NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Takdir

Sang Pewaris Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

~Karya Original~
[Kolaborasi dari dua Author/BigMan and BaldMan]
[Update setiap hari]

Sebuah ramalan kuno mulai berbisik di antara mereka yang masih berani berharap. Ramalan yang menyebutkan bahwa di masa depan, akan lahir seorang pendekar dengan kekuatan yang tak pernah ada sebelumnya—seseorang yang mampu melampaui batas ketiga klan, menyatukan kekuatan mereka, dan mengakhiri kekuasaan Anzai Sang Tirani.

Anzai, yang tidak mengabaikan firasat buruk sekecil apa pun, mengerahkan pasukannya untuk memburu setiap anak berbakat, memastikan ramalan itu tak pernah menjadi kenyataan. Desa-desa terbakar, keluarga-keluarga hancur, dan darah terus mengalir di tanah yang telah lama ternodai oleh peperangan.

Di tengah kekacauan itu, seorang anak lelaki terlahir dengan kemampuan yang unik. Ia tumbuh dalam bayang-bayang kehancuran, tanpa mengetahui takdir besar yang menantinya. Namun, saat dunia menjerumuskan dirinya ke dalam jurang keputusasaan, ia harus memilih: tetap bersembunyi/melawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian

Klan Strein bertahan mati-matian, tetapi gelombang Pasukan Naga Hitam terus menghantam tanpa henti. Tanah telah menjadi lautan merah, dan tubuh prajurit yang gugur mulai menumpuk, menciptakan benteng mayat di antara mereka yang masih hidup.

Di kejauhan, kepulan asap dari benteng-benteng yang roboh semakin menebal, mengirimkan sinyal keputusasaan bagi mereka yang masih berjuang.

Di garis depan, Masao terdorong mundur satu langkah, pedangnya beradu dengan kekuatan brutal Alzasha. Lengannya terasa mati rasa, sementara setiap serangan musuhnya menggetarkan tulangnya.

Di sisi lain, Saboru, dengan napas memburu, menangkis rentetan serangan Hannya yang begitu cepat hingga sukar terlihat oleh mata biasa.

Sementara itu, Hanami mulai kehilangan keunggulan menghadapi ketajaman serangan Asakura, yang terus menekannya tanpa ampun.

Klan Strein mulai kehilangan keseimbangan.

Tapi sebelum kehancuran benar-benar datang, suara teriakan yang berat menggema di tengah dentingan logam dan jeritan.

"JANGAN GENTAR!"

Seperti halilintar yang membelah langit, Hitoshi, Wakil Ketua Klan Strein, melompat dari kudanya ke tengah medan pertempuran. Langkahnya menghancurkan tanah di bawahnya, dan dalam sekejap, senjatanya yang besar melesat seperti meteor, menghantam senjata Alzasha dengan kekuatan yang membuat raksasa itu harus mundur satu langkah.

Divisi Elit—para pendekar pilihan miliknya merangsak maju mengiringi kehadirannya, membelah lautan manusia dari Pasukan Naga Hitam. Membuat para Pasukan Strein yang melihatnya semakin bergemuruh, semangat mereka kembali bangkit—seolah harapan masih terbuka lebar.

"Aku tidak akan membiarkanmu membantai saudara-saudaraku semudah itu!" suara Hitoshi menggema, matanya membara dengan tekad.

Alzasha menyeringai, bibirnya berlumur darah dari pertempuran sebelumnya. "Hoh… kau akhirnya keluar juga. Aku harap kau lebih tangguh dari semut ini!"

Namun sebelum pertarungan mereka berlanjut, dua sosok lain menerjang dari arah yang berbeda.

Yujin, muncul seperti badai. Pedangnya menebas ke arah Hannya, yang dengan cepat melompat ke belakang untuk menghindar. Mata Hannya menyipit, merasa sedikit terkejut dengan kehadiran sosok baru ini.

Omura Yujin, adalah salah satu murid yang dilatih secara langsung oleh Akio Senju, pendekar terkuat dari Klan Strein saat ini—kekuatannya mungkin setara dengan Obura, atau bahkan lebih. Kita tidak benar-benar tahu—sebelum mereka melakukan duel untuk menentukan siapa yang terkuat.

"Akhirnya… sebuah pertarungan yang layak." Ucap Hannya merespon kehadirannya.

Yujin berdiri di depan Saboru. Posturnya yang membelakangi Saboru seolah mengatakan, "Serahkan dia padaku."

Yujin membentangkan senjata sabitnya sebelum akhirnya berbicara. "Saboru-san, Dai-sama memerintahkan anda untuk mundur. Biarkan aku yang mengurus sisanya." Ucapannya penuh ketegasan, kesopanan, juga rasa hormat yang tersirat di dalamnya.

Saboru terdiam sejenak, ia tidak langsung merespon ucapan Yujin. Ia hanya mematung kaku mengatur nafasnya yang mulai melemah. Posturnya yang setengah membungkuk memperlihatkan rasa sakit yang ia lawan. Meski dengan satu tangan yang sudah terputus, ia tetap mempertahankan posturnya untuk tetap berdiri dengan menjadikan senjatanya sebagai tumpuan.

Bibir yang dipenuhi darah dari dahi yang bercucuran itu pun membuka suaranya. "Aku serahkan dia padamu, Yujin-san." Ucapnya, sebelum akhirnya mundur meninggalkan pertarungan.

Hannya menjilat bibirnya, tatapan matanya tajam seperti serigala. "Hmph… sangat dramatis. Baiklah, mari kita lihat apakah kau lebih kuat dari pria tua itu atau tidak."

Di sisi lain.

"Hanami-san!" Teriakannya menggelegar dari kejauhan, suaranya terdengar mendekat dengan kecepatan seperti kilat. Seolah memberi tanda agar Hanami memberinya ruang untuk kehadirannya.

—BTAANKK!

Akari menerjang ke arah Asakura, pedangnya meluncur seperti kilatan petir. Asakura baru saja menangkis serangan Hanami, tetapi serangan baru ini memaksanya untuk mundur beberapa langkah. Untuk pertama kalinya, ekspresi di wajahnya berubah—sedikit terkejut.

"Jangan tersinggung," Ucapnya, merespon ekspresi Hanami yang terlihat sedikit kesal dengan kehadirannya. "Dai-sama memerintahkan ku untuk membantu mu. Jadi... mari berkerja sama." suara Omura Akari terdengar dingin, nyaris tanpa emosi.

Hanami mengangguk—ia mengerti, dan kembali memegang pedangnya erat. "Mari kita bunuh dia."

Asakura memutar pedangnya, matanya berkilat penuh perhitungan. "Hmm… menarik. Aku tidak menyangka Strein masih menyimpan kartu seperti ini."

Dalam sekejap, keseimbangan pertempuran bergeser. Badai baru telah menerjang medan perang.

Atas perintah Dai Hideo, para Count—para menteri dan bangsawan yang memiliki kemampuan setara dengan kapten di setiap divisi, mulai diturunkan. Dengan brutal mereka memasuki medan perang, membuat sorak sorai dari para Prajurit Strein semakin riuh.

Untuk sesaat, bahkan tiga komandan Pasukan Naga Hitam merasakan sesuatu yang asing di dalam dada mereka—sedikit keterkejutan. Namun, itu hanya sesaat. Karena pada akhirnya, mereka tahu bahwa kemenangan tetap berada di pihak mereka.

Mereka hanya perlu menghabisi lawan yang lebih kuat kali ini.

Dan itulah yang akan mereka lakukan.

......................

Raungan senjata kembali menggema. Tubuh-tubuh yang tak bernyawa berserakan, membentuk bentangan neraka di atas tanah yang kini berlumuran darah dan debu.

Di tengah pekikan pertempuran yang menggila, para komandan saling berhadapan dan bertarung dalam duel yang lebih intens.

Kapak raksasa Alzasha melesat dalam ayunan dahsyat, menciptakan hempasan angin yang nyaris merobek tanah.

Masao melompat mundur, tapi Hitoshi menyongsong serangan itu dengan brutal. Kapaknya beradu langsung dengan senjata Alzasha, dan benturan mereka menciptakan dentuman keras yang menggema di medan perang.

Tanah di bawah mereka merekah.

 "Tcih, kau memang kuat!" Alzasha menyeringai, otot-ototnya menegang saat menahan dorongan Hitoshi.

"Dan aku tidak sendirian."

Masao menerjang dari sisi kiri, pedangnya berputar dalam lintasan mematikan. Alzasha mendengus dan menarik senjatanya, tetapi pada saat itu, Hitoshi mengayunkan pedang besarnya lagi dari atas.

Dua arah serangan.

Untuk pertama kalinya, raksasa itu terdesak. Ia melompat mundur, tapi ujung senjata Masao sempat menggores pundaknya, membuat darah pekat menyembur.

"Hmph, bukan pertempuran yang membosankan rupanya." Alzasha tertawa, menjilat darah di lengannya. "Tapi kalian pikir ini cukup untuk menjatuhkan ku?"

Hitoshi tidak menjawab. Ia hanya menatap musuhnya dengan dingin, sebelum kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar lagi.

—Di sisi lain, Hannya menghindar dengan gesit, tubuhnya bergerak seperti kabut yang nyaris tak bisa disentuh. Pedang Yujin meluncur dalam tebasan yang tajam, tapi Hannya memutar tubuhnya dengan mulus, lalu menebas balik.

Yujin menahan serangan itu dengan pedangnya, memanfaatkan celah untuk menyerang balik dengan dorongan mematikan. Hannya menarik tubuhnya ke belakang, tetapi ujung pedangnya itu sempat menyayat perutnya, meninggalkan luka tipis yang mengalirkan darah.

Mata Hannya menyipit. "Heh... permainan yang menarik."

Yujin tidak berbicara. Ia hanya menatap lawannya dengan tajam, sebelum melesat maju dengan kecepatan yang bahkan sulit diikuti oleh mata biasa.

Dalam sekejap, serangannya bertubi-tubi datang dari segala arah, menyerang dengan rentetan tusukan.

Hannya mengerahkan seluruh kecepatannya untuk menghindari serangan yang datang seperti badai. Namun, kelengahan tak dapat dihindari.

Satu serangan lolos.

Pedang Yujin berhasil menyayat pundak Hannya, dan untuk pertama kalinya, wajah iblis itu kehilangan senyumannya.

"Kau terdesak, Hannya." Yujin akhirnya berbicara, suaranya dingin.

Hannya menatap darah yang mengalir dari bahunya, lalu terkekeh pelan. "Terdesak? Tidak… ini justru mulai menyenangkan."

Matanya menyala ganas. Pertarungan baru saja dimulai.

—Di pertarungan yang lain.

Asakura memutar pedangnya dengan kecepatan luar biasa, menangkis serangan Akari dan Hanami sekaligus. Namun, meskipun pedangnya tajam, tekanan dari dua pendekar wanita Klan Strein tidak bisa diremehkan.

Akari menyerang dari sisi kanan dengan gerakan yang anggun, sementara Hanami menerjang dari depan dengan kekuatan penuh.

Dua tebasan menghujam dari dua arah.

Asakura mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan Akari, tetapi Hanami memanfaatkan celah itu untuk menebas ke arahnya. Pedangnya berhasil menggores punggung Asakura, meninggalkan luka yang cukup dalam.

Asakura mendecak. "Menjengkelkan." Ia melompat ke belakang, menatap kedua pendekar wanita di hadapannya dengan mata yang tajam. Darah menetes dari luka di punggungnya, tetapi senyumnya justru semakin lebar.

"Baiklah... kalian ingin mengujiku? Aku akan membuat kalian menyesal telah berdiri di hadapanku." Sambungnya.

Mata Hanami berkilat dengan semangat juang yang tak tergoyahkan. "Jangan meremehkan kami."

Akari hanya mengangkat pedangnya, tatapannya dingin. "Bersiaplah."

Dan pertempuran kembali berkobar. Dua lawan satu, pertarungan hidup dan mati.

Klan Strein telah menyalakan harapan baru di tengah kehancuran.

Namun, akankah harapan ini bertahan?

...----------------...

...----------------...

Ilustrasi Figur Ueda Masao vs Alzasha.

1
Big Man
seru kok kak.. namnya aja yg jepang kak.. tp story line nya sma kek pendekar2 timur lain.. hnya saja.. gda kultivator .. tp istilahnya berbeda
Big Man: niat blas chat.. mlah ke post di koment.. asem dah
total 1 replies
Ernest T
lnjutttt. kren
Big Man: terimakasih kak /Applaud/
total 1 replies
Desti Sania
belum terbiasa dengan scien jepang
Big Man: Mudah2n cocok ya.. menghibur.. story line nya hmpir sma kok kak sma pendekar2 timur lainnya.. cmn istilahnya aja yang beda dan gda kultivator di sini /Grin/
total 1 replies
Desti Sania
mungkin
Desti Sania
prolog nya dah keren thor,semoga isinya gak membosankan ya
Big Man: amiin.. thanks kak.. semoga menghibur ya
total 1 replies
Bocah kecil
Abirama bukan kaleng2 keknya.. pra pendekar aja tau dan bisa merasakan kekuatan abirama yang tidak biasa.. menarik.. /Kiss/
Aditia Febrian
Aseekkk... Gass lah.. Hajar mereka Abirama!!! /Determined//Determined/
Bocah kecil
Gass lanjoot...!!!
Aditia Febrian
Makin seruu... /Determined//Determined/
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Big Man: Mksh thor.. /Kiss/
total 1 replies
Abu Yub
sip
Bocah kecil
Ni bocil sumpahna, yang satu baperan, yang satu cuplas ceplos.. /Facepalm/
Aditia Febrian
Tahapan ujian menjadi pendekar sejati:
1. Disiplin >> Lulus.
2. .... ?

Lanjut thoorr!!! /Determined//Determined/
Big Man: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Bocah kecil: Bner.. relate sbnrnya..
untuk menjadi org sukses ya slah satunya :
1. Disiplin
2. Kerja keras.
3. Terusin aja sendiri
/Tongue//Joyful//Joyful/
total 2 replies
Aditia Febrian
Ngakak parah /Facepalm//Facepalm/
Aditia Febrian
Si liliane ceplas ceplosnya ampun dah /Joyful//Joyful/
Aditia Febrian
Mantap.. Sebaik-baiknya ayah, ya Abirama.. lanjut thorrr.. /Determined//Determined/
Momonga
Dramatic skali thor.. keren, salut thor.. up lg thor
Teteh Lia
Per bab na pendek, jadi maaf kalau Aq baca na terlalu cepat 🙏
Big Man: Gpp kak.. mksh udh mampir ya.. semoga ceritanya menarik dn bisa menghibur kka ya..
di Ep 11 ke atas udh di konsisten untuk katanya di min 1000-1500 kata ya kak.. semoga itu bsa mengobati kekecewaan kka ya.. /Hey/
total 1 replies
Abu Yub
lanjut thor .kunjungi novel aku juga thor ./Pray/
Big Man: siap kak.. thanks dukungannya..
total 1 replies
Abu Yub
sip deh /Ok/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!