zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lima
Pria yang duduk di depan zahra itu, terlihat menghela nafasnya. Zahra tahu pertanyaannya barusan sungguh lancang, sebenarnya jika bisa Zahra ingin menarik ucapannya tadi, sebab wajah pria di hadapannya ini terlihat datar. Zahra merasa sedikit bersalah, ada juga rasa takut menyelusup ke dalam hatinya, takut pangeran ommar marah, dan membatalkan beasiswa yang sangat zahra butuhkan saat ini.
"maaf, ucapan saya tadi terlalu lancang" tak urung permintaan maaf itu keluar juga dari mulutnya.
Ommar menggelengkan kepalanya, ia menyambar gelas jus miliknya, dan menyesapnya dalam diam. Pria itu menatap zahra dan adiba bergantian.
"suatu saat saya akan ceritakan, jika kamu mengijinkan saya untuk mengenalmu lebih dekat"
Zahra kembali terperanjat, debar jantungnya yang tadi sudah normal, kini kembali berdegub kencang.
"se..sebenarnya, apa yang membuat pangeran tertarik pada saya?" gugup zahra bertanya, karena sejujurnya ia tak habis pikir, apa yang membuat pria ini tertarik padanya.
"saya juga tidak tahu, zahra!, karena ini pertama kalinya bagi saya memiliki ketertarikan kepada perempuan, walau seperti yang kamu ucapkan tadi, saya sudah punya 2 istri, tapi rasa ini tak pernah saya miliki untuk mereka"
Zahra tercekat, berulangkali ia menelan ludahnya yang terasa bagai duri di tenggorokannya. Rasa herannya semakin menjadi-jadi, bagaimana bisa pria ini bisa segamblang itu mengungkapkan perasaannya, padahal ini adalah pertemuan pertama mereka secara pribadi dan dekat.
"kamu juga mungkin menganggap saya lancang, Zahra. Tapi saya tidak terbiasa berbohong dan berbasa basi. Hidup saya terlalu sibuk untuk berbasa-basi dan hal lainnya, makanya dengan nekad saya mengajak kamu bertemu.."
"tapi pangeran, ini terlalu mengejutkan untuk saya" mata zahra terlihat bingung, sesekali ia melirik adiba yang duduk dengan santai menikmati makanannya.
"saya tahu Zahra! Saya hanya heran dengan hati saya, sejak melihatmu seminggu yang lalu, saya selalu teringat denganmu, kamu seakan-akan melekat dalam kepala saya, dan kamu tahu?, saya mencari tahu penyebabnya di mesin pencarian di ponsel saya, mesin itu menjawab katanya saya sedang jatuh cinta" jelas pria itu dengan tertawa kecil.
Zahra melongo, begitu juga dengan adiba. Mereka saling menatap, dengan sorot mata tak percaya.
Adiba tertawa lucu, namun dengan cepat ia menutup mulutnya yang kelepasan.
"maaf pangeran..."
Ommar memandangi mereka bergantian. Wajah tampannya terlihat penasaran.
"apakah seumur hidup, pangeran belum pernah jatuh cinta" tanya adiba penasaran,menatap pria tampan itu, yang menggelengkan kepalanya mantap.
"serius?, anda sudah 33 tahun, dan belum pernah jatuh cinta?, lantas perasaan anda kepada 2 orang istri anda bagaimana?"
Adiba menatap serius wajah ommar, begitu juga Zahra, dia heran, bagaimana pria ini bisa memiliki 2 istri, tapi belum pernah jatuh cinta.
"mereka istri pilihan orangtua, dan mereka berdua adalah sepupu dari pihak ayah dan ibu..."
Pria itu terdiam sesaat, bola mata hazelnya terlihat sendu,
"tapi yah sudahlah,..." ujarnya menghela nafasnya
"tujuan saya mengajak kamu ketemuan, hanya ingin menyakinkan hati saya yang mendadak aneh ini, semoga ini hanya sebuah ketertarikan yang wajar, bukan cinta seperti yang mesin pencarian itu katakan"
Pria itu menatap Zahra kembali, senyumnya terlihat sangat menenangkan.
"saya tahu Zahra, kamu pasti terkejut dan menganggap saya orang aneh, tidak usah merasa terbebani, saya bukan ingin melamarmu, saya hanya ingin memastikan saja" ujarnya dengan santai, Zahra mengerutkan keningnya tak percaya. Apakah memang lumrah hal begini di negara ini, seorang laki-laki dengan santainya mengungkapkan perasaan dan setelah mengungkapkan, dengan santainya berbicara seakan tidak ada apa-apa yang terjadi.
"saya tidak sedang mengajakmu berkencan, saya juga tidak ada keinginan unyuk menambah istri...." tawa pangeran itu terdengar tak ikhlas, sebab wajahnya bertentangan dengan apa yang diucapkannya.
Zahra memang tidak pernah berpacaran, karena ia tahu pacaran itu hukumnya haram. Tapi Zahra juga bukan gadis yang bodoh, ia tahu kalau pria yang duduk di hadapannya ini memang memiliki perasaan padanya. Bukan hanya kali ini Zahra mendapatkan pengakuan cinta, tapi jujur baru kali ini ia ketemu pria unik seperti pangeran ommar ini. Mereka baru bertemu 2 kali, dan pertemuan dalam konteks pribadi baru satu kali , yaitu pertemuan ini. Namun pria ini dengan gamblangnya mengatakan perasaannya seakan-akan itu bukanlah hal yang penting.
"baiklah zahra..." ucapnya menyentakkan zahra yang tertegun, pria itu melirik arlojinya,
"kamu bisa langsung kasih no rekening kamu ke saya, mau sekarang atau juga nanti tak masalah, maaf..." ujarnya seraya berdiri,
"sebentar lagi memasuki waktu zuhur, saya pamit dulu"
Zahra dan adiba mengangguk sopan, ketika pria itu pamit keluar.
"gimana ra?" tanya adiba dengan sorot matanya yang menatap penasaran, zahra yang tak paham mengerutkan keningnya.
"tckkk, itu tadi, pangeran ommar, gimana menurutmu?"
"yah nggak gimana-gimana" jawab Zahra asal, ia beranjak dari duduknya, menjawil tangan gadis tunisia itu untuk bangun.
"ayo kita pulang!"
Adiba bangkit dengan wajah yang tertekuk kesal, jawaban zahra membuat jiwa kekepoannya meronta-ronta,
"padahal kalau kamu mau manfaatin perasaan pangeran ommar, kamu pasti jadi putri" gerutu adiba seraya melangkahkan kakinya, menyejajari langkah Zahra.
Zahra menggelengkan kepalanya, bulunya meremang seketika, tak terbayangkan dalam benaknya, ia menjadi istri ketiga pria tadi. bakalan di cap sebagai pelakor seumur hidupnya.
Zahra bergidik ngeri, membuat adiba menatap aneh padanya,
"segitu nggak sukanya kah kamu ke pangeran ommar?"
Zahra menggeleng pelan,
"bukan nggak suka, adiba. Kamukan tahu aku hanya nggak suka jadi orang ketiga dalam hubungan orang lain"
Adiba manggut-manggut seolah paham, padahal sebenarnya prinsip zahra itu sangat aneh menurutnya. Karena di negaranya sendiri menjadi istri kedua, ketiga atau seterusnya bukanlah sebuah aib, apalagi jika sang pria memanglah orang yang mampu menafkahi baik secara lahir ataupun secara batin.
Adiba mengamati zahra yang berjalan cepat di depannya, gadis itu berlari mengejar bus yang berhenti di halte, adiba pun ikut berlari. Namun matanya masih mengamati roomatenya itu, dan adiba juga mengakui, zahra memang cantik. Dan wajar saja jika seorang pangeran setampan itu bisa menyukai gadis indonesia ini.
Bersambung...