NovelToon NovelToon
Dekapan Hangat Mantan Mafia

Dekapan Hangat Mantan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

"Daripada ukhti dijadikan istri kedua, lebih baik ukhti menjadi istriku saja. Aku akan memberimu kebebasan."

"Tapi aku cacat. Aku tidak bisa mendengar tanpa alat bantu."

"Tenang saja, aku juga akan membuamu mendengar seluruh isi dunia ini lagi, tanpa bantuan alat itu."

Syifa tak menyangka dia bertemu dengan Sadewa saat berusaha kabur dari pernikahannya dengan Ustaz Rayyan, yang menjadikannya istri kedua. Hatinya tergerak menerima lamaran Sadewa yang tiba-tiba itu. Tanpa tahu bagaimana hidup Sadewa dan siapa dia. Apakah dia akan bahagia setelah menikah dengan Sadewa atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Setelah menjalani CT scan, Syifa keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah pelan. Dia sedikit gugup, namun begitu matanya menemukan sosok Sadewa yang setia menunggunya di kursi tunggu, hatinya terasa jauh lebih tenang.

Sadewa langsung berdiri, menghampiri dan menyambut Syifa dengan senyuman hangat.

"Sudah selesai?" tanyanya lembut.

Syifa mengangguk pelan. "Sudah... tinggal menunggu hasilnya."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Sadewa meraih tangan Syifa, menggenggamnya erat, lalu berjalan keluar dari rumah sakit.

Mereka memasuki mobil yang sudah menunggu. Sopir mereka langsung menyalakan mesin, sementara Sadewa dan Syifa duduk di bangku belakang.

Di dalam mobil, suasana sempat hening. Hanya suara jalanan yang samar-samar terdengar. Sadewa sesekali melirik ke arah Syifa yang menatap jendela dengan tatapan kosong.

"Apa kamu takut?" tanyanya pelan.

Syifa tersenyum kecil, tanpa menoleh. "Sedikit... Tapi lebih takut membuat Mas Dewa kecewa kalau hasilnya nanti tidak sesuai harapan."

Sadewa menghela napas panjang. Dia mengulurkan tangan dan membelai puncak kepala Syifa dengan lembut.

"Syifa, aku menyuruhmu ke dokter bukan karena aku menuntut kesempurnaan tapi aku ingin kamu bahagia. Jika kita berusaha, pasti akan ada jalan keluar. Aku yakin, kamu bisa sembuh."

Syifa akhirnya menoleh, menatap Sadewa dengan mata berkaca-kaca. "Mas Dewa..."

Sadewa tersenyum tipis, lalu meraih wajah Syifa dengan kedua tangannya, membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Kamu sudah cukup sempurna buatku. Jangan pernah berpikir kamu membuatku malu. Justru aku bangga... aku punya istri sekuat kamu." Sadewa menariknya ke dalam pelukannya. Meski sebenarnya masih ada rasa bersalah yang terselip di hatinya. Mungkin dia bisa mengembalikan pendengaran Syifa tapi dia tidak bisa mengembalikan kedua orang tua Syifa yang tiada karena kecelakaan itu.

"Aku berjanji, akan selalu menjaga dan menyayangimu, Syifa ...."

...***...

Malam itu, Syifa berdiri canggung di lorong kecil antara kamarnya dan kamar Sadewa. Matanya terus-menerus melirik pintu kamar suaminya, sementara tangannya meremas ujung piyamanya sendiri. Ada keinginan kuat untuk menghampiri, tapi juga rasa malu yang menahan langkahnya.

Saat itulah Sadewa keluar dari ruang kerjanya sambil menggulung lengan piyamanya. Tatapannya langsung jatuh pada Syifa yang berdiri resah di dekat kamarnya.

"Kenapa?" tanya Sadewa sambil mendekat. "Kamu belum tidur?"

Syifa tergagap kecil. Dia segera menunduk, menghindari tatapan mata Sadewa yang terasa terlalu dalam.

"I-iya... aku mau tidur," jawabnya terbata. Dia buru-buru berbalik, hendak melangkah ke dalam kamarnya, tapi sebuah tangan kokoh menahan pergelangan tangannya dengan lembut. Syifa berhenti, jantungnya berdegup makin kencang.

Sadewa berdiri di belakangnya, suaranya terdengar berat namun penuh kehangatan. "Mulai sekarang," ucap Sadewa perlahan, "kamu tidur di kamarku saja. Atau... mau aku yang tidur di kamarmu?"

Syifa membeku di tempatnya. Dia bisa merasakan panas merambat sampai ke wajahnya. Dia tak mampu berkata apa-apa, tubuhnya kaku seperti patung.

Sadewa tersenyum melihat reaksi polos itu. Tanpa menunggu jawaban, dia membungkuk sedikit, lalu mengangkat tubuh mungil Syifa ke dalam gendongannya.

"M-mas Dewa!" seru Syifa dengan panik, wajahnya merah padam.

Sadewa hanya tersenyum. Dia membawa Syifa melewati pintu kamarnya, lalu menutup pintu dengan satu kakinya. Dia menurunkan Syifa perlahan di atas ranjangnya.

"Kamu tidur di sini saja. Aku ingin terus melihatmu, sebelum tidur dan saat bangun tidur." Sadewa membuka selimut, dan membimbing Syifa untuk berbaring. Setelah memastikan Syifa nyaman, Sadewa ikut berbaring di sebelahnya, dan menjaga jarak tipis.

Lampu kamar dimatikan, menyisakan hanya temaram lampu tidur. Dalam gelap itu, Sadewa mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kecil Syifa di atas seprai.

"Selamat tidur, istriku," bisiknya.

Syifa memejamkan mata, merasakan kehangatan tangan Sadewa yang membuat hatinya tenang.

Di tengah debar yang masih memenuhi dadanya, Syifa tersenyum kecil. "Selamat tidur juga, Mas Dewa..."

Mereka masih saling berpandangan di bawah cahaya remang. Syifa menyadarinya, dia sudah menjadi seorang istri, memang sudah seharusnya dia melayaninya suaminya. Sadewa tidak mungkin meminta apalagi memaksa.

"Ada apa?" tanya Sadewa karena Syifa terus menatapnya.

Tanpa berkata-kata, Syifa mengangkat kedua tangannya, perlahan melepas hijab tipis yang sedari tadi masih membungkus kepalanya.

Kain itu jatuh begitu saja ke atas kasur, dan rambut panjang lurus milik Syifa kini tergerai, berkilau samar di bawah cahaya temaram.

Sadewa terdiam. Napasnya seperti tertahan di tenggorokan. Matanya terpaku tanpa berkedip, menatap kecantikan Syifa.

Syifa, dengan pipi memerah menahan malu, memberanikan diri menatap Sadewa.

"Jika Mas Dewa mau..." suara Syifa hampir seperti bisikan, namun terdengar sangat jelas di telinga Sadewa, "aku sudah siap melakukannya."

Sadewa menelan salivanya, tubuhnya menegang menahan dorongan nalurinya sebagai seorang pria. Dia mengulurkan tangannya, dengan sangat lembut membelai pipi Syifa menggunakan punggung jarinya.

"Kamu yakin? Aku tidak akan memaksa, aku ingin kamu melakukannya bukan karena kewajiban tapi karena cinta. Seperti yang aku rasakan padamu."

Syifa menganggukkan kepalanya. "Iya, aku mengerti karena aku juga merasakannya."

Sadewa hanya tersenyum dan semakin mendekatkan tubuhnya.

Syifa menahan napas saat Sadewa mendekat, napas hangat suaminya menyapu kulit wajahnya. Tatapan itu membuat jantung Syifa berdetak semakin kencang.

"Kamu benar-benar sudah siap?" tanya Sadewa lagi.

Syifa mengangguk pelan. Walau tubuhnya sedikit gemetar karena gugup, hatinya penuh dengan kepercayaan.

Perlahan, Sadewa mendekatkan wajahnya. Dengan lembut dia mencium bibir Syifa—hanya sebuah sentuhan ringan pada awalnya, seperti memastikan kembali kesiapan sang istri.

Syifa membalas ciuman itu dengan malu-malu, membuat Sadewa tersenyum kecil di antara kecupan mereka.

Setelah melepas ciuman itu, Sadewa menunduk di dekat telinga Syifa, berbisik pelan sebuah doa, suara hatinya kepada Sang Pencipta.

Dia sudah mempelajari doa itu diam-diam, ingin menjadikan malam yang dinantikan itu bukan hanya tentang menyatukan tubuh, tapi juga jiwa.

Syifa menatap malu pada Sadewa yang kini telah membuka piyamanya tapi beberapa detik kemudian tatapan itu tertuju pada bekas tato yang ada di lengan kanan Sadewa.

Perlahan Syifa menyentuh kulit yang masih terlihat merah karena laser penghilang tato. Dia teringat dengan perkataan Indri bahwa Sadewa adalah mantan mafia. Apa benar?

"Itu bekas tato," kata Sadewa sebelum Syifa bertanya. "Ada tato naga hitam di sana dan sudah aku hilangkan tapi masih membekas."

"Naga hitam?" Syifa menatap Sadewa dan menunggu pengakuan Sadewa selanjutnya.

Sadewa menghela napas panjang. Dia urung mendekati Syifa. Dosa-dosa itu masih membekas seperti tato di tubuhnya dan dia harus mengakuinya sebelum Syifa menyesal telah memberikan tubuhnya pria pendosa seperti dirinya.

"Syifa, sebenarnya aku adalah mantan seorang mafia."

1
Suren
Lina mau cari mati ni. istri mantan mafia direcokin. habis lh kau Lina🤭😂😄
Maulana ya_Rohman
wah... wah... wah....
harus di ajak ngopi² cantik dulu si Lina nih😳😳😳
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
waduh 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Good job Dewa 👍
Maulana ya_Rohman
jebakan lagi...🤦🏻‍♀️...
musuh nya blm selesai semua..
tambah runyam...🧐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Bukan apa" hanya akal"an saingan bisnis yg iri 🤫
Suren
tenang Syifa dgr kan dulu penjelasan Sadewa. biar tdk slah paham. Lina biarkan dia menerima akibat nya dr Sadewa. mau cari mati lho ya🤭😄
Shee
nah kan, entah akal akalan si lina atau memang orang yang pengin menghancurkan dewa sama syifa.
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Bagus 👍
Suren
licik kamu Lina. blm tau siapa Sadewa mantan Mapia. gimana LBH licik nya ya. jgn harap kamu Lina. lihat aja nanti.
Maulana ya_Rohman
ada celah untuk menghancurkan Dewa...
mungkin kah korban itu sebuah jebakan🤔🤔🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Sadewa keren gercep menangani masalah 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
waduh gawat 😣
Suren
siapakah itu yg pakai topi. apa kah pihak keluarga Fira ata......masih penasaran
Suren
gitu dong. aku suka laki2 yg selalu memandang istri itu penting di hidupnya jadi perioritas. mantap👍👌
Yenova Kudus
selalu dtggu up nya
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Semoga kalian selalu berbahagia 🤲
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Asyik 💃🏻💃🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🦉
Itu jawaban do'a mu Syifa🤗
Shee
semoga cepet up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!