NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Pagi hari setelah kejadian di restoran itu, rumah besar keluarga Frenderick terasa lebih dingin dari biasanya. Matahari yang menembus kaca jendela kamar hanya memberi sedikit kehangatan. Keyla membuka mata perlahan, merasakan tempat di sebelahnya kosong. Selimut di sisi Kenny sudah rapi — terlalu rapi, seolah ia bangun jauh sebelum Keyla terjaga.

Keyla duduk sambil menggenggam dada. Ia memejamkan mata mengingat kejadian semalam:

Kenny marah. Pertama kalinya.

Dan itu membuat Keyla takut.

Saat ia turun ke ruang makan, Kenny sudah duduk dengan laptop terbuka, kemeja putih dan dasi yang belum dipasang. Rambutnya sedikit berantakan, tanda ia tidak tidur nyenyak.

“Kamu sudah bangun?” suara Kenny terdengar datar.

Keyla menelan ludah. “Iya… baru saja.”

Kenny mengangguk tanpa menatapnya. Jarinya mengetuk meja pelan, seolah sedang berpikir keras.

“Kemarin… aku minta maaf,” kata Kenny akhirnya. “Aku tidak berniat membentak kamu.”

Keyla berdiri kaku. “Aku mengerti.”

“Tidak, kamu tidak mengerti.” Kenny menutup laptop. “Aku tidak boleh marah seperti itu. Tidak seharusnya.”

“Itu bukan salahmu,” Keyla berkata pelan.

Kenny mengerutkan kening, lalu berdiri dan mendekat. “Keyla… kenapa kamu tidak kasih tahu aku kalau kamu mau ambil job modeling lagi?”

“Tadi malam aku sudah bilang… aku takut kamu tidak suka.”

“Dan kamu berpikir sembunyi dariku adalah pilihan yang lebih baik?”

Keyla mengangkat wajah. Luka-luka lama dari kehidupan sebelumnya muncul begitu saja, menghantam dadanya.

“Aku hanya… tidak ingin kamu marah.”

Kenny memejamkan mata beberapa detik. “Aku marah bukan karena job itu, Keyla. Tapi karena kamu pikir aku akan menolak semua hal yang membuat kamu bahagia.”

Keyla menunduk. “Aku takut kamu berubah.”

Kenny terpaku.

Sebelum ia sempat menjawab, suara pelayan memanggil mereka untuk duduk makan. Kenny hanya menghela napas dan kembali ke kursinya. Sepanjang sarapan mereka tak mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah sarapan, Kenny bersiap ke kantor. Ia berdiri di depan kaca, merapikan dasi, tapi gerakannya terlihat gelisah. Keyla memegang lengan blusnya, memandangi punggung Kenny yang tegap namun tampak menegang.

“Kenny…” panggilnya pelan.

Kenny menatap dari cermin. “Ya?”

“Aku… aku tidak bermaksud membuat kamu kecewa.”

Kenny menghela napas dan berbalik. “Keyla. Kamu tidak mengecewakan aku. Kamu hanya membuat aku… khawatir.”

Keyla terdiam.

“Aku tidak pernah bilang kamu tidak boleh bekerja,” lanjutnya. “Kalau itu membuat kamu bahagia, maka aku juga ikut bahagia. Aku hanya… ingin kamu bicara dulu sama aku.”

Keyla mengangguk perlahan. “Baik.”

Kenny menatapnya lama, seolah ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi akhirnya ia hanya mengusap kepala Keyla dan berkata, “Aku berangkat dulu.”

Ketika pintu tertutup, Keyla duduk di tepi ranjang dan menutup wajahnya.

Ia tidak mengerti kenapa ia terlalu takut.

Tidak mengerti kenapa ia merasa bersalah untuk sesuatu yang sangat kecil.

Atau kenapa Kenny terlihat seolah menahan banyak hal agar tidak pecah.

Hari itu, Keyla memiliki jadwal fitting pakaian untuk job modeling. Ini adalah job pertamanya setelah menikah — dan ia merasa sangat gugup.

“Aku bisa, aku bisa,” bisiknya pada diri sendiri saat mobil berhenti di depan gedung studio.

Namun begitu ia masuk, semuanya berjalan terlalu cepat.

Make-up artist memanggil namanya.

Perancang pakaian menyerahkan gaun-gaun elegan.

Kamera-kamera diarahkan ke tubuhnya.

Dan tatapan orang-orang di sekeliling terasa berbeda.

Tidak seperti dulu — tatapan kasihan.

Kini tatapan itu… kagum.

“Ternyata kamu makin cantik setelah menikah,” ujar salah satu staf sambil tertawa kecil.

Keyla hanya tersenyum.

Tapi hatinya berat.

Saat sesi break, sebuah pesan masuk di ponselnya.

Kenny:

Sudah makan? Jangan lupa ya.

Keyla mengerjap.

Ia bahkan tidak percaya Kenny mengirim pesan itu.

Sebelum ia sempat membalas, pintu studio terbuka dan seorang pria masuk.

Pria muda, tinggi, berambut cokelat gelap dan wajah yang familiar.

“Keyla?”

Pria itu tersenyum.

Keyla tertegun. “…Reno?”

Reno — fotografer terkenal yang dulu pernah bekerja dengannya sebelum ia jatuh sakit dan… mati.

Reno yang dulu sering memotret Keyla.

Reno yang pernah menyukai Keyla diam-diam dalam kehidupan lamanya.

“Sudah lama ya,” Reno melangkah mendekat. “Aku hampir tidak mengenali kamu.”

Keyla tersenyum gugup. “Iya, sudah lama. Kamu bekerja di sini?”

“Mulai minggu ini. Dan… kebetulan aku dapat project ini juga.” Reno tertawa. “Dunia kecil sekali, ya?”

Keyla menunduk sedikit. “Iya…”

“Selamat, ya. Kamu sudah menikah.”

Nada suara Reno pelan, tapi hangat. “Suamimu pasti orang yang beruntung.”

Keyla tersenyum kaku.

Ia belum sempat menjawab ketika suara kamera terdengar.

Flash menyala.

Reno mengambil fotonya.

“Still beautiful,” gumam Reno sambil menatap hasilnya.

Keyla memalingkan wajah, merasa pipinya panas. Ia tidak bermaksud menggoda siapapun — ia hanya tidak terbiasa mendapat perhatian seperti itu lagi.

Dan tepat saat itu, ponselnya berbunyi.

Kenny menelepon.

Keyla langsung mengangkat.

“Halo?”

Suara Kenny dingin, lebih dingin dari sebelumnya.

“Kamu lagi sama siapa?”

Keyla menegang. “Lagi sama… tim studio. Banyak orang.”

“Yang pria tadi itu siapa?”

Keyla membeku.

“Kenapa kamu tahu?”

“Kedengarannya dia terlalu dekat.” Kenny menahan napas. “Dan kamu terdengar… gugup.”

Keyla meremas ujung rok. “Itu hanya Reno. Teman kerja lama.”

Kenny tidak menjawab selama lima detik.

Detik yang membuat jantung Keyla sakit.

“Aku jemput kamu sebentar lagi,” ucap Kenny pelan tapi tegas. “Selesai atau belum, aku jemput.”

“Tapi Kenny, aku—”

Klik.

Telepon terputus.

Keyla menatap layar ponsel dengan tangan bergetar.

Ia bukan takut pada Kenny marah.

Ia takut Kenny salah paham.

Takut membuatnya kecewa lagi.

Takut kehilangan sesuatu yang baru mereka bangun.

Ketika ia kembali ke studio, Reno menatapnya. “Kamu baik-baik saja?”

Keyla tersenyum paksa. “Iya… hanya sedikit lelah.”

Reno mengangguk dan kembali mengambil foto.

Namun kini Keyla tidak bisa fokus.

Pikiran hanya tertuju pada satu hal:

Kenny akan datang.

Dalam keadaan marah.

Dan ia benci merasa cemburu.

Satu jam kemudian, saat sesi hampir selesai, pintu studio terbuka keras.

Kenny.

Masuk dengan langkah panjang, jas dilepas, dasi dilonggarkan, wajah dingin — namun matanya penuh emosi yang ditahan.

Semua orang terdiam.

Reno juga ikut memandang, terhenyak.

Keyla berdiri, jantungnya berlari.

“K-Kenny…”

Kenny tidak menyahut.

Ia hanya berjalan mendekat, menarik tangan Keyla, dan menatapnya dengan sorot tajam.

“Kita pulang,” katanya datar.

Namun genggaman tangannya… gemetar.

Reno melangkah mendekat. “Tuan… dia masih ada sesi—”

Kenny menoleh.

Tatapannya dingin.

“Ini istriku.”

Hening.

Dan Kenny menarik Keyla keluar dari studio.

Di parkiran, Kenny akhirnya melepaskan genggaman tangannya dan bersandar pada mobil, menarik napas panjang seolah menahan amarah.

Keyla menunduk. “Kenny… maaf kalau aku—”

“Aku tidak marah,” katanya cepat.

Tapi suaranya bergetar.

“Aku cuma…” Kenny menutup wajah. “Keyla… aku tidak bisa. Aku tidak bisa lihat pria lain memandang kamu seperti itu. Aku tidak bisa.”

Keyla mendekat pelan. “Kenny…”

“Aku takut,” ucapnya jujur untuk pertama kalinya. “Takut kamu pergi. Takut kamu sadar bahwa kamu bisa dapat yang jauh lebih baik daripada aku.”

Keyla menatap wajah suaminya yang terlihat begitu rapuh dalam amarahnya.

Pelan, ia menggenggam tangan Kenny.

Pria itu mendongak, matanya memerah.

“Aku tidak akan ke mana-mana,” kata Keyla. “Aku memilih kamu. Dan aku tidak menyesal.”

Kenny memejamkan mata, menarik napas panjang.

Lalu ia menarik Keyla ke dalam pelukan, memeluknya erat — terlalu erat — seolah takut gadis itu akan hilang jika ia melepas sedikit saja.

“Aku… hanya ingin kamu jadi milikku,” bisik Kenny di bahu Keyla.

Keyla menutup mata.

“Aku memang milikmu, Kenny.”

Dan retak yang sempat muncul… kembali tersambung, meski masih rapuh.

Namun Keyla tidak tahu—

Retak itu akan bertambah besar.

Karena seseorang telah memperhatikan kejadian ini dari jauh.

Seseorang yang mengenal masa lalu Keyla.

Dan seseorang yang akan membuat pernikahan mereka… goyah.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!