Arabela, terpaksa harus berlapang hati menerima kenyataan pahit. Perempuan cantik itu harus rela meninggalkan sang kekasih demi menuruti perintah keluarga untuk menikah dengan kakak ipar nya sendiri.
Adila, kakak kandung Arabela meninggal karena melahirkan seorang putri, hingga keluarga memutuskan untuk menikahkan arabela dengan Vano Herlambang,
bagaimana kisah Arabela dengan Vano? apakah mereka menemukan kebahagiaan atau sebaliknya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retmiduski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26 penyesalan??
" mah kenapa semua photo Dila di turun kan dan....."
" Vano boleh mama bicara sebentar?" Ajeng membawa Vano ke ruangan keluarga, yang tentunya tidak Bisa di tolak oleh menantunya itu. Ada rasa amarah dan jengkel luar biasa di dalam hatinya Vano tapi tidak bisa dikeluarkan mengingat wanita paro baya yang ada di depan nya sekarang adalah ibu mertuanya , ibu dari kedua istrinya nya Dila dan Ara.
" Vano, mama tahu kamu sangat mencintai putri mama yaitu Dila. Mama bangga dan senang ternyata cinta mu kepada putri mama sangat besar untuk itu mama mengucap terima kasih banyak dan bersyukur ternyata anak kami tidak salah memilih pasangan serta ayah nya mas Roy tidak salah menikah kan kalian , papa mama bangga punya menantu seperti mu nak. Tapi apa kamu lupa nak? Sekarang kamu sudah menjadi suami dari anak papa mama yang lain kami, yaitu Ara" ujar Ajeng dengan air mata yang sudah membendung ingin jatuh.
" Di saat mama sangat bahagia dan bersyukur Dila memiliki suami seperti kamu. Disisi lain kami sedih melihat apa yang terjadi di rumah tangga Putri kami yang lain nya Ara. Di dalam rumah tangga nya , di dalam kediamannya, bahkan di ruangan tidur kalian, masih terpajang photo photo wanita lain yang sudah meninggal meskipun itu adalah kakak kandung nya sendiri, tapi mama tahu bagaimana rasanya menjadi Ara karena mama juga perempuan nak " sambung Ajeng yang tidak membiarkan Vano berbicara
" Apa Ara tahu semua ini ma, dan...."
" Tidak nak, bukan Ara yang menginginkan nya, bahkan kemarin Ara menolak saat mama meminta mengganti photo Dila dengan dirinya . Dan sekarang bahkan dia belum tahu menahu soal ini"ucap mama Ajeng yang di jawab dengan ekspresi bingung Vano
" Maksud mama Ara belum pulang?" Vano baru mengingat jika kepulangan nya untuk menemui Ara.
" Ha' bukanya tadi Ara ke kantor kamu? Mama kira kalian pulang bersama atau kamu anter Ara pulang, kemana dia? " tanya ajeng kepada Vano
" Hmm seperti nya Ara lagi bertemu teman nya atau singgah sebentar di suatu tempat mah. Kalau gitu Vano coba hubungi Ara dulu ya ma , sekalian Vano langsung pamit aja assalamualaikum "ucap Vano membuat Ajeng bingung
" Aneh bukan nya Vano barusan pulang,lalu untuk apa dia pulang jika untuk pergi lagi? Apa tadi mereka bertengkar dan terjadi sesuatu? Ya Allah lindungilah rumah tangganya Ara dan Vano " gumam Ajeng melihat punggung Vano yang makin menjauh
***
" Hiks hiks hiks hiks " nangis tanpa suara hanya bunyi seduan dan air mata di yang mengalir di pipi.
" Tidak usah malu untuk menangis, menangis lah selagi air mata yang kaluar itu tidak bayar pajak " Bara yang tiba tiba di samping Ara , membuat gadis tersebut menyeka air mata nya . Gadis? Yah Ara belum unboxing jadi tidak masalah bukan jika author masih memanggil nya dengan kata gadis.
" Bara , kamu kenapa bisa disini?" Tanya Ara yang tidak menyangka bara ada bersamanya di taman kota ini
" Ya gimana ya? Kamu itu adalah istri dari abang aku, dari kantor tadi seperti nya kamu lagi galau dan sedih. Jadi untuk menghindari hal yang aneh aneh yang akan menyakiti dirimu sendiri ya sudah aku dengan inisiatif aku sendiri menyusul kamu kesini, gimana aku ipar terbaik bukan?" Tidak lupa di ujung kalimat bara malah memuji dirinya sendiri dengan sedikit cengir dengan begitu gadis yang menangis di samping nya sedikit tersenyum simpul.
" Bara Bara kamu memang berbeda dari kulkas kaki dua puluh pintu tersebut" ujar Ara yang mulai mencair
" Yah aku memang berbeda dengan nya , tapi ingat jangan sampai jatuh cinta kepada ku, karena aku sangat tampan dari nya " Bara mengangkat dua jarinya di depan wajahnya sambari tersenyum.
" Hahah hahaha Bara bara selain baik kamu juga percaya diri sekali" jawab Ara menggeleng kepala
" Percaya diri itu sangat penting Ra, termasuk kamu yang harus percaya diri bisa merebut hatinya mas kulkas dua puluh pintu tersebut, aku yakin kamu bisa " ujar Bara berbicara serius kepada gadis yang bergelar Kakak ipar nya itu
" Hmm tadi nya aku yakin bisa merebut hatinya, tapi setelah kejadian tadi aku rasa sangat susah Bar, cintanya untuk mbak Dila sangat besar bagaimana bisa aku bersaing dengan orang yang sudah meninggal terutama lagi perempuan tersebut Kakak kandung ku sendiri" Ara berbicara dengan datar dan serius
" Kamu terlalu cepat menyerah Ra, kalau boleh tahu dan kamu mau bercerita. Apa yang telah membuat kulkas tersebut galak seperti singa?" bara melirik Ara dan menatapnya penuh yakin jika Ara bebas bercerita apa saja dengan nya
" Photo mbak Dila, aku tidak sengaja membuatnya pecah. ......" Ara menceritakan semua nya kepada Bara dan hal apa yang membuat nya sakit hati adalah tuduhan vano yang menyebut Ara iri pada kakak kandung nya itu.
" Aku tahu yang kamu alami barusan tidak lah muda Ra, tapi aku juga tahu jika kamu adalah wanita yang kuat dan cerdas untuk melawan keadaan ini hingga berbalik arah " ujar bara kepada Ara
" Berbalik arah?" Tanya Ara bingung
" Hmmm jika kamu ingin mengetahui hati dan perasaan mas Vano, lakukan apa yang ia lakukan ke kamu Ra? Berhenti mengantarkan nya bekal , berhenti juga peduli kepadanya dan satu lagi berbicara lah seperlunya setelah itu mari kita lihat reaksi suami mu tersebut " ucap bara kepada Ara
" Apa kamu yakin Bar?" Tanya Ara
" Tidak seratus persen, tapi kita tidak tahu bukan? Jika tidak di coba, dari pada tidak sama sekali jadi cobalah , saran ku tidak lah buruk" jawab bara tersenyum
" Kamu benar , ide kamu tidak lah buruk " jawab Kiara Ara mengikuti Ide nya Bara
" Nah ini baru Kakak ipar saya , kamu terbaik ayok Lakukan dengan baik " bara memberi semangat kepada Ara.
****
" Alex akan kembali , mereka tidak akan pernah diam mah " Bram yang kini duduk santai bersama istrinya Astrid
" Papa tidak usah terlalu kwatir pah, bukan kah selama ini Vano bisa di mengurus segalanya?" Ujar Astrid kepada sang suami
" Iya mama benar, tapi itu dulu di saat belahan jiwa nya belum pergi, mama tahu sendiri semenjak Dila pergi anak itu berubah drastis . Dan papa tahu jika Vano masih sangat mencintai Dila , meskipun ia sudah menikah dengan Ara " kekhawatiran sang ayah kepada anak nya
" Kita pun sama sama mengetahui hal tersebut pah, lagi pula mama yakin Ara mampu menyeimbangi Vano pah. Oh ya mama hampir lupa bilang, Jika buk Ajeng barusan menghubungi mama, dia melakukan perubahan terbesar di dalam rumah tersebut pah. Buk Ajeng menurunkan semua photo Dila dan di ganti dengan photo nya ara kecuali di kamarnya Alana " ujar Astrid menceritakan yang di lakukan besan nya
" Hal yang bagus dan tepat telah di lakukan oleh besan kita mah. Memang seharusnya seperti ini " pak Bram pun tidak mempermasalahkan semua hal tersebut bahkan mereka terlihat senang dengan apa yang di lakukan Ajeng dan Roy di kediaman Vano Ara.
****
Sudah beberapa kali dan bahkan puluhan Kali Vano mencoba menghubungi Ara namun nihil tidak ada jawaban dari istrinya tersebut
" Sial kemana dia , apa tadi aku sangat keterlaluan" ujar Vano di dalam mobil sambil memukul setir yang ada di depan nya
" Apa aku mintak tolong bara saja?" Dengan cepat Vano juga menghubungi adik nya tersebut namun tidak terhubung karena ponsel milik bara seperti nya mati
" Apa aku pulang ke rumah saja ahhh tidak , jika Ara belum pulang gimana, apa yang akan aku jawab jika mama papa tanya " Vano yang kebingungan di mobil dengan cepat ia menekan nomor telepon rumah nya dan berharap para mbak mbak yang bekerja di rumah yang mengangkat telpon tersebut
" Halo "
" Hallo Dengan kediaman ....'
" Apa nyonya Ara sudah pulang?" Tanya Vano memotong pembicaraan pelayan tersebut
" Belum pak, nyonya belum pulang pak " jawab pelayan tersebut
" Baiklah " tuttttt Vano memutuskan panggilan tersebut
" Ahh kenapa Ara "