SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
Di sebuah gedung tinggi menjulang, seorang pria berpostur tubuh tinggi sedang menatap keluar jendela dengan sebuah kalung di genggamannya yang bertuliskan 'Kia'.
"Kau sudah temukan petunjuk tentang gadis itu?" tanya pria itu pada seorang asisten wanitanya.
"Belum,"jawabnya singkat.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa mencari satu orang saja kalian tidak becus," kata pria berjas hitam itu.
"Kami akan berusaha lebih giat mencarinya,"
Pria itu menatap kalung itu tanpa berkedip. Kenangan tentang gadis itu selalu menghantuinya selama bertahun-tahun. Entah harus mencari kemana. Apakah masih hidup atau tidak. Bahkan laki-laki itu tidak tahu siapa nama gadis yang sedang di carinya selama bertahun-tahun. Hanya satu yang dia tahu, Kia...
"Apa Willy sudah mengerjakan apa yang aku minta?" tanya pria itu lagi.
"Sudah, Willy sudah membagikan uang pada orang-orang yang tidak mampu sesuai perintah anda," jawab wanita itu.
"Baguslah, lakukan terus setiap minggunya. Aku ingin Yayasan amal Kia membantu orang lebih banyak lagi."
"Baik,"
****
Seminggu sudah sejak kematian Erlangga Adiwinata. Semakin hari, Naya semakin terpuruk oleh kesedihan mendalam. Tersebarnya foto dirinya yang tidur bersama seorang pria membuatnya di keluarkan dari kampus secara tidak terhormat. Kini, Naya hanya dapat merenungi nasibnya.
Perusahaan, rumah dan aset lainnya telah berpindah tangan. Naya terpaksa harus meninggalkan rumah mewah itu. Dengan menyeret sebuah koper, dia berjalan tanpa arah. Hingga pikirannya tertuju pada satu orang, Zian.
"Bos, apa gadis itu sudah berhenti mengejarmu? Aku tidak melihatnya seminggu ini," tanya Dimas.
"Mia bilang ayahnya meninggal terkena serangan jantung karena melihat fotonya tersebar di media, lalu perusahaan ayahnya bangkrut, dan dia harus kehilangan semuanya,"
"Benarkah? Kasihan sekali... tapi aku benar-benar tidak menyangka kalau gadis itu liar juga ternyata,"
Entah perasaan darimana datangnya, Zian merasa tidak suka mendengar ucapan Dimas yang buruk tentang Naya.
Walaupun gadis itu pecicilan dan menyebalkan, tapi dia tidak seburuk itu. Seseorang sedang ingin menjatuhkannya. batin Zian.
"Laki-laki yang bersamanya dalam foto itu adalah aku," ucap Zian singkat.
Dimas mematung mendengar ucapan bosnya itu, "Bos, kau bercanda kan? Kau...ti-tidur dengannya?"
"Semuanya tidak seperti yang kau bayangkan. Kami tidak melakukan apapun. Entah bagaimana kami sama-sama tidak sadarkan diri. Sepertinya seseorang ingin menjatuhkan gadis itu. Kalau tidak, kenapa fotoku di samarkan dan hanya fotonya yang terlihat jelas," tutur Zian.
"Ini bisa jadi masalah besar untukmu jika gadis itu membocorkan tentang siapa pria yang tidur dengannya,"
Zian menghela napas panjang, tiba-tiba dia memikirkan gadis itu.
"Dia tidak akan melakukannya, kecuali kalau..." Zian tiba-tiba menggantung ucapannya manakala matanya menangkap objek yang berada di depan sana. Terlihat Naya berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah koper.
Dimas mendekat pada Zian, lalu berbisik, "Sepertinya dia akan membawa masalah besar untukmu, Bos..."
"Mau apa kau kemari?" tanya zian dengan ketusnya.
Tanpa di persilahkan, Naya masuk ke dalam bengkel itu, menyeret kopernya.
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu,"
"Tapi aku tidak mau terlibat kesepakatan apapun denganmu."
"Baiklah, kalau begitu kau mau orang-orang tahu kalau laki-laki yang tidur bersamaku adalah kau," Naya menunjukkan sebuah foto di ponselnya. Dalam foto tersebut terlihat dengan jelas wajah Zian tanpa di samarkan.
"Kau benar-benar sudah gila. Aku tidak perlu menikahimu karena aku tidak melakukan apapun padamu,"
"Pilihannya ada dua... Nikahi aku, atau foto ini tersebar," ancam Naya.
Zian memejamkan matanya kasar. Sementara Dimas mematung disana. Ia tidak percaya jika Naya sanggup mengancam bosnya agar dinikahi.
"Hey... kau ini sudah gila ya? Kenapa kau tidak menikah dengan pria kaya yang waktu itu akan menikahimu?" ucap Dimas yang merasa heran mengapa Naya lebih memilih Zian di banding calon suaminya yang kaya raya itu. Padahal Zian hanyalah lelaki biasa yang bekerja serabutan.
"Aku hanya akan menikah denganmu, Zian."
"Katakan, kenapa kau ingin aku menikahimu?" tanya Zian dengan tatapan tajamnya.
"Karena aku mencintaimu," jawab Naya singkat.
Dimas menganga tak percaya mendengar ucapan gadis itu. Sementara Zian hanya melirik dengan tatapan dinginnya.
"Tapi aku sama sekali tidak mencintaimu dan tidak akan pernah. Lalu apa yang kau inginkan dari pernikahan itu?"
"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku," jawab Naya dengan percaya dirinya.
Cih, baiklah, aku ikuti permainanmu. Kita lihat saja sejauh mana cintamu itu bisa bertahan. batin Zian.
Dimas kembali mendekatkan bibirnya ke telinga bosnya itu, "Sepertinya dia berada di antara percaya diri yang berlebihan dan tidak tahu malu," bisik Dimas.
"Baiklah, aku akan menikahimu," ucap Zian.
Apa? Aku tidak salah dengar, kan? Dia bilang bersedia menikahiku? Apa dewi Amor benar-benar turun ke bumi membantuku?
Mata Naya langsung berbinar mendengar ucapan Zian yang setuju menikahinya.
Dimas kembali seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Sekarang dia yakin, bukan hanya Naya yang gila, tapi bosnya juga sudah ikut gila.
"Bos, apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau ucapkan?" tanya Dimas lagi. Zian hanya menatap Dimas sekilas.
"Bos mu tidak punya pilihan selain menikahiku. Dan aku juga ada satu syarat. Hanya aku yang boleh mengakhiri pernikahan kita, kau tidak boleh menceraikan aku sampai aku duluan yang minta cerai,"
Zian semakin geram menatap Naya.
"Tapi aku ada syarat untukmu,"
"Baiklah, apa syaratnya?" tanya Naya dengan penuh semangat.
"Jika dalam satu tahun aku tidak bisa jatuh
cinta padamu, maka pergilah dari hidupku untuk selama-lamanya. Jadi selama satu tahun ini, tidak akan ada kontak fisik di antara kita," kata Zian dengan nada penuh penekanan.
"Aku setuju," sahut Naya dengan senyumnya.
Untuk pertama kalinya sejak ayahnya meninggal, gadis itu dapat tersenyum kembali. Sejenak melupakan duka mendalam yang menggerogoti hatinya.
"Dimas, siapkan semuanya. Pernikahan dan juga surat perjanjian antara aku dengannya," titah Zian.
"Bos, pikirkan lagi, kau yakin?"
"Kerjakan apa yang aku minta!" kata Zian kemudian.
Laki-laki itu lalu melirik Naya dengan ekor matanya, "Malam ini kau menginaplah di rumah Mia, besok setelah menikah, baru kau ikut aku ke rumahku,"
Naya dengan senyum penuh semangat melangkahkan kakinya menuju rumah Mia. Sedangkan Dimas segera menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan bosnya itu.
"Aku rasa sekarang aku yang akan gila," gumam Dimas.
***
"Nay, kamu yakin mau menikah dengan Kak Zian?" tanya Mia tidak percaya.
"Harusnya kamu memberiku ucapan selamat. Pangeranku mau menikahiku. Aku benar-benar merasa mimpiku terwujud."
Mia menepuk jidatnya. Tidak menyangka jika seorang Kanaya Indhira Adiwinata benar-benar memilih menikah dengan seorang pria biasa seperti Zian.
"Kamu yakin akan sanggup hidup bersama laki-laki itu?"
"Kenapa?"
"Dia tidak kaya seperti lelaki yang selama ini mengejarmu. Jangan sampai kamu menyesal, Nay..."
Naya mulai malas mendengar ucapan Mia yang selalu menyebut soal harta. Gadis itu begitu yakin akan bahagia bersama pangerannya suatu saat nanti.
****
BERSAMBUNG
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣