NovelToon NovelToon
Single Mom

Single Mom

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Single Mom / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.

Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.

Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.

Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.

Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?

Yuk, ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

"Bu Viona!" Mereka menjerit histeris, kebanyakan suara perempuan.

Mereka memang belum pernah melihat wajah si petugas kebersihan itu karena selama bekerja dia selalu menggunakan masker, dan mereka tidak pernah mempermasalahkan itu. Wajah-wajah menegang, perlahan berubah takjub saat melihat Viona yang berjalan dalam keadaan baik-baik saja.

"Apa aku tidak salah melihat?" gumam kepala sekolah sembari mengucek matanya.

"Dia benar-benar melompat dari lantai dua? Sungguh?" Guru yang lain pun merasa tak percaya pada penglihatan mereka.

"Lepaskan dia! Akulah yang kalian cari!" tegas Viona setelah berdiri di samping deretan para guru dan siswa.

Angin berhembus kencang, menerbangkan rambutnya yang diikat tinggi. Seragam petugas kebersihan tak lagi terlihat hina ketika Viona yang mengenakan. Justru di mata mereka itu terlihat gagah dan elegan. Seperti seorang agen rahasia yang penuh misteri.

"Oh, rupanya hanya seorang perempuan lemah. Beraninya mengusik keluarga Wijaya," cibir laki-laki yang mengenakan setelan jas.

"Viona! Kau jangan bodoh! Aku yang bersalah, pergilah!" teriak petugas kebersihan laki-laki tak tega membiarkan Viona harus menerima siksaan dari mereka.

Suara tepuk tangan menggema, diiringi tawa yang merendahkan.

"Bagus! Sungguh pasangan yang sangat serasi. Saling membela satu sama lain. Bagus! Bagus!" ucapnya seraya bertepuk tangan lagi.

"Aku bukan seorang pengecut yang bersembunyi dibalik ketiak orang lain. Lepaskan dia, urusan kalian denganku!" tegas Viona sekali lagi, ia memetik sebuah ranting bersiap untuk menyerang.

Sekalipun mereka memiliki senjata api, Viona tak akan mudah dihadapi.

"Argh!" Rekan Viona menjerit saat tangannya ditarik ke belakang dengan sangat kuat.

Menggeram wanita itu, dia sudah meminta dua kali tak akan pernah meminta lagi.

"BRENGSEK! Aku sangat membenci orang yang bertindak semena-mena seperti kalian!" katanya seraya berlari dan menyerang salah satu dari laki-laki kekar yang menyandera temannya.

Menggunakan sebuah ranting bunga sebagai senjata, Viona melayangkan pukulan tepat pada bagian punggungnya. Ranting itu terasa seperti sebuah cambuk berduri, membuatnya meringis dan sontak melepaskan sandera itu.

Viona menarik rekannya dan melemparnya ke kepada sekolah.

"Mundur! Ini urusanku dengan mereka," titah Viona kepada semua orang.

Pasang-pasang mata di sana membelalak tak percaya melihat aksi menakjubkan dari Viona yang membebaskan sandera.

"Tapi, Viona ...."

"Mundur lah!" sambar Viona cepat sebelum kepala sekolah menyelesaikan ucapannya.

"Tidak, Viona! Kami akan ikut melawannya bersamamu!" tegas salah seorang guru tanpa ragu.

"Benar, Bu Viona! Kami juga akan ikut melawan mereka bersamamu!" seru para murid.

Entah dari mana keberanian mereka muncul, tapi rasa takut itu seketika pergi saat melihat Viona berdiri tegak dan berani. Viona merasa terharu, tapi ia tak yakin mereka mampu karena ke empat laki-laki itu membawa sajam yang disembunyikan di balik tubuh mereka.

"Kalian yakin?" tanya Viona tenang.

Mereka mengangguk kompak.

"Tapi mereka punya senjata tajam. Dengan apa kalian akan melawan?" tanyanya lagi yang seketika membungkam semua orang. Baik guru ataupun murid.

Mendengar Viona menyebutkan senjata, empat laki-laki bertubuh kekar itu menoleh serentak pada pemimpin mereka. Tatapan mata mereka seolah-olah bertanya bagaimana dia tahu?

"Bagaimana kau tahu kami membawa senjata?" Pada akhirnya mereka bertanya melepas rasa penasaran.

Viona berbalik, tersenyum dari balik maskernya melihat wajah menegang mereka. Mudah saja baginya mengetahui seseorang membawa sajam atau tidak. Viona mengangkat ranting menunjuk lurus pada mereka.

"Tak perlu bertanya tentang sesuatu yang tak penting. Sekarang, bukankah kalian datang untuk memberiku pelajaran? Bagaimana cara kalian melakukannya?" ujar Viona dengan sikapnya yang tenang.

Kepala sekolah dan guru-guru terheran-heran dibuatnya. Antara percaya atau tidak, yakin dan tidak bahwa Viona mampu melawan mereka. Semua orang harus bersiap membela Viona.

"Oh! Beri dia pelajaran berharga yang tak dapat dia lupakan seumur hidup!" titah laki-laki berjas itu, seraya mundur ke belakang dan menonton.

Mereka serentak mengeluarkan sebuah pisau kecil dari belakang tubuh. Menyerang secara bersamaan meski tak berniat membunuh, tapi terlanjur diketahui bahwa mereka membawa senjata. Sontak para murid dan guru mundur melihat senjata di tangan empat laki-laki bertubuh besar itu, tapi tidak dengan Viona.

Dia berlari ke depan, menerjang udara dengan sebuah ranting pohon di tangan kanan.

"Bu Viona!" Seorang siswa laki-laki berteriak sembari menunjukkan sebuah senjata yang ia temukan di dalam kelas, Viona melirik dan mengangkat tangan kirinya.

Siswa tersebut melempar kemoceng di tangan karena hanya itu yang dapat dia temukan. Dengan sigap Viona menangkapnya tepat saat pertemuan itu terjadi. Viona menggerakkan kedua benda di tangannya menangkis serangan yang datang dari segala arah.

Gerakan tangannya begitu cepat, menangkis dan menyerang secara bersamaan. Viona melirik pada laki-laki yang mencuri serangan dari arah belakang. Ia melompat sembari memutar tubuh, melakukan tendangan udara pada bagian vital di lehernya.

Laki-laki itu terhuyung ke belakang, dan tumbang di atas tanah. Memuntahkan cairan bening sebelum akhirnya tak sadarkan diri seketika, membuat panik laki-laki berseragam jas yang berdiri di dekat badan mobil.

"Waw!" Para siswa melebarkan mata melihat Viona mampu mengalahkan salah satunya hingga terkapar tak sadarkan diri.

Viona berbalik, berhadapan dengan tiga orang yang menatap tak percaya pada rekannya. Selama ini tak pernah ada yang mampu mengalahkan mereka selama menjalankan tugas. Siapa sebenarnya Viona? Hati mereka bertanya-tanya.

Tak lagi menunggu, Viona menerjang ke depan. Menyerang mereka bertiga dengan gerakan cepat dan lincah hanya menggunakan kemoceng dan ranting saja. Tak ada yang mampu mengimbangi kecepatan gerakan serangan Viona, semuanya tidak terduga.

Satu per satu dari ketiga laki-laki itu berjatuhan di atas tanah. Sementara Viona, masih terlihat baik-baik saja meskipun napasnya tersengal.

"Ba-bagaimana mungkin?" Laki-laki berseragam itu melempar puntung rokok di tangan, terkejut bukan main melihat keempat orang kekarnya terkapar di atas tanah.

Viona menendang salah satunya, tubuh besar itu terseret hingga menabrak kaki pemimpinnya. Ia yang ketakutan mengeluarkan kunci mobil berniat pergi, tapi Viona tak berniat melepaskannya dengan mudah begitu saja.

Dia berlari dengan cepat, menarik kerah baju laki-laki yang hendak masuk ke mobil itu dari belakang. Lalu, melemparnya dengan mudah ke hadapan kepala sekolah dan guru-guru. Semua orang mendongak, menatap takjub Viona yang terlihat kejam dan sadis, tapi mereka suka.

"Aku tidak menyangka seorang perempuan bisa sekuat itu?"

"Siapa sebenarnya Viona?"

"Mungkin dia memiliki latar belakang yang luar biasa dari pada sekedar ibu rumah tangga?"

Desas-desus kekaguman itu berdenging, Viona berjalan dengan gagah. Dia terlihat seperti seorang agen rahasia yang sedang menjalankan tugas meski memakai seragam petugas kebersihan sekolah. Viona datang, menginjak dada laki-laki itu sebelum beranjak.

"Minta maaf padanya!" titahnya dengan tegas.

Tatapan matanya tajam menghujam, bergetar seluruh tubuh laki-laki itu. Sungguh memalukan sekali baginya, datang dengan gagah, pulang kalah telak. Kepala sekolah menatap haru pada Viona, tak menduga dia akan bertindak demikian.

"Minta maaf!" sentaknya seraya menekan dada laki-laki itu lebih kuat.

Dia meringis, menahan kaki itu meski tak mampu.

"Baik, baik," katanya terputus-putus.

Viona mengangkat kakinya, menarik kerah baju laki-laki itu dan membangunkannya dengan kasar. Membuatnya bersimpuh di hadapan kepala sekolah yang sudah beruban di sana.

"Maafkan aku!" katanya dengan kepala tertunduk dan tangan terkepal penuh dendam. Dia mengancam dalam hati akan menghentikan donasi dari perusahaan untuk sekolah tersebut.

Kepala sekolah tertegun, tak tahu harus melakukan apa.

"Bapak yang akan membalas atau aku yang harus melakukannya?" tanya Viona melirik kepala sekolah.

Ia tersenyum tak enak, dan berkata, "Sudahlah. Tidak apa-apa, biarkan saja mereka pergi." Ia tersenyum pada Viona.

"Oh, baiklah."

Plak!

Viona melayangkan tamparan sangat keras pada laki-laki itu hingga menanggalkan satu giginya. Semua orang kembali dibuat terkejut, menatap Viona dengan mata lebar.

Perempuan beranak satu itu menarik kerah pakaiannya dengan kejam.

"Katakan pada tuanmu, jika dia berani berbuat semena-mena di sekolah ini maka dia akan berhadapan denganku. Aku tidak peduli siapa dia dan seberapa berkuasanya di sini. Selama aku ada di sini, tidak ada orang yang boleh bertindak sesuka hati!" Kecuali aku!

Viona melanjutkannya di dalam hati, mendorong tubuh laki-laki itu hingga jatuh ke tanah. Mulutnya menganga dan mengeluarkan darah dari bekas gigi yang tanggal. Hal tersebut mengundang gelak tawa dari beberapa siswa.

"Pergi! Bawa serta orang-orang mu yang tak berguna itu!" ucap Viona sembari menendang satu tubuh lagi hingga mendekati mobil.

Laki-laki itu cepat berdiri, dan masuk ke dalam mobil setelah memasukkan keempat bawahannya yang babak belur.

"Bu Viona hebat!"

"Bu Viona pahlawan kita!"

Sorakan-sorakan itu menggema setelah mobil para penjahat meninggalkan lingkungan sekolah. Mereka bergembira, tapi tidak dengan kepala sekolah dan staf guru.

1
Liana CyNx Lutfi
nach gitu jngn ksih ampun ,sdh berkurang 2 orang tinggal menggu giliran laki2 bejat lainya
Dian Susantie
nah.. Dicky...!! saatnya giliranmu..!!
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻
Dian Susantie
wah.. wah.. wah...!! tinggal si Peni ama ponakan nya Ghavin nih..!!! kira² diapain ya mereka ama Viona..??!! 🤔🤔🙄🙄
Tiara Bella
lanjut ....semangat Thor....
Tiara Bella
agen Vi dilawan....
VYRDAWZAmut
crazyyy dong kkakk/Tongue//Tongue//Tongue/
icha amelia
semangat thor
kaylla salsabella
tinggal nunggu giliran kalian
vj'z tri
tenang kamu memang gak kelihatan waktu kejadian tapi nama kamu di list paling atas 😏😏😏😏🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
lanjut ✋ siapa lagi selanjut nya antri tapi 🤭🤭🤭🤭🤭
kaylla salsabella
satu pelaku udah mati ... tinggal yang lainnya
VYRDAWZAmut
mantapp thor critanya
Markonah
keren, luar biasa imajinasix thor. biodatax viona dong hehe... smngat Thor teruskan karyax yg luar biasa ini 🤗🥰 menungguu eposide berikutx 😁
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Nanin Rahayu
lanjut 🥰🥰
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Tiara Bella
ceritanya bagus....
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Tiara Bella
lanjut Thor....
Aisy Hilyah: trimakasih
total 1 replies
Tiara Bella
kapok gk Lo Aditya.....karma dtng Untuk lo
Aisy Hilyah: kapok pastinya
total 1 replies
kaylla salsabella
wuhhaaaaa ...lama ...lama bakal gila kamu Aditya
Aisy Hilyah: bener banget
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
hukumannya berjalan.... aseeekkkk. jan lupa sm mantan suami vio jg, bkin sengsara! semangat up!!! 💪💪
Aisy Hilyah: tenang dia ada waktunya
total 1 replies
Dian Susantie
rasakan apa yg dirasakan Merlia... Dit..!!! 👿👿
Aisy Hilyah: bener banget
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!