Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Bu Gina Sakit, Excel Resah
Bu Gina mengalami sakit setelah Elyana pergi. Hal itu mengundang keresahan Excel. Dia merasa sangat bersalah. Excel bertekad akan membawa Elyana kembali.
"Apakah Excel sudah berhasil membawa menantu kita, Pah?" tanya Bu Gina kepada Pak Erik, dengan raut wajah sedih. Pak Erik menggeleng, karena memang Excel belum mendapatkan kabar apa-apa tentang Elyana.
Excel termenung, dia dilema dengan keadaan ini. Di satu sisi dia iba dengan sang mama yang kondisinya drop setelah mendapat kabar Elyana pergi. Satu sisi, Excel belum menemukan Elyana. Sudah banyak anak buahnya disebar untuk mencari Elyana dan Nada, tapi hasilnya nihil.
"Mama tidak mau kehilangan Elyana. Kalau Elyana pergi, Mama juga rela kehilangan Excel. Mama tidak mau anggap Excel anak lagi. Biarkan dia pergi jauh dari hadapan mama. Selagi Elyana pergi dan luka hatinya belum terobati akibat ulah anak kita. Maka mama juga tidak akan menerima Excel," dengusnya berserapah.
Hati Excel kembali gentar, dia lemas, lagi-lagi harus mendengar kalimat serapah seperti itu.
"Di mana Elyana, kenapa dia begitu sulit aku temukan?" Excel frustasi, dia kembali gagal karena belum menemukan Elyana.
"Nada, dia darah dagingku. Elyana harus memberikan Nada jika dia tidak mau kembali. Aku akan buat Elyana kembali dengan merebut Nada dari tangannya," tekadnya seraya melajukan kembali mobilnya ke rumah istri sirinya. Hanya Ernilah yang kini bisa menjadi pelipur laranya disaat hati Excel terasa kacau.
"Mas, masuklah. Kenapa lagi wajahnya, kusut begitu? Pasti masih kepikiran istri sah mu itu? Kalau memang dia ingin pergi, biarkan saja, kan itu maunya. Lagian dia memang harus pergi, karena yang seharusnya berada di samping kamu adalah aku," sambut Erni diakhiri kalimat provokasi tentang Elyana.
"Aku mau istirahat dulu. Aku lelah, pulang dari kantor langsung cari Elyana dan Nada, tapi mereka belum ketemu juga," cerita Excel sembari mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi.
"Makanya, kamu jangan terlalu lelah. Sudahlah istirahat dulu beberapa hari di sini. Kamu bilang saja sama mama papamu kalau kamu memang sedang mencari menantu kesayangan mereka," ujar Erni sembari duduk di samping Excel dan bergelayut manja.
"Aku bingung harus ke mana lagi mencari Elyana. Mama dan papa marah besar saat tahu Elyana pergi. Mereka sampai mengatakan kalau aku tidak akan dianggap anak, kalau tidak bisa membawa Elyana dan Nada kembali pulang," tutur Excel membuat Erni kesal.
Erni tidak suka Excel menceritakan tentang Elyana yang pergi lalu kini dia sibuk mencari karena tuntutan orang tuanya. Hati Erni dibakar cemburu dan amarah.
"Ya ampun, Mas. Bisa tidak kalau kita sedang berada di rumah ini, tidak membahas orang lain? Aku tidak suka, tahu. Kamu ini tidak mengerti perasaanku banget." Erni marah, karena Excel masih membahas Elyana.
"Maafkan aku, Sayang. Baiklah, aku tidak akan membahas itu lagi. Duduklah kembali di sini," rangkul Excel memeluk Erni. Erni gembira, setelah itu diapun semakin erat memeluk Excel dan menggodanya dengan sentuhan manja.
"Sebaiknya, kita ke dalam, akan aku buat sakit kepala kamu hilang Mas," goda Erni sembari menarik lengan Excel menuju ke dalam kamar. Excel untuk beberapa saat terlena dan sakit kepala yang tadi mendera kini sirna.
Jam di tangan sudah menuju ke angka tujuh malam. Excel bergeliat melepaskan belitan tangan Erni. Hp nya berkedip dan benderang, itu tandanya ada yang menghubunginya. Tadi, saat Erni mengajaknya senang-senang, Hp Excel sengaja ia senyapkan dari dering.
"Ya ampun, telpon," kejutnya saat melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari salah satu anak buahnya. Excel menghubungi balik.
"Ada kabar apa?" Excel terlihat serius mendengar orang yang dihubunginya berbicara. Wajahnya tiba-tiba tertawa, tawa yang penuh kemenangan.
"Share loc. Jangan bertindak dulu, biar aku langsung yang mendatanginya," balas Excel dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Baik, Bang," seru suara di seberang sana.
Tidak lama kemudian, sebuah pesan masuk ke WA Excel. Dia segera membacanya. Bibir Excel lagi-lagi tersenyum.
Erni bangkit dan menatap Excel curiga. "Kamu berbicara dengan siapa, Mas? Apakah kamu akan pergi?" tanya Erni takut. Takut kalau Excel meninggalkannya malam ini.
"Aku harus segera pergi. Aku akan mandi dulu." Excel bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri, karena tubuhnya terasa lengket.
Excel kembali ke kamar lagi, secepat mungkin dia berdandan dengan rapi, karena dia akan menjemput orang yang dirindukan kedua orang tuanya.
"Ke mana sih, Mas? Jangan katakan kamu mendapat informasi tentang istri sah mu, lalu sekarang mau menjemputnya. Kenapa tidak bermalam di sini saja sampai beberapa hari. Yang dipikirkan hanya perempuan itu," gerutu Erni melampiaskan perasaan cemburunya.
"Maafkan aku, Sayang. Aku terpaksa pergi, karena ini merupakan salah satu tugas dari mama dan papaku. Kalau aku membantah, maka mama dan papa tidak akan mengakui aku lagi sebagai anak," ujar Excel seraya menghampiri Erni, menciumnya sekilas lalu berpamitan dan pergi.
"Aku pergi dulu, ya. Baik-baik di rumah," pesan Excel seraya kembali mengecup pipi Erni. Erni cemberut marah, dia tidak bicara lagi karena kesal.
Mobil Excel terdengar derunya, setelah itu bunyi klakson ikut menyertai, mobil Excel pun melaju keluar dari pekarangan rumah.
"Walaupun perempuan itu sudah pergi dan Mas Excel sudah menikahiku secara siri, tapi ternyata dia masih belum bisa lepas dari perempuan perebut itu. Dasar sialan. Foto yang kuletakkan di saku kemeja Mas Excel, sudah berhasil membuat istri bodoh Mas Excel pergi. Lantas cara seperti apa lagi supaya si perebut itu benar-benar tidak akan pernah kembali pada Mas Excel?" Erni bingung, dia belum menemukan cara apapun perihal yang satu itu.
***
Excel segera meluncur ke tempat yang dibagikan salah satu anak buahnya. Tempat itu ternyata tidak jauh-jauh banget dari tempatnya tinggal. Jaraknya pun bisa ditempuh hanya dengan waktu 30 menit saja. Tapi, mengapa Excel baru mendapatkan kabar tentang Elyana sekarang.
"Ternyata kamu bersembunyi di tempat yang tidak aku duga. Kamu sepertinya sengaja mengurung diri di kontrakan itu dan dilindungi seseorang," terka Excel tersenyum tipis.
Hati Excel sudah sangat bahagia, dia sengaja memarkirkan mobilnya jauh dari lokasi rumah kontrakan Elyana berada. Anak buah Excel yang memberikan laporan tadi, sudah bersiaga di tempat-tempat yang tersembunyi, mereka berkomunikasi lewat Hp dan kode-kode.
Lokasi rumah kontrakan itu terlihat sepi, sepertinya penghuninya sudah berada di dalam rumah. Hal ini bisa jadi keuntungan buat Excel.
Di dalam rumah kontrakan berukuran 5x4, Elyana sudah berdandan cantik dengan alat rias endorse dari sebuah produk kecantikan brand lokal yang ternama.
Di hadapannya sudah ada kamera yang on, merekam aktifitas Elyana dari step awal berias sampai step akhir. Setelah itu Elyana berbicara dengan sangat baik, membicarakan produk lokal yang dipakainya sangat bagus dan cocok di semua jenis kulit.
Elyana benar-benar cantik, setelah itu dia memberikan kalimat penutup sebagai closing di saluran live yang saat ini berlangsung.
Elyana mengakhiri pekerjaannya hari ini dengan baik. Meskipun harus curi-curi waktu dari Nada, pekerjaannya pun bisa Elyana lakukan disaat Nada tertidur.
"Alhamdulillah, hari ini selesai," syukurnya. Pekerjaan selesai dan pundi-pundi rekening Elyana sedikit demi sedikit mulai terisi kembali.
"Assalamualaikum." Sebuah salam mengejutkan Elyana, sebelum Elyana menghapus make-up nya. Elyana terpaku, dia ragu untuk membuka pintu. Tapi suara salam itu masih terdengar, disertai ketukan pintu.
"Assalamualaikum, Mbak Elya," ulangnya. Elyana menduga itu suara tetangga kontrakannya. Sehingga membuat Elyana tidak ragu lagi membuka pintu itu.
"Waalaikumsalam."
Pintu terbuka lebar, mulut Elyana ikut menganga. Siapa kira-kira yang Elyana lihat?