berjalan mendekat ke arahnya dengan anggun Senyum terpancar dari wajahnya meski belum ada cinta di hatinya, tetapi dia berjanji akan berusaha menjadi suami yang baik.
Setelah ijab kabul yang penuh khidmat, acara dilanjutkan dengan resepsi yang meriah. Darren dan Ajeng, kini resmi sebagai pasangan suami istri, berdiri berdampingan di pelaminan, menyambut para tamu undangan.
Darren, dengan setelan jas hitamnya yang elegan, tampak gagah dan berwibawa. Ajeng, dalam balutan gaun pengantin putih yang mewah, terlihat anggun dan mempesona. Senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya saat menyapa para tamu. Di samping kanan kiri mereka berdiri Pak Haris dan Bu Hasna serta Mami Mia dan Papi Baim.
Mereka menyalami setiap tamu dengan hangat, mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka yang memberikan ucapan selamat dan doa restu, berharap agar kedua mempelai pengantin selalu bahagia dan langgeng dalam membina rumah tangga.
"Selamat ya, Darren, Ajeng! Semoga kalian selalu bahagia dan segera diberikan momongan," ujar seorang tamu sambil menyalami kedua mempelai.
"Terima kasih banyak," jawab Darren dan Ajeng serempak, senyum mereka semakin merekah.
Suasana resepsi sangat meriah dengan alunan musik yang mengalun indah dan menghibur serta hidangan lezat yang menggugah selera. Para tamu undangan terlihat menikmati acara, sambil bercengkrama dan berbagi kebahagiaan dengan kedua mempelai.
Di tengah kemeriahan resepsi terus berlanjut itu, tak seorang pun menyadari bahwa Ajeng, sang mempelai wanita, perlahan menyelinap pergi. Ia berpamitan kepada beberapa kerabat dekat dengan alasan ingin beristirahat sejenak, lalu menghilang di antara kerumunan para tamu.
Darren, yang terlalu asyik berbincang dengan teman-teman dan keluarganya, sama sekali tidak menyadari kepergian istrinya. Dia mengira Ajeng hanya pergi ke toilet atau ke kamar untuk beristirahat atau memperbaiki penampilannya.
Namun, waktu terus berlalu, dan Ajeng tak kunjung kembali. Darren mulai merasa khawatir. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari keberadaan istrinya.
"Maaf, apa ada yang melihat, Ajeng?" tanya Darren kepada salah seorang kerabatnya.
"Tadi sih, katanya mau istirahat sebentar. Mungkin lagi di kamar," jawab kerabatnya.
Darren bergegas menuju ke kamar, tetapi Ajeng tidak ada di sana. Dia semakin panik dan mulai mencari istrinya ke seluruh rumah. Perasaan aneh mulai menghantuinya.
Hingga akhirnya, seseorang menghampiri Darren dengan wajah pucat. "Mas Darren... Tadi saya melihat Ajeng pergi... bersama seorang pria."
Mendengar kabar Ajeng pergi bersama pria lain, Darren terdiam membeku. Jantungnya seakan berhenti berdetak, pikirannya kosong.
"Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Saya melihat Ajeng dan seorang pria, yang mirip mantan kekasihnya pergi dengan mobil," jawab orang itu dengan tertunduk tak berani menatap Darren.
"Nggak mungkin..." Seketika dia berlari keluar, mencari mobil yang disebutkan orang itu, tetapi dia terlambat. Mobil itu sudah menghilang, membawa serta istrinya, yang baru beberapa jam lalu dinikahinya.
Dunia Darren seakan runtuh seketika, dia terduduk lemas di jalanan, air mata mulai membasahi pipinya. Tak percaya wanita yang baru saja menjadi istrinya tega melakukan hal sekeji itu. "Kenapa... kenapa kamu tega melakukan ini?" lirihnya, suaranya pecah oleh rasa sakit dan pengkhianatan yang menusuk hatinya.
Sore itu, dengan diiringi suara musik yang mengalun merdu, Darren merasakan kehancuran yang tak terperi. Pernikahan yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan, berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
.
.
.
itu menurutku doang lho yaaa, ...🏃♀️🏃♀️🏃♀️