NovelToon NovelToon
Mengapa Harus Aku?

Mengapa Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Duda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arion Alfattah

Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.

Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.

"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.

"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora

Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.

Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.

Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - Mengapa Harus Aku?

"Pak, aku hanya lewat jalan sana lalu aku mendengar teriakan minta tolong dari dalam rumah itu. Aku penasaran, lalu masuk, kemudian pandanganku terkejut ketika pemilik rumah sudah di tusuk orang. Ada dua pria yang mungkin perampok sebenarnya dan mereka kabur begitu saja setelah menusuk korban. Aku mendekati korban, tapi dia meninggal di tempat. Tidak lama kemudian datang beberapa orang ke sana dan mereka menuduh ku yang melakukannya. Sumpah demi apapun bukan aku pelakunya pak polisi. Jangan penjarakan aku, jangan hukum aku, aku tidak salah." Di tengah isak tangisnya, Naqeela mencoba menjelaskan lagi peristiwa tadi yang dia alami. Sudah ke tiga kalinya dia menjawab pertanyaan yang sama dan ketiga kalinya dia menjawab dengan kejadian yang sama.

Sayangnya penjelasan yang Naqeela katakan seakan menutup kepercayaan dua orang aparat kepolisian itu. Keduanya saling pandang satu sama lainnya seakan saling bicara lewat sorot matanya.

"Gimana komandan? Dia tetap menjawab, tapi jawabannya sama semua."

"Jika begini kita tunggu saja hasil penelitian yang lainnya."

"Siap komandan."

"Pak, aku di bebaskan?" Naqeela berharap kedua anggota polisi itu mau membebaskan dia.

"Kamu belum bisa bebas sebelum semuanya jelas. Hanya ada kamu yang ada di sana dan kami tidak mungkin begitu saja percaya sama omongan kamu di saat para saksi tidak ada. Bisa jadi kesaksian kamu terhadap mereka berubah menjadi tersangka. Kami tidak mungkin membebaskan kamu di saat buktinya belum keluar."

"Ke-kenapa begitu, Pak? Aku mohon bebaskan aku. Aku mau pulang, aku tidak mau di sini. Papaku pasti sedang memikirkan aku, aku mau pulang, Pak. Aku tidak salah." Hanya membayangkannya saja Naqeela tidak sanggup. Apalagi harus berada di dalam jeruji besi dalam kurun waktu cukup lama, dia tidak mungkin bisa menjalaninya, dan sekarang dia sedang memikirkan papanya yang sedang dalam keadaan sakit. Dia takut jika kabar ini membuat papanya syok dan berakibat fatal pada kesehatannya.

"Bawa dia ke tahanan dan jangan lupa hubungi keluarganya sebagai pemberitahuan pada mereka jika anaknya ada di kantor polisi."

"Siap komandan, laksanakan." Kemudian dia menarik tangan Naqeela. "Cepat jalan!"

"Aku tidak mau, Pak. Aku tidak salah! Sudah berapa kali ku bilang kalau aku di fitnah, bukan aku pembunuhnya." Naqeela berontak, tapi tenaganya tidak kalah kuat sehingga dia tidak bisa lepas dari cekalan tangan pak polisi.

"Masuk! Diam di situ dan jangan berisik!"

"Pak bebaskan aku! Pak!"

Tubuhnya luruh ke lantai, tangisnya semakin tidak terkendali lagi. Pikirannya kacau, bingung harus meminta bantuan pada siapa? Dan juga memikirkan orangtuanya yang mungkin sedang memikirkan dan juga mengkhawatirkannya.

"Ya Tuhan, mengapa harus aku yang ada di sini? Seharusnya bukan aku, tapi mereka." Dalam kesendiriannya, Naqeela memeluk kedua lututnya, dia menunduk menangisi perjalanan hidupnya yang tidak mudah. Banyak sekali cobaan yang sering dia hadapi dan kini dirinya harus mendapatkan cobaan yang begitu berat sekali.

"Aku tidak mau tahu, dia harus di hukum atas perbuatannya. Bagaimanapun caranya dia harus tetap di penjara, kalau perlu hukuman mati yang pantas untuk dia."

Samar-samar Naqeela mendengar pembicaraan seorang pria yang diyakini calon suami dari korban. Dia terhenyak mendengar permintaan Narendra.

"Hu-hukum mati!"

"Saya akan bayar berapapun asal pembunuh itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Nyawa di balas dengan nyawa, bagaimanapun juga kalian semua harus menahan dia dan jangan pernah membebaskannya!" Kali ini suara perempuan yang Naqeela dengar.

Semakin runyam saja urusannya dan semakin takut jika mereka tetap menyalahkan dirinya. Sekarang dia hanya bisa berdoa ada keajaiban yang akan membantunya lepas dari penjara.

"Mengapa harus aku yang kalian hukum? Aku bukan pelakunya! Sudah berapa kali aku bilang, bukan aku!" Naqeela berteriak membela dirinya sendiri. Saat ini hanya dia seorang yang mampu membela dirinya sendiri. Dia frustasi karena tidak ada satupun yang percaya pada dirinya. Apa yang akan dia jelaskan jika nanti papanya bertanya? Dia seakan tidak akan sanggup membuat Papanya kecewa dan sakit lagi.

"Kalian semua bodoh! Percaya begitu saja tanpa ada bukti yang jelas. Keluarkan aku dari sini! Aku mau pulang! Bukan aku yang membunuhnya! Mengapa harus aku yang kalian salahkan? Mengapa?"

Dengan lantang dan sorot mata yang tajam serta wajah menunjukan kemarahan, pria yang berada di kursi roda itu menjawab, "kita tidak bodoh, kamu menunjukan semuanya jika kamu yang sudah melenyapkan calon istriku!"

Naqeela menatap bengis pria itu. "Kamu bicara seolah melihat kejadian yang sesungguhnya. Aku berani bersumpah demi Tuhan bukan aku pelakunya. Jika kalian tetap menghukumku, maka aku bersumpah akan menghancurkan kalian semua dan aku sendiri yang akan menemukan mereka semua yang sudah membunuhnya!" Saking prustasi pada keadaannya sekarang, Naqeela berucap tanpa memikirkan apapun lagi.

"Saya pastikan kamu berada di dalam jeruji besi untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu!"

*****

Prang!

Gelas berisikan air minum yang di pegang seorang pria paruh baya tiba-tiba terjatuh begitu saja dari genggamannya. Dadanya berdebar hebat merasakan kekhawatiran terhadap putrinya yang tidak kunjung pulang. Hatinya risau tidak menentu. Baru saja dia terbangun dari tidurnya untuk mengambil minum ke dapur, namun tiba-tiba gelas yang di pegangnya jatuh begitu saja seakan tangannya begitu licin.

"Ya Tuhan! Apa yang terjadi pada Naqeela? Hatiku gelisah, pikiranku terus saja negatif. Sudah jam dua belas malam Naqeela tidak kunjung pulang ke rumah, apa yang terjadi padanya, ya Tuhan?" Hatinya tidak karuan gelisah tidak menentu.

Pelan-pelan dia mendorong kursi rodanya menuju teras depan menunggu anak sulungnya pulang. Kepalanya terus menatap jam yang menempel di dinding rumah. Sudah tengah malam belum terlihat batang hidung Inara. Sebagai seorang ayah dan ibu, pak MULYANA berusaha memberikan sebuah kebahagiaan untuk anaknya, namun semenjak kecelakaan yang mengakibatkan kakinya patah membuat dia sulit berjalan. Untuk berjalan pun harus menggunakan kursi roda. Kini yang menggantikan dia bekerja adalah Naqeela.

"Naqeela, kenapa kamu belum pulang juga?" Biasanya sang putri pulang tepat waktu pada jam setengah sebelas tapi sekarang tidak ada kabarnya lagi. Sebagai seorang ayah, dia sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya.

Dia terus menghubungi no putrinya dengan harapan bisa tahu dimana keberadaan Naqeela apa baik-baik saja, atau sedang dalam masalah yang tidak biasa, tapi ponselnya tidak diangkat oleh Naqeela.

Akan tetapi dia tidak hentinya kembali menghubungi no Naqeela. Sampai pada akhirnya tersambung dan di angkat.

"Hallo, Qeela. Kamu di mana? Kenapa belum pulang juga?" Saking khawatir sampai langsung bertanya tanpa mendengarkan dulu.

( "Selamat malam, Pak. Apa ini keluarga dari Naqeela?" )

Papanya Naqeela terkejut karena yang bicara seorang pria. "I-ini dengan siapa? Kenapa ponsel putriku ada bersama mu?"

( "Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa saudari Naqeela berada di kantor polisi. Dia di laporkan atas kasus pembunuhan." )

Deg.

"Apa?! Pe-pembunuhan?! Tidak mungkin!"

1
Siti M Akil
Nalendra hilang ingatan atau aqella muka nya berubah
Siti M Akil
🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!