Di hari pernikahan nya dan hanya tinggal. satu jam lagi akan ijab kabul, Damera mendengar kenyataan yang amat pahit di dalam toilet.
kekasih yang sudah ia percayai malah selingkuh dengan Adik nya sendiri, bahkan mereka berniat untuk mengambil warisan milik nya.
Bagai mana perjalanan hidup Damera?
langkah apa yang akan Damera ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Minta tolong pada Damera
"Berapa kali harus ku bilang padamu, agar jangan datang ketempat aku kerja!" Juna menghubungi Berlin kembali.
"Heh sialan! kau itu juga punya pekerjaan, ngapain kau kerja tempat orang." kesal Berlin pada Juna.
"Kau saja yang kerja di sana, aku tidak nyaman maka nya aku ingin mencari tempat yang nyaman!" seru Juna.
Kalau saja Juna ada di hadapan nya maka sudah pasti akan di garuk oleh Berlin karena dia sangat kesal, gara gara Juna ia harus kerja keras banting tulang setiap hari. sungguh ia tidak terima di buat begini, pokok nya harus berusaha agar Juna mau kembali dan kerja seperti dulu.
"Aku tau kau bisa, jadi tidak usah ragu atau pun meminta aku kembali." ucap Juna.
"Gila ya kau memang, apa lagi soal wanita itu. bisa bisa nya aku kau akui sebagai pacar mu!" teriak Berlin.
"Jangan selalu berteriak, aku takut kau tidak ada tenaga untuk kerja." Juna tertawa pelan membuat Berlin sangat marah.
"Tunggu saja waktu nya, aku tidak akan tinggal diam." ancam Berlin lagi.
"Bila kau sampai macam macam maka akan ku bekukan semua rekening mu!" ancam Juna balik.
"Cih, kau pikir aku masih takut dengan ancaman itu? aku sudah dua tahun kerja, tabungan ku pun sudah banyak!" Berlin malah menantang Juna.
Sudah pasti sekarang Juna yang kalang kabut karena Berlin sama sekali tidak takut dengan ancaman nya, bisa bahaya bila nanti gadis ini nekat dan mengungkap semua di depan Mera. sebenar nya Damera mungkin saja tidak peduli, tapi yang jelas dia tak mungkin lagi mau memperkerjakan Juna lagi.
Sedangkan Juna sudah merasa nyaman di perusahaan itu dan yang paling penting adalah Damera nya, bohong apa bila selama ini dia tidak pernah suka pada Damera. hanya saja dia merasa kesempatan itu tidak ada, sebab Mera sangat lah mencintai Danil sejak dulu, apa saja Mera lakukan untuk kekasih nya tercinta.
"Ayo lah, ku mohon bantu aku dan aku nanti akan kembali lagi kesana." bujuk Juna.
"Mau sampai kapan? aku tau kau mencintai wanita itu, tapi dia tidak akan pernah mencintai mu!" tegas Berlin.
"Ya kan belum tau, siapa tau nanti nya akan berubah pikiran." Juna tetap yakin dengan perasaan itu.
"Terserah kau, aku hanya memberi mu waktu satu bulan! bila dalam waktu satu bulan dia tak juga jadi kekasih mu, lebih baik kau menyerah saja pada cinta itu." Berlin sudah tidak mau di ganggu gugat.
"Masa cuma satu bulan, Ber! aku tidak mungkin bisa kalau cuma satu bulan." protes Juna ketakutan.
"Lah itu resiko mu, bila sampai bulan depan kau tak juga bersama dia maka siap siap saja aku akan datang dan mengatakan pada dia!" Berlin tertawa jahat.
"Kurang ajar kau!" Juna mengumpat kesal karena waktu nya cuma satu bulan.
"Lebih baik kau berusaha dari sekarang, aku tidak main main dengan ucapan ku!"
Berlin memutuskan panggilan usai mengancam Juna, yang di ancam jadi melongo karena dia sendiri ragu dengan waktu satu bulan itu. bahkan sudah dua tahun lama nya pun ia bersama Mera, tapi tak juga ada percikan cinta, sebab cinta Mera sangat ugal ugalan pada Danil selama ini, sehingga tidak pernah tertarik pada pria mana pun.
"Kurang ajar kau, Berlin! mana baga bisa aku akan mendapatkan hati nya hanya dalam waktu satu bulan?" Juna pusing sekali.
Sebab dia yakin Mera tak akan mau menerima nya, di tambah dengan masalah masalah yang masih dia hadapi. sudah pasti Mera tak akan mau membuka hati untuk sementara, luka hati yang lama saja masih belum sembuh sehingga tak mungkin Juna akan berhasil memiliki nya.
"Bangsat sialan!" Juna mengumpat terus terusan.
"Kenapa kamu, Jun?" Mera muncul di belakang nya.
"Ah Nona!" Juna reflek berdiri karena melihat Mera datang.
"Siapa yang sedang kamu umpat?" Mera masih penasaran.
"Ini, kekasih saya yang tadi meminta putus!" Juna bingung mau jawab apa.
"Lah kok bisa? kenapa dia mau putus sama kamu!" kaget Damera.
"Entah lah, seperti nya dia memang tidak cocok dengan saya." Juna tersenyum hambar.
"Sama sama lagi patah hati lah kita, ayo keluar saja untuk makan!" ajak Damera tersenyum manis.
Juna yang di ajak langsung bersiap karena Mera sudah pasti ingin cari makanan yang ia idamkan, pokok nya Juna memang selalu siap siaga apa bila Mera yang meminta. hanya saja Mera tidak pernah sadar bahwa pria ini mencintai diri nya, yang ada di pikiran Mera hanya Danil saja kala itu.
...****************...
Gelisah sampai pagi, itu lah yang Aira rasakan sekarang ini. kabar dari penculik juga tidak ada sama sekali, bahkan biasa nya minta tebusan tapi kali ini tidak ada sehingga Aira harus berpikir keras di mana anak nya berada sekarang, air mata sampai kering karena terus terusan menangis.
"Apa aku minta bantuan Mera saja, aku bisa bilang kalau itu anak nya Laila dan Laila adalah teman ku." muncul ide di otak nya Aira.
Aira langsung bergegas membangun kan Laila agar segera bersiap untuk menemui Mera, mau mengandal kan Danil mana mungkin bisa karena pria itu gerakan nya terbatas dan sedang sibuk mengurus pernikahan dengan Calista.
"Pokok nya kamu harus bilang kalau Hanzel adalah anak kamu!" tegas Aira sebelum berangkat.
"Kalau dia tanya soal Ayah nya bagai mana, Bu?" tanya Laila pula.
"Ah iya bagai mana ya?" Aira masih berpikir untuk kebohongan lagi.
"Bagai mana kalau bilang sudah mati saja, dengan begitu dia pasti akan iba!" usul Laila yang tak kalah licik.
"Nah benar, kamu harus buat Mera iba seratus persen padamu. dia orang nya gampang iba, pasti akan mau membantu." Aira yakin sekali.
"Baik lah, nanti akan saya berusaha menjadi orang paling di kasihani." Laila yakin akan bisa nanti nya.
Maka berangkat lah dua orang ini yang merasa yakin akan bisa membuat Mera percaya dengan drama ini, tidak tau bahwa Damera yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Damera dulu. Aira yang masih yakin bahwa sahabat nya itu orang bodoh, sebab selama ini selalu saja bisa untuk di bodoh bodohi.
"Ingat ya kau harus menangis terisak isak, Hanzel harus segera di temukan!" Aira berpesan lagi di jalan.
"Iya, saya akan berusaha sekuat tenaga." angguk Laila merasa yakin akan bisa.
"Mera gampang percaya kok, apa lagi ini masalah anak maka pasti dia akan iba padamu." Aira yakin sekali dengan pendapat nya.
Begitu juga dengan Laila yang merasa yakin nanti bakal mampu membuat drama, Mera sudah pasti akan iba pada diri nya. mungkin saja bila Mera tidak tau fakta ini, maka dia pasti bakal akan sangat iba, sebab hati wanita itu begitu baik dan tulus pada orang lain.
Jangan lupa like dan comen nya ya guys, terima kasih selalu mendukung othor.
pasti berasa mau lompat itu ginjal nya 🤭