NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Zahira terpaksa bercerai setelah tahu kalau suaminya Hendro menikah lagi dengan mantan pacarnya dan pernikahan Hendro di dukung oleh ibu mertua dan anak-anaknya, pernikahan selama 20 tahun seolah sia-sia, bagaimana apakah Zahira akan melanjutkan pernikahannya atau memilih bercerai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 31

"Anggi, kenapa kamu bisa sampai lupa menutup akun media sosialmu?!" hardik Hendro dengan nada kesal.

Anggi tidak menjawab. Ia terus menatap layar ponselnya, membaca satu per satu hujatan netizen yang memenuhi kolom komentarnya. Wajahnya tegang, matanya tak lepas dari layar.

"Anggi!" teriak Hendro, kini lebih keras.

"Apa sih, Pah?!" balas Anggi dengan nada tinggi, masih terpaku pada ponselnya. "Lihat nih... semua orang ngejelek-jelekin aku. Ini semua gara-gara Papa!"

"Kamu ini gimana sih bisa sampai lalai mengontrol media sosialmu?!" bentak Hendro geram, nadanya tinggi penuh emosi.

"Pah... aku mau mati aja..." ucap Anggi lirih, suaranya nyaris tak terdengar, penuh kepedihan.

"Astaga, Anggi... istigfar, Nak!" seru Romlah, terkejut dan panik mendengar ucapan keponakannya.

"Tante... kenapa netizen kejam banget sama aku..." tanya Anggi dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca.

Romlah menarik napas panjang, lalu mencoba menenangkan.

"Sabar, Anggi... tenang. Justru makin kontroversial, makin besar cuan yang bisa kamu dapatkan. Ini bukan akhir, tapi peluang."

"Maksud Tante apa?" tanya Anggi dengan dahi berkerut.

"Konten kamu itu viral, Anggi. Kamu pasti akan dapat uang dari situ," ucap Romlah dengan nada penuh keyakinan.

"Tapi aku malu, Tante... semua orang menghina aku," suara Anggi mulai bergetar, matanya memerah.

Romlah mencibir pelan lalu berkata, "Alah, mereka itu cuma sok suci. Hidupnya belum tentu lebih baik. Lagipula, mereka nggak tahu cerita sebenarnya. Siapa juga yang betah punya ibu kampungan dan kekanak-kanakan kayak Zahira? Di zaman sekarang, kamu harus kuat, Anggi. Jangan cemen!"

Anggi menunduk, masih belum bisa menerima kenyataan.

Hendro menimpali, "Sudahlah, sekarang saatnya kita atur semuanya... kita buat Zahira menyesal telah meninggalkan kita."

Romlah langsung menoleh, matanya berbinar. "Caranya gimana, Mas?" tanyanya penuh antusias.

Sejak dulu Romlah memang mengagumi Hendro. Apalagi sekarang, dengan jabatannya yang tinggi di kota besar, ia makin terpikat. Maka saat Hendro meminta bantuannya untuk menghancurkan Zahira, tentu saja Romlah menerimanya dengan senang hati.

"Karna, tolong jelaskan rencanamu," ucap Hendro serius, sorot matanya tajam.

Karna mengangguk pelan, lalu menjawab, "Langkah pertama, aku akan minta RT setempat mengumpulkan data—SPT, KTP, dan KK milik si Edi. Setelah itu, kita akan proses pengalihan kepemilikan rumah itu... termasuk beberapa rumah di sekitar tempat tinggal Zahira."

"Untuk apa semua itu?" tanya Romlah penasaran.

Hendro menyeringai kecil, "Ada rekan bisnisku yang tertarik membangun bungalow di daerah situ. Lokasinya strategis dan cocok untuk investasi jangka panjang."

"Ya, dengan bantuan Pak Hendro, rumah itu akan jadi milikku. Setelah itu, langsung aku jual ke pengusaha yang tertarik dengan tanah di sana," ucap Karna penuh percaya diri.

"Apa... bisa seperti itu?" tanya Romlah dengan nada ragu, tak percaya rencana sekejam itu bisa dilakukan.

Karna tersenyum sinis, "Tentu saja bisa. Untuk urusan begini, Mas Hendro jagonya. Semua bisa diatur—asal ada uang dan koneksi."

Hendro hanya tersenyum tipis, matanya dingin penuh perhitungan.

Percakapan mereka pun terus berlanjut, penuh siasat dan rencana jahat yang disusun rapi, seolah semuanya hanyalah permainan yang tinggal menunggu waktu untuk dijalankan.

..

..

Sementara itu di rumah Zahira, setelah Hendro pulang, suasana justru semakin ramai. Warga sekitar masih berkumpul, menunjukkan simpati dan dukungan untuk Zahira. Beberapa membawa makanan, yang lain hanya duduk menguatkan.

Saat Zahira berjalan ke ruang tamu, ia terkejut melihat Adit datang.

"Adit? Kamu ke sini?" tanya Zahira dengan nada heran.

Adit tersenyum santai. "Bu, emangnya aku nggak boleh ke sini?" sahutnya sambil melirik ke arah Yusni.

Yusni ikut tersenyum. "Jangan sungkan, Nak Adit. Sebelum kalian resmi, kamu boleh nginap di rumah Zahid dulu," katanya dengan nada menggoda penuh arti.

"Resmi apaan sih, Bu?" tanya Zahira, bingung tapi juga geli dengan arah pembicaraan.

Edi ikut angkat suara, nadanya tenang dan bijak. "Ya, tunggu saja proses perceraianmu, Zahira. Bapak lihat, Hendro itu nggak akan menyerah semudah itu. Sebaiknya kamu gugat cerai saja lewat pengadilan."

"Iya, habis itu baru deh kamu bisa resmi sama Adit," timpal Yusni sambil tertawa kecil.

"Aku sih dukung banget kalau sama Mas Adit," ucap Zenab sambil mengacungkan jempol.

"Aku sih yes!" sahut Zahid sambil tertawa lepas.

Zahira menutup wajahnya dengan tangan, merasa malu sekaligus kesal. "Kalian ini ngomong apa sih? Aku sama Adit nggak ada hubungan istimewa!"

Edi tersenyum menatap Adit. "Ya, sepertinya kamu harus berjuang lebih keras lagi, Dit."

Yusni menimpali, "Zahira, Adit itu masih bujangan, loh. Kamu pikir, kenapa dia belum juga nikah sampai sekarang? Dia nunggu kamu."

"Ibu apaan sih..." balas Zahira pelan, pipinya memerah malu.

Adit lalu menatap Zahira, wajahnya serius namun tetap lembut. "Begini, Zahira... aku sudah melamar kamu ke Bapak dan Ibu. Mereka sih jawabannya yes. Tapi yang paling penting... aku juga perlu dengar jawaban dari kamu."

Zahira menatap Adit, sedikit terkejut. "Kamu melamar aku ke orang tuaku... sedangkan aku sendiri belum tentu mau sama kamu." ucapnya, nada suaranya sedikit kesal—tapi tak bisa menyembunyikan rona malu di wajahnya.

"Ya, baguslah, Mbak," ucap Zaenab dengan tulus. "Mas Adit ini beda jauh sama Mas Hendro. Dia banyak bantu keluarga kita, bahkan waktu Mbak masih menikah sama Hendro."

Zahira tersenyum, lalu menoleh pada Adit. "Emang kamu belum menikah, Dit?"

"Aku masih perjaka ting-ting!" jawab Adit bangga, dengan gaya bercanda.

"Aku nggak percaya," balas Zahira sambil menyipitkan mata.

"Mau bukti?" sahut Adit cepat.

"Dasar gila!" Zahira menepuk lengan Adit, mereka pun tertawa.

Percakapan hangat terus berlanjut. Keakraban yang mereka rasakan malam itu terasa begitu istimewa—sebuah suasana yang tak pernah Zahira rasakan selama dua puluh tahun menikah dengan Hendro. Hubungan persaudaraan yang dulunya terasa seperti permusuhan perlahan mencair… hanya karena Zahira mulai membuka hati pada sosok yang benar-benar menghargainya.

Zahira lalu menyodorkan ponselnya ke Zaenab. "Zaenab, aku mau tanya soal ini."

Zaenab menerima ponsel itu dan membaca isi layar. Matanya langsung membelalak.

"Oh, jadi penulis Wanita Sekeras Baja itu... Kaka?" tanyanya kaget.

"Iya, memang kenapa?" sahut Zahira, penasaran.

"Soalnya tiap kali aku buka aplikasi novel online, buku itu selalu muncul di halaman depan!" jelas Zaenab antusias.

"Oh, begitu... tapi sebenarnya bukan itu yang mau aku tanyakan," ucap Zahira cepat.

"Terus, apa dong yang Kaka mau tanya?"

Zahira menarik napas, lalu berkata pelan, "Aku bingung... apakah aku dapat uang dari nulis itu?"

"Coba aku lihat," ucap Adit yang penasaran.

Ia mengambil ponsel dari tangan Zaenab dan mulai memeriksa aplikasi dengan teliti. Beberapa detik kemudian, matanya membulat.

"Ini serius kamu yang nulis, Zahira?"

"Iya," jawab Zahira pelan.

"Astaga... saldo akun kamu udah 3.500!" seru Adit tak percaya.

"Astaga... tahun 2025 gaji penulis masih kecil aja," keluh Zahira, kecewa.

"Eits, tunggu dulu. Kamu tahu nggak itu 3.500 dolar? Kalau dirupiahin, itu sekitar 52 juta, Zahira." jelas Adit penuh semangat.

"Apa?! Lima puluh dua juta?!" Zahira terkejut, tak percaya dengan nominal itu.

"Kaka hebat banget!" Zaenab berkata dengan mata berbinar, terharu dan bangga.

"Dan ini belum semua, loh," tambah Adit sambil scroll aplikasi lain. "Di platform satu lagi, banyak banget yang nawarin buat angkat novel kamu jadi film pendek."

"Dari mana kamu tahu?" tanya Zahira dengan mata melebar.

"Ini, loh. Ada banyak pesan masuk di sini. Emang kamu nggak pernah buka kotak masuknya?"

Zahira hanya menggeleng, masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

1
Larasati
semangat Zahira jangan kalah sama si Hendro , bnyak orang yg menyayangi mu 😘😘
kalea rizuky
uda punya duit cpet urus cerai
Hasanah
bangkitlah Zahira ,enak aj si Hendro dan anak2x itu di mana mam ratna yg mereka banggakan it
Sulfia Nuriawati
jgn lama² update nya y
Sulfia Nuriawati
laki, anak pemuka agama sm² dajjal
Dessy Sugiarti
Nah akhirnya update jugaa...
Jangan selalu pembaca nunggu kakak, padahal ceritanya OK tp yaaa gt deh...
Purnama Pasedu
hugat Hendro,lawan hendro
mahira
emang segitu banyak ya gaji penulis online woww keren ya
FLA
ah senang nya, semoga Zahira mau sama Adit dan lawan tu mantan sok berkuasa itu
Larasati
🥰🥰🥰🥰🥰
Dessy Sugiarti
semoga update lagi nanti kak...
Jangan dutunggu2 seharian ehh malan nggak update penonton kecewaaaa...
FLA
cih bangke emang kalian, gak punya otak
Purnama Pasedu
Hendro masih usaha,awas jatuh,sakit loh
FLA
yg tegas Za, jan ampe kalah dengan mereka
Dessy Sugiarti
Lanjut ditunggu2 dari kemaren eh baru update....
HUUUUHHH SELALU gt ngegantung cerita yg byk org tunggu kisah selanjutnya.....
Purnama Pasedu
itu anakanak Hendro songong ya
Hasanah
kapan up lagi thor
Larasati
yg kuat Zahira 😭😭😭😭
Larasati
sakit bngt JD Zahra anak"nya tidak menghargai sama sekali 😭😭😭😭 lebih baik pergi dr pada tersiksa
Purnama Pasedu
keluarga nggak sadar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!