"Seharusnya aku tahu, kalau sejak awal kamu hanya menganggap pernikahan ini hanya pernikahan kontrak tanpa ada rasa didalamnya. Lalu kenapa harus ada benihmu didalam rahimku?"
Indira tidak pernah mengira, bahwa pada suatu hari dia akan mendapatkan lamaran perjodohan, untuk menikah dengan pria yang bernama Juno Bastian. Indira yang memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Juno, langsung setuju menikah dengan lelaki itu. Akan tetapi, tidak dengan Juno yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap Indira. Dia mengubah pernikahan itu menjadi pernikahan kontrak dengan memaksa Indira menandatangani surat persetujuan perceraian untuk dua tahun kemudian.
Dua tahun berlalu, Indira dinyatakan positif hamil dan dia berharap dengan kehamilannya ini, akan membuat Juno urung bercerai dengannya. Namun takdir berkata lain, ketika kehadiran masa lalu Juno yang juga sedang hamil anaknya, sudah mengubah segalanya.
Apa yang akan terjadi pada rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. TALAK
Bu Lusi benar-benar dibuat membeku, saat melihat anak laki-laki yang berada dihadapannya saat ini. Anak laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Juno sewaktu kecil.
Tidak! Apa dia salah lihat?
'Mengapa anak haram Indira wajahnya bisa mirip dengan Juno? Tidak mungkin'
Dada wanita paruh baya itu bergemuruh, ada perasaan tak karuan yang tak mampu dia jelaskan sendiri. Ada perasaan yang tak asing kala melihat wajah tampan anak laki-laki tersebut. Dia sudah mencuri atensi wanita ini, sampai-sampai dia dibuat tak berkedip.
"Kamu..."
Saat tangan bu Lusi akan menyentuh wajah Devan, anak laki-laki itu langsung menghindari dengan berjalan mundur ke belakang. Dia merentangkan kedua tangannya untuk melindungi mamanya.
"Jangan sentuh aku! Kamu nenek jahat!" jengkel Devan pada wanita paruh baya yang sebenarnya adalah nenek kandungnya.
Biasanya Indira akan menegur putranya, putranya tidak sopan terhadap orang lain. Tapi, kali ini Indira diam saja karena dia ingin melihat reaksi Bu Lusi saat melihat Devan.
"Anak ini, dia anak kamu?" tanya Bu Lusi seraya menatap Indira dengan bingung.
Indira tidak menjawab apa-apa, dia malah pergi bersama Devan. Bu Lusi yang masih syok, sempat terdiam di sana. Sampai akhirnya Jenny dan Cecil yang ada didalam gendongannya, dan menyadarkan bu Lusi.
"Ma, aku baru lihat wanita kampung itu sama anaknya. Mama tahu nggak, anak itu wajahnya kayak nggak asing!" seru Jenny dengan heboh.
"Dia mirip sama kakak kamu waktu kecil."
Setelah mengatakan itu, Bu Lusi langsung berlari mengejar Indira dan anaknya. Beruntung Indira dan anaknya masih ada di meja tempat mereka duduk tadi. Bu Lusi langsung menghampiri mereka berdua di sana dengan raut wajah yang gelisah. Atensinya tertuju pada Devan sedari tadi.
Indira tidak bisa menahan diri untuk menatap Bu Lusi dengan jengkel.
"Saya dan anak saya akan makan, tolong jangan ganggu kami. Atau saya akan meminta petugas keamanan untuk mengusir anda, karena ada sudah mengganggu ketenangan kami-"
"Saya bukan bermaksud untuk mengganggu kamu. Saya cuma ingin bertanya, anak ini...dia anak kamu?" tanya Bu Lusi pada Indira dengan tegas. Bahkan dia menyela ucapan Indira yang belum selesai.
"Ya. Bukannya saya sudah bilang barusan," ucap Indira menjawab dengan nada datar, seperti berbicara kepada orang asing.
"Kenapa anak kamu wajahnya bisa mirip dengan anak saya?" tanya Bu Lusi dengan suara keras yang membuat Devan terkejut. Tapi dia tidak berani berkomentar, karena sebelumnya Indira sudah mengatakan kepada Devan untuk diam ketika orang dewasa sedang berbicara.
"Anda bisa tanya sama putra anda," jawab Indira sinis, tanpa menatap ke arah Bu Lusi sama sekali. Dibelakang Bu Lusi, sudah ada Jenny dan anaknya.
Jenny juga terkejut melihat wajah Devan dari dekat, dia benar-benar merasa tidak asing dengan wajah itu. Apalagi setelah mamanya mengatakan kalau anak laki-laki itu mirip dengan kakaknya. Setelah diperhatikan dari dekat, mereka memang mirip.
"Kamu tinggal jawab saja kan? Kenapa anak ini bisa mirip dengan putra saya?" ucap Bu Lusi yang mengulangi pertanyaannya lagi. Sungguh, dia benar-benar merasa bahwa Devan dan Juno seperti pinang dibelah dua. Hanya saja Devan adalah Juno versi Junior.
Lagi, Indira hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari bu Lusi. Dia tetap melanjutkan makannya, dan tidak mau terganggu dengan kehadiran wanita itu.
Geram, karena pertanyaannya tak kunjung dibalas oleh Indira. Akhirnya Bu Lusi pun meluapkan semua amarahnya dengan mengambil es teh yang ada di atas meja dan dia menyiram air es teh itu ke kepala Indira yang ditutupi oleh hijab berwarna hitam. Alhasil, kepala dan wajah Indira pun basah. Bahkan makanan yang sedang dimakan Indira juga basah oleh air tersebut.
Byur!
"Sombong banget kamu hah! Saya tanya kamu baik-baik, tapi kamu malah begini. Kurang ajar kamu! Dari dulu saya memang tidak menyukai kamu, karena sikap kamu yang munafik ini!" omel bu Lusi dengan marah.
"Mama!" teriak Devan yang kaget saat melihat mamanya disiram air es teh oleh Bu Lusi. Anak laki-laki itu langsung mengambil tisu kering dan berjalan menghampiri mamanya yang masih di tempatnya.
"Mama nggak apa-apa Ma? Mama ada luka ndak ma?" tanya Devan khawatir, dengan tangan mungilnya mengusap basah dipipi Indira dengan tisu kering tersebut.
"Mama nggak apa-apa Nak." Wanita berhijab hitam itu selalu tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Dasar nenek jahat! Kenapa kamu gangguin Mama?" Devan berkacak pinggang, matanya menatap tajam pada Indira.
Bu Lusi terdiam saat mendengar Devan berbicara, dia menatap anak laki-laki itu dengan bingung. Anehnya dia tidak bisa memarahi Devan. Begitu pula dengan Jenny yang mematung saja di sana.
"Devan, udah Nak. Kita pergi aja yuk? Kita makan di tempat lain aja. Nggak apa-apa kan sayang?" ucap Indira dengan lembut pada putranya. Daripada berada disini dan diganggu bu Lusi.
Seorang pemilik restoran pun datang setelah melihat keributan itu dan akhirnya dia turun tangan. Pemilik restoran terpaksa memanggil seorang petugas keamanan untuk mengusir bu Lusi dan Jenny dari sini.
"Sialan! Apa kalian gak tau siapa saya? Saya adalah ibu dari Juno Bastian!" seru Bu Lusi dengan teriakan yang membuat semua orang menatapnya. Teriakan bu Lusi sama sekali tidak dipedulikan oleh pemilik restoran, petugas keamanan di restoran itu dan juga pengunjung di dalamnya.
"Ma udah Ma! Malu! Mending sekarang kita pulang dulu aja!" ujar Jenny seraya menarik tangan ibunya. Anaknya juga sudah rewel didalam gendongannya.
"Nggak Jen! Mama harus tahu siapa anak yang bersama Indira dan beraninya dia kayak gini sama Mama hah!"
Kobaran emosi masih Bu Lusi rasakan, dia merasa direndahkan oleh Indira. Sementara Jenny, dia juga merasakan hal yang sama dengan bu Lusi. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk membawa ibunya pergi lebih dulu dari sana.
****
Setelah keributan di sana, dan pertemuan mereka dengan Indira , Bu Lusi dan Jenny langsung pergi ke rumah yang ditempati oleh Juno dan Sheila. Karena ini adalah hari libur, pastinya pasangan suami istri itu sedang berada di rumah saat ini. Mereka bermaksud untuk menanyakan tentang Indira dan anaknya.
Namun, sesampainya sana mereka malah disuguhkan oleh pemandangan yang tidak seperti biasanya. Viola sedang menangis sambil memeluk papanya dan Sheila berada diluar sambil memegang kopernya, wanita itu memaksa masuk ke dalam rumah.
"Juno, aku mohon... berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku cinta kamu Juno, sungguh!" ucap Sheila dengan berurai air mata dan memohon kepada suaminya untuk diberikan kesempatan.
"AKU, JUNO BASTIAN! AKU JATUHKAN TALAK SAMA KAMU! MULAI SAAT INI DAN SETERUSNYA KAMU BUKAN ISTRIKU LAGI, SHEILA. BUKAN."
TBC-
****
Hai guys ada rekomendasi novel lagi buat kalian nih... Siapa tahu kalian mau mampir 😊 Insya Allah novel ini up lagi malaman
penyesalan mu lagi otw juno