Anak Kembar Tuan Impoten

"Kenapa semua orang pada sibuk, ada apa sebenarnya." ucap Erlan saat melangkah masuk ke ruang makan. Dia sengaja pura-pura tidak tahu hal yang sedang direncanakan oleh orang tuanya.

"Apakah ada tamu yang akan datang?" tanya Erlan kepada kepala pelayan.

Tampak kepala pelayan bernama Bu Mira hanya diam dan tidak menanggapi ucapannya. Sedang Nyonya Hani yang ikut menyajikan makanan di atas meja juga tidak bersuara.

"Mommy, ada apa semua...hueekk...." Erlan tidak melanjutkan ucapannya, dia langsung menutup hidungnya dan merasa mual mencium aroma masakan yang tersaji di atas meja makan.

"Ya, kita akan kedatangan tamu penting, makanya mommy turun tangan memantau memasak Bu Mira bersama ibu-ibu pekerja." ucap Nyonya Hani sambil mengerutkan keningnya melihat putranya.

"Hueek....hueekk, jauhkan semua makanan dari hadapanku." ucap Erlan lalu berlari mendekati wastafel untuk memuntahkan isi perutnya.

"Sayang, apa yang terjadi? Apa kamu salah makan?" tanya Nyonya Hani khawatir sambil menghampiri putranya yang sedang mual-mual persis wanita hamil.

Sementara Erlan masih saja mual-mual dan berusaha mengeluarkan cairan bening yang dirasa menganggu tenggorokannya. Sedang kepala pelayan dan lainnya tampak panik melihat tuan mudanya.

"Aku juga tidak tahu mom." ucap Erlan memelas sambil membersihkan mulutnya lalu menyambar tissue kering di dekat wastafel yang sudah disediakan oleh pelayan.

"Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat di kamar, nak, biar mommy yang mengantarmu." ucap Nyonya Hani sambil memegang lengan putranya.

"Mom, tolong jawab dengan jujur. Apakah Grace tamu pentingnya?" tanya Erlan sambil menutup hidungnya saat berjalan keluar dari ruang makan.

"Iya sayang, Grace dan orang tuanya akan datang berkunjung ke rumah kita." jelas Nyonya Hani dengan jujurnya.

"Bukannya mommy memberi Erlan waktu untuk mencari pacar selama dua bulan ini. Kenapa sekarang kesepakatannya malah berubah." ucap Erlan terdengar kesal sambil memijit keningnya dan langsung melakukan aksi protes kepada ibunya.

"Mereka datang hanya untuk melakukan silaturahmi. Jadi tak ada salahnya kalau kita menyambut hangat kedatangannya." jelas Nyonya Hani.

"Huff, Erlan pikir mereka datang untuk membicarakan masalah perjodohan." gumam Erlan dan tidak yakin dengan yang dikatakan oleh ibunya.

"Lagian tak mengapa juga kalau nantinya orang tua Grace membicarakan hubungan kalian." sahut Nyonya Hani yang mampu mendengar gumaman sang putra.

"Kenapa dengan kak Erlan, mommy?. Erina dengar dia mual-mual dari arah ruang makan." ucap Erina sambil memegang raket bulutangkis ditangannya.

"Kakakmu sepertinya lagi masuk angin." ucap Nyonya Hani dengan pikirannya dan menganggap sang putra sedang masuk angin.

"Oh, ternyata kakak jagoan ku ini bisa juga sakit, padahal dia rutin berolahraga, rutin konsultasi ke dokter, hobi kerja dan.... Mom, coba lihat wajah kak Erlan sangat pucat, kayak mayat hidup" ucap Erina sambil menunjuk wajah kakaknya dengan bola mata membulat sempurna.

"Erlan....."

"Aku baik-baik saja mom, setelah istirahat tubuhku kembali fit." ucap Erlan dengan santai dan menganggap ucapan adiknya terlalu berlebihan.

"Mana ada, muka kayak mayat hidup masih di bilang baik-baik saja. Mom, sebaiknya kita panggil dokter saja untuk memeriksa kondisi Kak Erlan." ucap Erina dengan idenya, dia selalu peduli kepada keluarganya maupun orang lain, aksi kemanusiaan nya sudah mendarah daging dari kecil.

"Benar yang dikatakan Erina, mommy akan menelpon dokter Wisnu untuk segera datang memeriksa kondisimu." ucap Nyonya Hani tak ingin dibantah dan Erlan hanya mampu menuruti ucapan ibunya.

"Kenapa dengan Erlan?" tanya Oma Miranda yang baru saja masuk ke dalam rumah sambil membawa keranjang yang berisi buah-buahan segar.

"Kak Erlan lagi masuk angin, Oma" jawab Erina cepat.

"Oh, nanti Oma buatkan jamu herbal." ucap Oma Miranda lalu melangkah menuju dapur.

Sementara Nyonya Hani dan Erina segera membawa Erlan ke kamar. Padahal Erlan menganggap dirinya baik-baik saja, hanya merasa mual saat mencium aroma masakan di ruang makan.

Tak berselang lama kemudian dokter datang dan segera memeriksa kondisi Erlan. Tampak anggota keluarga Dirgantara sudah berkumpul di kamar Erlan.

"Bagaimana kondisinya dok?" tanya Nyonya Hani harap-harap cemas dan terlihat khawatir dengan kondisi putranya.

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, tensi darahnya normal, kolesterol, gula darah dan lainnya semuanya bagus. Saya hanya akan memberikan resep vitamin." jelas Dokter Wisnu sesuai diagnosanya.

"Terus kenapa kak Erlan mual-mual kayak orang ngidam." ucap Erina ceplas-ceplos.

"Mungkin salah makan saja." sahut tuan Hans.

"Jangan lupa vitaminnya diminum. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap Dokter Wisnu pamit undur diri.

"Terima kasih, dok" ucap Nyonya Hani dan tuan Hans bersamaan.

"Mari saya antar kedepan." ucap Tuan Hans dan Dokter Wisnu hanya mampu tersenyum ramah, lalu melangkah bersama-sama keluar dari kamar Erlan.

"Kita biarkan saja Erlan berisitirahat." ucap Oma Miranda. Membuat ibu dan adiknya setuju, lalu mereka bergegas keluar dari kamar Erlan.

*

*

*

Malam harinya, semua keluarga Dirgantara sudah berkumpul di ruang tamu, menyambut kedatangan sosok tamu penting yang tidak lain adalah Keluarga tuan Evan, sosok teman baik tuan Hans.

"Mereka sudah datang." ucap Tuan Hans saat melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumah.

"Ya sudah, kita siap-siap sambut kedatangan mereka." ucap Nyonya Hani bersemangat, begitupun dengan Erina.

Erlan yang sedang duduk di sofa bersama Oma Miranda tampak malas untuk beranjak berdiri. Hingga kedua orang tuanya mempersilahkan masuk tamunya.

"Silahkan duduk." ucap Nyonya Hani dengan ramahnya.

"Terima kasih Tante." sahut wanita cantik bergaun putih dengan suara lemah lembut. Dimana wanita cantik itu adalah Grace Karenina, putri dari tuan Evan dan Nyonya Laras.

Merekapun duduk bersama di ruang tamu sambil bercanda gurau yang kembali bernostalgia. Sedang Erlan hanya mampu diam duduk di kursinya, begitupun dengan Grace yang sesekali melihat kearah Erlan yang tampak cuek kepadanya.

Dan akhirnya pembicaraan para orang tua mereka mulai membahas tentang perjodohan.

"Apa Erlan sudah tahu dengan rencana kita?" tanya tuan Evan kepada tuan Hans.

"Ya, aku sudah memberitahunya. Tapi, ada hal serius yang belum Grace ketahui tentang Erlan." ucap Tuan Hans dengan serius.

"Apa itu?" sahut tuan Evan dan tampak penasaran dengan yang dikatakan teman baiknya.

"Erlan mengalami kelainan Disfungsi Ereksi." ucap Nyonya Hani dengan jujurnya. Pasalnya dia sudah berbicara dengan suaminya dari hati ke hati dan ingin tahu bagaimana reaksi keluarga Evan.

"Apa!"

Tuan Evan dan Nyonya Laras terkejut mendengar ucapan Nyonya Hani. Bahkan Grace pun tampak terkejut sambil mengepalkan tangannya.

"Apa! jadi Kak Erlan Impoten!." ucap Grace dengan mata melotot bahkan raut wajahnya berubah seketika mengetahui hal tentang pria yang disukainya.

"Bagaimana mungkin putriku satu-satunya harus bersanding dengan pria Impoten!. Mas, batalkan rencana perjodohannya" ucap Nyonya Laras dengan ketusnya bahkan sudah berdiri dari kursinya.

Erlan dan Oma Miranda hanya mampu memijit keningnya mendengar ucapan mereka. Sementara Nyonya Hani dan tuan Hans hanya diam dan tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Namun setidaknya dia tidak ingin ada penyesalan dikemudian hari.

Sementara Erina tampak mengepalkan tangannya dan sangat-sangat tidak menyangka sosok wanita yang dipuji-puji di depan kakaknya malah berbicara demikian. Dia pikir Grace akan menerima segala kekurangan dari kakaknya, namun dugaannya salah besar.

"Memangnya kenapa kalau Kak Erlan Impoten, apa kamu tahu sakit yang diderita kakakku bisa sembuh." ucap Erina tidak terima.

Nyonya Laras langsung menarik tangan putrinya untuk segera membawanya pergi. Dia sudah tidak betah berlama-lama di kediaman keluarga Dirgantara.

"Mas, ayo pulang. Apalagi yang kamu tunggu." ucap Nyonya Laras dengan kesalnya sambil melangkah menuju pintu.

"Iya sayang. Aku pamit dulu." sahut tuan Evan dan merasa tidak enak hati dengan sikap istri dan anaknya. "Maaf Hans, kita batalkan saja perjodohan anak-anak." ucap Tuan Evan lalu pamit undur diri.

"Baik, aku setuju!." ucap tuan Hans dengan entengnya sebelum keluarga Evan keluar dari kediamannya.

"Hoeek...Hoeeekk...." Erlan kembali mual-mual, membuat semua orang tampak heran menatapnya.