Arabela, terpaksa harus berlapang hati menerima kenyataan pahit. Perempuan cantik itu harus rela meninggalkan sang kekasih demi menuruti perintah keluarga untuk menikah dengan kakak ipar nya sendiri.
Adila, kakak kandung Arabela meninggal karena melahirkan seorang putri, hingga keluarga memutuskan untuk menikahkan arabela dengan Vano Herlambang,
bagaimana kisah Arabela dengan Vano? apakah mereka menemukan kebahagiaan atau sebaliknya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retmiduski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Berbalas pesan
" sangat serasi cantik dan ganteng" ujar Tante rose kepada Ara dan Vano yang sedang di depan cermin.
" Kamu beruntung loh Van, memiliki istri cantik mulus begini" sambung nya kemudian
" Iya Tante, tapi Ara nya yang kasihan karena memiliki suami seperti saya " ujar Vano kepada rose yang membuat Astrid tertawa
" Hahah haha nggak nggak , kedua dua nya beruntung" ujar Rose kemudian
Setelah berbasa basi Vano kembali ke kantornya dan Ara menuju kediaman nya bersama Astrid .
***
" Halooo sepupu lama sudah tidak bertemu " Vano di kejutkan oleh Alex yang tengah duduk di ruang tunggu
" Sekretaris dan asisten mu memiliki attitude yang jelek, saya di larang mereka untuk menunggu mu di dalam . Saya kan bukan pencuri yang akan mengambil barang berharga yang ada di ruangan mu " sambung alex yang masih di dengarkan oleh Vano
" Maaf, itu memang perintah saya tidak ada yang biasa memasuki ruangan saya tanpa izin dari pemiliknya, kamu tahu sendiri siapa pemilik nya bukan?" Ujar Vano tersenyum kecut
" Hmm baiklah, sekarang kamu sudah datang, tidak kah kamu ingin membawa saya ke dalam ruangan itu " tunjuk Alex ke ruangan kerja Vano
" Mari jika kamu mau " Vano mendahului langkah kaki nya Alex
" Wah wah tidak banyak yang berubah di ruangan ini, masih sama seperti dulu hmmm" Alex mengedarkan pandangan nya ke keliling ruangan tersebut
" Tentu mana mungkin ada yang berubah kecuali kemajuan yang pesat di perusahan ini " jawab Vano tidak terlalu respect dengan kehadiran nya Alex
"Hmmmm kamu sungguh menikmati semua ini Van, meskipun kamu tahu saya juga berhak untuk itu " ujar Alex dengan masih melihat sekeliling ruangan
" Apa kamu lupa Alex jika kakek telah membaginya? Lagi pula perusahaan ini sudah sangat maju sekarang. Sekarang giliran kamu untuk memajukan perusahaan yang kamu peroleh dari kakek. Kamu ini sangat aneh malah tertarik dengan perusahaan yang saya pegang, tapi perusahaan milik kalian sendiri kenapa tidak diurus dan di majukan hingga berjaya" ujar Vano kepada Alex
" Kamu menghina saya Vano " ujar Alex tidak terima dengan ucapan Vano
" Apa guna nya untuk kami perusahaan kecil bahkan jauh di bawah cabang Wijaya grup " ujar Alex membanding kan apa yang dia punya Dengan milik Vano
" Seperti nya kamu perlu di ingatkan kembali Alex . Apa kamu lupa jika kamu dan om Beni lah yang meminta perusahaan yang kalian kelola sekarang. Dangan alasan pada saat itu perusahaan tersebut melejit pesat namun tidak dengan perusahaan ini yang saat itu sedang dalam masalah tapi kalian berdua meminta perusahaan yang kalian pimpin sekarang " ujar Vano mengingat kan sepupunya atas kejadian beberapa tahun yang lalu
" Ya meskipun masalah perusahaan ini direncanakan oleh kakek bukan? Alias maasalah rekayasa " Jawab alex
" Kalian sangat licik " sambungan Alex kemudian
" hmmm kata itu sangat cocok untuk kamu dan papa mu Alex. Bukan salah saya dan papa saya jika kami mau menerima perusahaan ini. saat itu kakek bilang jika perusahaan dan semua cabang nya hampir bangkrut. Sedangkan kalian , kalian berdua tidak mau tahu dengan kondisi perusahaan ini waktu itu meskipun hanya rekayasa. Yang kalian tahu hanya lah perusahaan yang maju yang kalian pegang saat ini . Ketika kalian tahu jika ternyata masalah nya hanya rekayasa kalian ingin merebut paksa apa yang telah menjadi hak kami , apa itu bukan licik?" Ujar Vano dengan tegas kepada Alex
" Alah, saya tidak peduli lagi dengan hal tersebut, yang saya mau sebagian saham perusahaan ini menjadi milik kami, apa hal tersebut sangat berat bagi kalian?" Ujar Alex tidak tahu malu
" Kamu masih mengingat arah pintu keluar bukan? Pergilah dari sini sekarang juga sebelum saya panggil security, cepat " ujar Vano karena sudah terlalu malas melayani saudara yang serakah atas harta dan kekayaan.
" Beraninya kamu mengusir saya "
" Kenapa saya tidak berani? Siapa kamu ? Dan yah ini perusahaan saya , saya berhak mengusir siapa saja yang saya mau, keluar lah " Teriak Vano yang pada akhir nya di dengar oleh Alex yang melangkah kan kaki nya menuju pintu
" Kamu akan mengalami hal yang lebih dari ini, tunggu dan nantilah " ujar Alex sebelum benar benar keluar dari ruangan tersebut
Vano menghirup dan melepas kan nafas kasar lalu mendudukkan bokong nya di kursi kebesaran nya
" Kenapa dia harus kembali lagi, pembuat onar ' ujar Vano sambil memejamkan mata nya . Namun seketika bayangan Ara memakai gaun pengantin putih malah bergoyang goyang di depan mata lelaki tampan itu.
" Kenapa ada Ara di dalam ingatan saya " ujar Vano memejamkan matanya kembali sambil meninju ninju kening nya . Kali ini bukan Wajah Ara yang ada di pikiran nya melainkan bayangan punggung mulus milik Ara.
" Auuu kenapa saya semesum ini? Aaaaa" Vano berdiri lalu berjalan menuju balkon ruangan nya sambil memegang ponsel di tangan nya
" Kenapa saya kepikiran terus dengan ara ya? Apa saya hubungi saja dia?" Vano galau dengan pikiranya sendiri
" Apa nanti dia tidak kegeeran ?" Sambung nya kemudian
" Aahh masa bodoh dari pada saya mati penasaran lebih baik berkirim pesan " Vano memutuskan untuk mengirim pesan kepada Ara
[ Halo ra, apa kamu sudah sampai rumah] klik terkirim namun belum di baca
" Apa itu tidak terlalu berlebihan" ujar Bryan Mamandang pesan yang sudah terkirim
" Kenapa nggak di baca? Apa sesibuk itu?" Sambung nya dengan mata fokus ke mata
" Yess biru bertanda sudah di baca " ada kebahagiaan yang tergambar di wajahnya Vano karena pesan nya di baca oleh Ara.
Namun sayang satu detik dua detik bahkan dua menit kemudian belum ada balasan dari Ara itu membuat Vano sedikit kecewa.
" Apa susah nya membalas pesan saya? Apa jangan jangan sekarang dia jual mahal " Vano berbicara sendiri
" Heiiii kenapa kamu tidak membalas pesan saya? " Teriak Vano ke ponsel nya sendiri
" mas Vano mengirim pesan kepada siapa?" Ujar suara yang ada di belakang Vano
" Kamu ?" Dengan cepat Vano membalikan badan nya seperti ketahuan sedang mencuri ,
" Ha' siapa yang tidak membalas pesan mu?" Ujar bara yang baru saja sampai di ruangan Vano
" Tidak ada, lagi pula apa kamu tidak bisa mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk " jawab Vano mengalihkan pembicaraan karena ia akan sangat malu jika Bara mengetahui yang sebenarnya terjadi
" Ckk aku sudah mengetuk tapi tidak ada respon ternyata mas Vano terlalu sibuk dengan pikiran dan berbicara sendiri kepada ponsel mu itu " jawab Bara menunjuk ponsel yang ada di tangan Vano
" Hmmm apa kamu tahu Alex baru saja datang kemari dengan songong nya dia meminta saham AW grup " ujar Vano kepada Bara
" Hmm aku bertemu dengan nya di bawah , dan sempat mengancam akan merebut semua ini dari kita hahahah " Ujar bara menggeleng kan kepala
" Dia gila "
" Hmmmm yah kita harus waspada dengan apa yang akan mereka lakukan. Kita sama sama tahu jika mereka begitu licik dan cerdik " jawab Bara
" Ya tentu kita harus....."
Ting bunyi pesan masuk ke ponsel Vano dengan cepat lelaki itu mengambil ponsel nya dan tidak melanjutkan pembicaraannya dan ini membuat bara bingung karena tidak biasanya Vano seperti ini
[Maaf baru balas, karena Alana pup ]
[ Aku dan mama sudah sampai rumah dari tadi ] pesan dari Ara yang membuat Bryan tersenyum dan itu terlihat jelas oleh bara yang sedang mengernyitkan matanya
[Ooh oke , Alana mana] balas Bryan kemudian
[Picture Alana ]
[Ini putri ku yang cantik] Ara mengirim photo Alana yang sedang tidur cantik
[Oo oke jangan lupa makan siang ] klik terkirim
" Kenapa kamu malah bahagia ketika di ancam oleh Alex? Apa mas sedang berkirim pesan dengan Kakak ipar sehingga bahagia seperti ini?" Ujar Bara membuat Vano salah Tingkah dan meletakkan ponselnya
" Iya , ehh tidak aku sedang..."
" Ya ya ya lanjutkan lah , saya hanya ingin bertanya kepada pak CEO , dimanakah ruangan saya? Karena mulai besok saya akan membantu anda di kantor ini, karena jika saya satu ruangan dengan anda seperti nya anda akan sedikit terganggu oleh kehadiran saya " uajr Bara dengan ekspresi meledek Vano
" Kau..."
" Hehehe aku hanya bercanda mas wkwkkw aku akan ke ruangan Andre dan secepatnya siapkan ruang untuk ku " teriak Bara sebelum menutup pintu
[Ini sudah hampir sore, memang nya mas belum makan siang] pesan Ara yang membuat Vano semakin senyum senyum tidak menentu