zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh satu
"tuan ethan, anda benar-benar serius dengan perintah tuan tadi?" tanya buk nur seraya meletakkan kopi hangat di atas meja kerja pria itu, ethan mendongakkan kepalanya, mata elangnya menatap kepala pelayan itu lekat.
"tuan tahu kan, zahra itu muslimah sama seperti saya?, bagaimana bisa tuan berpikir menjadikan dia sebagai pelayan pribadi, terutama urusan ranjang..."
"buk nur..!" sela ethan cepat, matanya masih mengamati wanita paruh baya itu lekat.
"apakah aku harus menjelaskan semua keputusanku pada ibu?.."
Buk nur menggeleng cepat, namun wajah tuanya masih terlihat gundah. Ia tahu tuannya bukanlah pria seperti itu, sudah 8 tahun dia bekerja pada ethan. Ke rumah ini saja pria tampan itu belum pernah membawa wanita.
"tapi tuan, tak bisakah tuan mengasihani zahra?"
"hhhhhhhh" dengus ethan, senyum separuhnya terlihat.
"gadis itu punya tuhan buk, suruh tuhannya yang menolong"
Mata wanita paruh baya itu membelalak lebar, ia menyadari tuannya sedikit terusik dengan zahra, dia juga seorang muslimah dan tuannya itu tak pernah mempermasalahkan agamanya.
"tadi dengan percaya diri zahra yakin tuhannya akan menolongnya dariku, biarkan dia dengan keyakinannya itu.."
Tatapan simpati buk nur terlihat menenangkan, mata tuanya seakan memahami isi hati pria tampan yang sudah di anggapnya bagai putranya sendiri itu.
"anda hanya ingin menghukumnya atau anda serius dengan perintah tuan tadi?"
"saya serius buk, saya ingin menunjukkan pada gadis sombong itu, kalau agama dan tuhannya sama sekali tak berguna untuknya"
"astaghfirullah..tuan ethan" seru buk nur mengamati wajah tuannya yang marah, rahang tegas pria itu menegang.
"aku mau perempuan itu sudah siap melayaniku nanti malam, aku ada urusan ke kota sebentar. Aku ingin bertemu luke"
Ethan beranjak dari duduknya, pria itu hendak meninggalkan ruangan, ketika pintu ruang kerjanya di buka seorang bodyguard bertubuh besar,
"tuan ethan!, tuan luke ingin bertemu!"
"hai luke, panjang umurmu bro, aku baru saja ingin menemuimu" wajah tampan ethan tersenyum, dengan senyuman selembut itu pria itu terlihat hangat dan tampan.
Luke, pria bertubuh tinggi, dengan hidung mancung. Pria itu berusia sekitaran 30 juga, pria kepercayaan ethan seorang pengacara pribadinya, yang mengurus semua urusan ethan yang berkaitan dengan hukum.
"kita sehati bro, sedari tadi aku juga ingin bertemu denganmu, aku dengar dari anak buahmu kalau kamu membawa seorang pelayan lagi yah?"
"he-um" angguk ethan, ia menghampiri luke yang sudah duduk di sofa, sebelum duduk ethan menatap kepala pelayan kesayangannya.
"buk nur, tolong buatkan coklat hangat untuk tuan luke"
"baik tuan"
Buk nur meninggalkan kedua pria tampan itu di ruang kerja, mata tuanya melirik ke arah tuannya yang tersenyum lembut.
"apakah pelayan barumu itu juga membutuhkan green card"
Luke menatap sahabat sekaligus bosnya itu, mereka berteman sejak high school. Masih segar di ingatan pria mancung itu, awal persahabatannya dengan ethan. Luke adalah seorang anak laki-laki dari keluarga miskin dan broken home, di sekolah dia sering di bully dan di pecundangi para anak laki-laki lainnya, dan sejak ethan masuk ke sekolahnya, ethan selalu melindunginya dari perundungan. Ternyata ethan anak orang kaya raya atau konglomerat, lebih tepatnya anak adopsi pemilik usaha yang menggurita di amerika, pria korea itu di besarkan dengan baik oleh orangtua angkatnya yang tidak memiliki anak. Saat ini ethan menjadi salah satu orang terkaya di negara ini, kedua orangtua angkatnya sudah meninggal dalam kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu.
Luke selalu merasa berterima kasih pada ethan, saat ini ethan baginya bukan hanya sahabat dan bos, tapi hubungan mereka sudah seperti saudara kandung.
"perempuan yang kubeli tadi pagi itu, cukup mahal luke, aku butuh pendapatmu, baik secara personal atau secara hukum, dan kali ini sepertinya perempuan yang kubeli mahal tadi, bukanlah perempuan kebanyakan.."
"heumm, apa maksudmu bukan perempuan kebanyakan?"
Wajah luke terlihat penasaran, ia mengamati wajah ethan yang berubah.
"aku menemukan gadis indonesia, dan sepertinya dia gadis yang cerdas"
Luke tersenyum penuh arti, tatapan matanya terlihat menggoda ethan yang sedikit salah tingkah.
"pasti selain dari indonesia, perempuan yang kamu sebut barusan pasti cantik.."
Ethan tertawa, begitu juga luke hingga ruangan itu terdengar ramai.
"aku heran padamu ethan, kenapa kamu terobsesi menolong semua orang asia tenggara, khususnya Indonesia. Apa yang membuatmu begitu terobsesi menolong mereka?"
Ethan menggeleng tipis, sisa tawa tak lagi terlihat di wajah tampannya itu.
"nanti suatu saat aku akan cerita, tapi saat ini aku belum siap"
"bolehkah aku bertemu perempuan itu?, aku harus tahu kisah hidupnya dan sebab-sebab kenapa dia bisa sampai terjebak ke dalam human traficking?"
"boleh.." sahut ethan cepat,
"tapi jangan sekarang, aku butuh kamu di kantor, ada sedikit urusan yang harus kita selesaikan di sana, selama 4 hari aku tidak ke kantor, sepertinya suasana sedikit tidak kondusif"
"baiklah.." sahut luke mengangguk paham, pria itu berdiri setelah menyeruput coklat panasnya, ia mengikuti langkah panjang ethan menuju garasi mobilnya.
#########
Zahra duduk di sudut ranjang, di kamar besar itu. Sebuah ranjang ukuran king size, fasilitas kamar itu sangat lengkap. Ada kamar mandi di dalam kamar itu, mata zahra masih menerawang, barusan saja ia menyelesaikan salat asharnya. Mukenah buk nur di lipat rapi, ia letakkan di atas meja sebelah ranjang besar itu.
Zahra bangkit dan mulai mengitari seisi kamar, ia harus bisa menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mempertahankan dirinya nanti.
Jantungnya kembali berdenyut lebih kencang setiap ia mengingat tugas yang harus dijalankannya nanti malam.
'ya tuhan.., cabut saja nyawaku, daripada aku harus mengotori diriku dengan perbuatan maksiat, aku ikhlas yah tuhan jika Kau menyabut nyawaku saat ini juga'
Zahra tak menemukan apapun, kamar ini benar-benar steril dari benda tajam. Matanya terpaku menatap selimut di atas ranjang, gemetar zahra membuka selimut itu.
'sepertinya selimut ini bisa kubuat menjadi tali'
"astaghfirullah.." gumam zahra sedih, sekelebat niat untuk membunuh dirinya sendiri merasuki pikirannya sesaat tadi.
Zahra kembali jatuh bersimpuh, air matanya kembali mengalir pilu. Tangannya terangkat ke atas.
"ya Allah..tolonglah hamba-Mu ini yah tuhanku, aku lebih baik mati ya Allah daripada harus hidup terhina dengan menjadi budak nafsu pria itu, tolong aku tuhaaannn"
Sesenggukannya terdengar pilu, tubuh zahra terguncang sedih.
"apa yang salah dengan hidupku yah tuhan, mengapa cobaan yang Kau berikan padaku begitu berat"
Tangis zahra semakin kencang terdengar, ia teringat ibu dan adik-adiknya. Zahra yakin bahwa ia tidak akan pernah bertemu dengan keluarganya lagi.
Bersambung..