Carmila harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya membawa selingkuhan ke rumah, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Pengkhianatan dari dua orang terdekatnya ini menghancurkan hati Carmila yang selama ini telah berjuang menjadi istri dan nyonya istana yang sempurna.
Dalam keterpurukannya, Carmila bertemu dengan Pangeran Kedua Kekaisaran, dan tanpa ragu mengajukan sebuah hubungan kontrak dengannya.
Apakah Pangeran Kedua itu akan menerima tawarannya, atau menolak secara dingin? Keputusannya akan menentukan arah permainan balas dendam Carmila, sekaligus membuka pintu pada skandal dan intrik yang tak terduga.
Revisi berjalan yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat di malam hari
Tanpa menoleh lagi, ia berbalik dan melangkah pergi dengan tegas.
“S-sayang, tunggu! Dengarkan aku dulu!” seru Duke Castiel panik.
Saat ingin mengejarnya, dua ksatria sudah berdiri di hadapannya. “Nyonya meminta agar semua urusan di selesaikan melalui pengacara,” kata salah satu dari mereka dengan nada datar.
Duke Castiel hanya bisa terdiam, menatap kosong ke arah istrinya yang semakin menjauh.
Begitu Duchess Eleanor benar-benar keluar dari hall, suara bisikan langsung memenuhi ruangan.
Carmila memperhatikan sosok sang Duchess yang tampak goyah di depan pintu bar, satu tangannya menahan dinding untuk menjaga keseimbangan.
“Tunggu sebentar, Yang Mulia,” ucap Carmila pelan, meminta izin pada Alistair sebelum melangkah cepat menyusul wanita itu.
......................
Dari kejauhan, Carmila melihat Duchess Eleanor bersandar di dinding, tubuhnya merosot seolah hampir pingsan. Beberapa ksatria dan pelayan wanita segera berkerumun, berusaha menahan tubuhnya.
"Tunggu sebentar. Permisi."
Carmila berlari keluar dari bar, menerobos kerumunan itu, dan menghampiri sang Duchess.
“Duchess, Anda baik-baik saja?”
Duchess Eleanor menghela napas panjang, dan menepis tangan Carmila. “Sudahlah… biarkan saya sendiri. Aku tidak ingin berurusan dengan orang-orang yang ada di pesta murahan seperti ini.”
Sejenak, Duchess Eleanor menatap Carmila, lalu matanya melebar saat menyadari siapa yang ada di depannya. “Duchess Hamilton?”
"Ya, ini saya, Carmila Hamilton." Jawabnya tenang. "Kalau Anda tidak keberatan, bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol sebentar?"
Duchess Eleanor menatap Carmila lekat-lekat. Ia kemudian meraih tangan yang di ulurkan Carmila dan perlahan bangkit berdiri.
Di jalanan depan bar, yang ramai di lalui orang, tersedia beberapa kursi untuk duduk. Duchess Eleanor dan Carmila duduk di salah satu kursi yang di terangi cahaya tersebut.
“Bolehkah saya merokok?” tanya sang Duchess.
“Tentu saja,” jawab Carmila.
Eleanor mengeluarkan cerutu dari sakunya dan menatapnya sebentar sebelum menyalakan.
Carmila hanya mengangguk.
“Haa…” Eleanor menghirup cerutu dalam-dalam. Tangannya sedikit gemetar, menandakan emosi dari insiden di bar tadi belum sepenuhnya mereda.
Duchess Eleanor menghela napas panjang dan kembali membuka suaranya. “Beberapa waktu lalu, saya mulai mendengar rumor tentang suami saya… katanya ia mempunyai kekasih gelap dan sering menghadiri perkumpulan rahasia seperti ini.”
"Awalnya, saya tidak mau percaya. Saya pikir suami saya bukan orang seperti itu. Meski dikenal suka bersenang-senang, saya yakin ia tidak akan mengkhianati istrinya," ujar Duchess Eleanor.
"Bukankah… suami Anda terkenal sebagai sosok yang sangat mencintai istri?" tanya Carmila.
"Itu cuma tampilan. Suami saya bukan pria yang baik," jawab Duchess Eleanor sambil mencibir. "Di depan semua orang, ia terlihat seperti pria yang mencintai istrinya sepenuh hati. Tapi di belakang, ia sering membuat saya sakit hati. Kecanduan alkoholnya, kebiasaan berjudi diam-diam… semua tingkahnya membuat hidup saya hancur."
Pandangan Eleanor kemudian beralih ke Carmila. "Saya dengar Duke Hamilton juga berselingkuh lebih dulu, bukan?"
"Ya… bajingan itu berselingkuh dengan teman dekatku, Seraphina. Aku bahkan sempat melihat mereka berciuman di taman… sungguh mengejutkan," bisik Carmila.
Eleanor mengerutkan kening, wajahnya menegang. "Astaga… membayangkannya saja sudah membuat saya terkejut," ucapnya pelan.
Carmila terdiam sejenak, ia teringat bahwa Duchess Eleanor juga berasal dari keluarga terpandang saat muda. Ia tahu, situasi keluarga Duke Castiel pun tidak mudah—mereka pernah berjuang keras di masa-masa sulit, dan hanya berhasil bangkit kembali berkat bantuan finansial dari pernikahannya dengan Eleanor. Ternyata, situasi itu sangat mirip dengan apa yang pernah di alami Carmila.
"Dulu, aku pernah bilang pada Castiel… ia boleh melakukan apa pun, tapi jangan pernah berselingkuh. Nyatanya… hari ini ia berani melakukannya," lirih Eleanor. Ia menghela napas panjang, sambil menatap kosong ke kejauhan. "Sekarang… aku tidak punya alasan lagi untuk memaafkannya."
Beberapa saat hening. Eleanor menoleh ke Carmila, tatapannya mulai melembut. "Terima kasih, Duchess Hamilton. Berkatmu, setidaknya aku bisa merasa sedikit tenang."
“Tidak perlu berterima kasih. Aku senang bisa menemanimu,” ujar Carmila.
"Setelah ngobrol hari ini, rasanya kita cukup nyambung, ya," Eleanor tersenyum hangat. "Kalau ada waktu, datanglah ke duchy-ku. Aku akan kirim undangan resmi."
Carmila menanggapi dengan senyum tipis. "Tentu. Kirim saja kapan pun Anda siap, aku akan datang dengan senang hati."
"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi," ujar Eleanor sambil bangkit dari kursi dan menundukkan kepala.
"Ya, sampai jumpa, semoga perjalananmu lancar," balas Carmila, Eleanor mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan Carmila.
......................
"Dari mana saja?"
Saat Carmila kembali memasuki bar Le Voile, Alistair masih berdiri di tempat semula, sambil melipat tangannya.
"Saya baru saja ngobrol dengan Duchess Eleanor." jawab Carmila.
"Begitu rupanya," gumam Alistair.
"Bagaimana dengan Duke Castiel?" tanya Carmila.
"Dia tampak kebingungan, lalu menghilang bersama kekasih gelapnya,"
Carmila mencibirnya dalam hati, 'Dasar bajingan sialan,' pikirnya.
Pria yang di kenal gentle itu ternyata hanya seorang playboy. Memang, citra di mata masyarakat sosial tak selalu bisa dipercaya.
'Mengingat ceritanya, Duchess Eleanor pasti sudah menderita bertahun-tahun,' gumamnya dalam hati.