NovelToon NovelToon
Maula

Maula

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Pengasuh
Popularitas:33.1k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.

Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)

Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Setelah makan malam, aku mengajak anak-anak ke lantai dua untuk berdiskusi.

Tadi kami sudah saling berkenalan satu sama lain, ku lihat mereka bereaksi biasa saja padaku saat kenalan. Tidak ada rasa malu, takut, atau tak suka. Justru mereka tampak senang karena akan ada yang menemani hari-hari mereka.

Aku sudah menjelaskan tentang tugasku di rumah ini. Tak hanya menjadi guru privat, tapi juga menjadi pengasuhnya, atau bisa di bilang orang yang akan selalu ada kapanpun mereka membutuhkanku.

Ah iya, tadi saat opa omanya mengantar anak-anak, bu Ella sempat memperkenalkanku sebagai guru Hazel dan Naka. Meski tak terlalu di tunjukkan, tapi aku bisa membaca dari ekspresi di wajahnya. Feelingku mengatakan kalau bu Lini, omanya Hazel seperti kurang suka padaku.

Tapi entahlah, aku pribadi tidak ingin berprasangka buruk pada orang lain hanya karena raut wajahnya. Akupun nggak peduli jika benar wanita itu tak menyukaiku.

Niatku disini hanya bekerja, bukan yang lainnya.

"Kita duduk di sini dulu, kita cerita-cerita sebelum bobo" Kataku sambil menggiring dua bocah ini duduk di sofa.

"Hazel panggil kakaknya dengan sebutan apa? Kakak, atau mas Naka?" Tanyaku setelah kami sudah sama-sama duduk.

"Mas Naka" Jawab Hazel lirih.

Aku bisa menilai kalau dia adalah tipe anak yang insecure nya tinggi dan nggak percaya diri. Cenderung diam dan lebih memilih menyimpan unek-uneknya sendiri tanpa orang lain tahu.

"Kalau mas Naka panggil adek berarti ke Hazel ya?" Aku beralih menatap Naka.

"Hazel aja"

"Mulai sekarang biasakan panggil adek, ya"

"Kenapa?" Tanya Naka.

"Si adek kan sudah menghormati mas Naka sebagai kakak yang usianya lebih tua, nah akan ada baiknya mas Naka panggil, 'dek Hazel' atau 'adek', supaya kesannya yang tua menghargai yang muda karena yang muda sudah menghormati yang tua. Tapi kalian juga harus ingat, meskipun Hazel usianya lebih muda, bukan berarti mas Naka bisa memerintahkan si adek sesuka hati. Pokoknya ibu minta kalian harus saling menyayangi, saling membantu, dan saling melindungi. Mengerti?"

Dua anak itu kompak menganggukkan kepala. Tatapannya serius terarah ke wajahku.

"Anak pintar!" Responku di iringi seulas senyum, sedetik kemudian kembali bersuara.

"Mas Naka besok sudah selesai libur sementer ganjil kan, sudah mulai masuk sekolah?"

Kali ini hanya Naka yang menganggukkan kepala.

"Sudah di siapkan jadwal pelajaran buat besok?" Tanyaku lagi.

"Sudah. Cuma bawa buku tulisnya aja. Kan LKSnya harus ganti semester"

"Okay" Balasku sambil mengangguk paham. "Alat tulis semua juga sudah di persiapkan ya?"

"Iya, sudah"

"Kalau Hazel gimana?" Tanyaku merujuk ke gadis kecil berpiyama warna lilac di depanku.

Dia menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Nggak apa-apa, kan Hazel belajarnya sama ibu di rumah. Jadi nggak apa-apa nggak siapin jadwal buat besok. Tapi kalau bu Maula sudah bikin jadwal, nanti setiap malam habis belajar Hazel juga harus menata jadwalnya kayak mas Naka ya"

Kali ini anak itu hanya diam. Sama sekali tak meresponku baik dengan ucapan maupun bahasa tubuh.

Lalu hening...

Karena dari kami bertiga tidak ada yang bicara, aku pun kembali menyerukkan suaraku.

"Kenapa diam saja? Ayo tanyakan apa yang ingin kalian tahu soal ibu"

Kuduanya kompak saling memandang, mungkin tengah menimbang-nimbang sesuatu.

"Nggak apa-apa, tanyakan saja apa yang ingin kalian tanyakan. Atau mungkin ada sesuatu yang kalian nggak suka dari ibu, utarakan saja! Jangan takut, jangan ragu, jangan malu"

Kembali hening, ku tunggu sampai bermenit-menit namun dari mereka tetap tak ada yang bersuara.

"Baiklah, mungkin kalian masih malu-malu, nggak apa-apa. Ini hari pertama kita kenal. Yang jelas mulai besok dan seterusnya, selama ibu masih bekerja di rumah kalian, ibu akan selalu bantu kalian, jadi jangan segan untuk meminta tolong ke ibu, okay?"

"Kata nenek ibu akan tinggal di sini?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Naka.

"Iya, ibu akan tinggal di sini sebagai guru les sekaligus menemani kalian"

Keduanya bergeming dengan sepasang mata yang sulit ku artikan. Mereka anak-anak yang sangat polos dan sepertinya tingkat kepercayaan dirinya sangat minim.

'Tenang dan sabar, ini hari pertama'

Ku bisikan kalimat untuk menyemangati diriku sendiri.

Menghela napas panjang, aku berusaha membuang rasa frustasi yang tiba-tiba datang. Takut jika aku nggak bisa bertahan lama untuk bekerja di sini.

Ku lirik jam yang sudah menunjukkan pukul delapan lebih dua puluh menit.

"Kalau dari kalian nggak ada yang mau ngomong lagi, kita lanjut besok ya! Sekarang waktunya gosok gigi dan tidur"

"Aku biasa main ponsel dulu sebelum tidur" Celetuk Naka.

"Main ponsel?" Ucapku mengernyitkan kening.

"Iya"

"Okay, tapi jangan terlalu malam, dan harus gosok gigi dulu?"

"Iya"

"Mas Naka bisa gosok gigi sendiri?"

"Bisa"

"Okay, sekarang pergi ke kamar, ibu akan bantu si adek gosok gigi"

Anak itu pun menurut. Langsung bangkit dan beranjak menuju kamar.

Aku sendiri membawa Hazel ke kamarnya untuk membantunya menggosok gigi.

***

Setelah hampir tiga puluh menit aku menemani Hazel di kamar, anak itu akhirnya tertidur.

Aku keluar setelah mengatur suhu AC dan memberinya selimut tebal.

Begitu keluar, ku arahkan kakiku ke kamar di sebelahnya. Kamar Naka, dimana anak itu ternyata juga sudah tidur.

Kembali ku atur suhu AC yang pas agar tidak terlalu dingin.

Baru saja keluar dari kamar Naka, tubuhku sedikit berjengit kaget karena bu Ella tahu-tahu sudah berdiri di depanku.

"Anak-anak sudah tidur?" Tanyanya tersenyum.

"Sudah, bu"

"Kamu belum ngantuk kan Mau?"

"Belum bu, kenapa ya?"

"Bisa kita bicara sebentar? Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan"

Keningku seketika mengernyit mendengarnya. Ada rasa penasaran dan juga deg-degan.

"Mau bicara apa, bu?" Tanyaku dengan raut bingung.

"Kita duduk di sofa, ya"

"Baik bu"

Bu ella melangkah lebih dulu menuju sofa yang tadi aku dan anak-anak duduki.

Wanita itu duduk sebelum kemudian mempersilakanku duduk di sebelahnya.

"Duduk sini La, saya ingin memberitahumu sesuatu. Ini sangat penting dan kamu harus tahu"

"Soal apa ya bu?" Jantungku kian naik ritmenya.

"Soal bundanya mereka"

Mungkin lipatan di keningku semakin kentara karena saking herannya.

"Kamu harus tahu supaya kamu nggak nanyain kemana bundanya ke mereka"

"Memangnya bundanya kemana, bu?" Rasa penasaranku sungguh kian meronta.

"Namanya Dewi, dia sudah meninggal"

Mendengarnya, secara reflek aku menelan ludahku sendiri.

"Meninggal?"

Bu Ella mengangguk meresponku.

"Sudah lama meninggalnya, bu? Dan karena apa?"

"Sekitar lima bulan yang lalu, Maula" Jawabnya sendu. Diam sejenak, lalu kembali berucap "Dewi meninggal karena melahirkan anak ke tiga"

"Innalillahi" Lirihku spontan.

Ku lihat ada raut sedih di wajah bu Ella.

"Kenapa bisa meninggal saat melahirkan?"

"Dia hamil besar lalu terpeleset di tangga saat sedang menuruti anak tangga. Saat melakukan caesar, Dewi dan bayinya tidak bisa di selamatkan. Parahnya anak-anak melihat kejadian pas ibunya jatuh dari tangga"

Aku terpaku dengan fakta mengejutkan yang baru aku ketahui. Selain itu aku mendadak teringat pada ibuku yang juga meninggal saat melahirkanku.

Jadi mereka sama sepertiku. Seorang anak yatim?

Kasihan sekali mereka.

"Tapi sampai detik ini saya masih suka bingung, Maula"

Kalimat bu Ella membuatku kembali fokus menjadi pendengar.

"Bingung kenapa, bu?"

"Si Hazel, dia seperti takut melihat teman bundanya yang kadang suka datang ke sini setelah kepergian Dewi"

"Temannya bu Dewi?"

Bu Ella mengangguk. Dan anggukan kepalanya kali ini ku rasa begitu berat.

"Namanya Airin" Bu Ella menundukkan kepala saat menyebut nama itu. Wajahnya juga tampak lebih sedih dari sebelumnya. "Bukan hanya teman, bisa di bilang Airin adalah sahabat Dewi karena mereka terlihat akrab. Bahkan Dewi sangat percaya pada dia. Tapi nggak tahu ya Maula" Dia kembali menatapku.

"Selama lima bulan ini dia kerap sekali datang meski hanya untuk menjenguk anak-anak. Saya si senang karena ada teman bundanya yang menyempatkan diri buat nengokin cucu-cucu saya, tapi saya perhatikan Hazel selalu nggak mau di tinggal berdua aja sama Airin, padahal Airin sendiri ingin sekali quality time dengan Hazel"

"Mungkin kalau Hazel lihat mbak Airin jadi ingat sama bundanya, bu. Mereka kan sahabatan"

"Ibu juga berfikiran seperti itu. Tapi kesannya aneh La"

"Jangan terlalu di fikirkan bu"

"Iya, kamu benar" Balasnya. Kali ini atensinya menyorot kosong ke arah lantai.

"Tolong kamu jangan bahas soal bundanya di depan mereka iya"

"Iya bu"

"Makasih Maula, tolong sesekali hibur mereka supaya nggak ingat lagi sama kejadian yang sudah menimpanya terutama Hazel"

"Baik bu"

"Sekarang tidurlah, besok kamu harus bangun pagi"

Aku mengiyakan dengan anggukan kepala.

"Saya permisi bu, selamat malam"

"Selamat malam"

Aku bangkit usai bu Ella membalas salamku. Selagi kaki ini melangkah, fikiranku terbagi antara banyak hal. Tentang ibuku, juga bundanya Naka dan Hazel yang sama-sama meninggal saat melahirkan bayi.

Apakah melahirkan semenakutkan itu?

Aku tahu memang taruhannya nyawa, tapi apakah sangat sakit hingga mereka tak mampu menahannya dan akhirnya meninggal?

Ku tarik napas panjang seraya memejamkan mata lalu ku jatuhkan bobot tubuhku ke atas kasur begitu aku ada di kamar.

1
Miko Celsy exs mika saja
trims mba anne,,,,gaknsabar pas ketemu dirumah bu ella
tiara
belum bertemu Mr F dirumahnya pasti seru nih lanjuuut thor semangat upnya
sryharty
terimakasih ka ane
Adriana Simanjuntak
terimakasih sdh up kak.
Adriana Simanjuntak
up dong kak
Lyzara
abis maraton kakak.lanjut kak penasaran gimana reaksi maula kalau mr f itu pak aril. ayahnya anak2. dan gimana reaksi bapak satu itu ya . next
Purnama Pasedu
cerita aj ke mr f,tentang eriana
sryharty
pada ga sabar ma reader momen pertemuan mereka Mr F sebagai pak aril,,
sama aku pun juga
sryharty
justru anak kecil yang ga bisa bohong,,pasti jujur
sryharty
selalu suka sama karya ka ane
Yayuk Bunda Idza
jika nanti dia orang yang sama, aq yakin kamu akan melakukan banyak hal Maura, yang pasti lebih positif walau mungkin bakal ada pelusuran kesepahaman yang memerlukan waktu
next Thor.... semakin penasaran ini
tiara
jadi ga sabar nunggu Pa Aril pulang pasti heboh deh Maulanya
Miko Celsy exs mika saja
mba anne kpn ketemunya nih,,jd penasaran......
Ariyanti
ngg sabar,,mr f pulang tugas ketemu maula di rumah..
Syirfa Ratih
GK sabar..kapan ini semua bakal terbongkar.../Grin/
Nix Ajh
duh apa bundanya Naka dan Hazel juga dibunuh Airin?
Yayuk Bunda Idza
aamiin....
Ari Prastiwi
seolah jadi ciri khas seorang Adreanne selalu ada konspirasi atau niat jahat yg terselubung dari tokoh antagonisnya../Heart//Heart//Heart/
Erni Zahra76
bagus ceritanya
Miko Celsy exs mika saja
akhirnya terjwab alassn hazel takut airin,,apa jgn2 yg bkn obinya meninggal airin jg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!