Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Perempuan yang sedang menguping di balik pintu itu adalah Luna, istri Rega. Uups... Ralat, maksudnya istri di atas kertas.
Rega menikah dengan Luna satu tahun yang lalu, dan itu semua atas dorongan kuat dari sang Daddy, dengan ancaman seluruh harta warisan akan jatuh ke tangan ibu beserta adik tirinya.
Jelas, Rega menolak keras akan hal tersebut. sebab, perusahaan keluarga yang sedang di kelolanya saat ini murni, 50% adalah modal dari almarhum Mommy nya. Tidak sudi dirinya menyerahkan seluruh harta warisan itu kepada ibu dan adik tiri liciknya itu.
Daddy Tomi menikah lagi dengan perempuan ular dan bermuka dua. itulah alasan mengapa dirinya sudah tidak pernah lagi pulang ke mansion keluarganya.
Singkat cerita, jadilah rumah tangga Luna dan Rega menjadi tidak sehat macam sekarang. Tidak pernah adanya hubungan ranjang, dan walau beberapa kali pun Luna merayu Rega tidak pernah Rega tergoda oleh rayuan nya.
CEKLEK...
Sandi menoleh ah...ternyata bu Luna
"Apakah kau tidak punya etika?" Luna menaikkan sebelah alisnya
"Apakah aku harus mengetuk dulu, untuk bisa menemui suamiku!" Rega tersenyum miring.
"Tentu saja, kau tidak lupa kan, pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas!" Luna mengepalkan tangannya kuat.
"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini Rega! Aku juga ingin merasa di cintai olehmu!" Rega tertawa mendengar lelucon sampah dari Luna. Apa katanya tadi, ingin di cintai!
"Kenapa kau tidak minta saja di cintai oleh laku laku yang selalu memuaskan ranjang mu itu!" Luna terkesiap, dari mana Rega tahu kalau selama ini dirinya memang berhubungan dengan pria lain untuk memuaskan nafsunya.
"Sudahlah...aku muak dengan wajah terkejut mu itu, ada apa kau kemari!" Rega menatap jengah Luna.
"Nanti malam bukankah acara ulang tahun Daddy, tadi Daddy menelfon ku dan mengatakan untuk membawamu pulang ke mansion nanti malam!" jelas Luna
"Ya, nanti aku akan ke mension!" Luna mengangguk dan tersenyum.
Luna sudah akan menghampiri Rega. namun, Angkatan tangan dari Rega menghentikan langkahnya dan Rega memberikan perintah kepada Sandi untuk membawa Luna keluar dari ruangannya.
Luna hanya bisa cemberut dan melengos sebal dengan penolakan Rega yang sudah tidak dapat di hitung ke berapa kalinya.
.
.
***
Silvi di antar ke kediaman Rendra oleh Pak lek Tomo.
Sesampainya di dalam, Silvi langsung berlari menuju kamar bayi Zahwa.
"Eeiit...mau apa kamu! sudah mandi belum?" Silvi menggeleng
Dina menghela nafas pelan"Sana mandi dulu, baru setelah itu boleh gendong Zahwa!" tanpa banyak protes Silvi langsung berbalik dan menuju kamar yang memang menjadi kamarnya jika berada di rumah Rendra.
satu jam kemudian, Silvi sudah keluar dengan tubuh yang segar juga wangi.
Langsung di hampiri nya Zahwa yang sedang tengkurap bermain di ruang keluarga, Menciumi gemas pipi gembul itu.
"Aaa...jika begini, rasanya Silvi ingin cepat punya anak!" jelas saja perkataan Silvi itu membuat Dina maupun Rendra melotot.
"Kamu itu jangan aneh aneh ya, nanti di dengar mas Aga habis kamu! kuliah yang benar, jangan ada pikiran macam macam ingin punya anak, pacar saja tidak punya boro boro punya anak!" Silvi cemberut dengan ultimatum kakaknya itu.
"Memang punya anak harus ada pacar dulu?"
Rendra menepuk dahinya. tidak akan dirinya ikut campur urusan istri dan adik iparnya itu. Sepertinya akan panjang perdebatan mereka.
"Ya jelas lah Sil...dari mana coba datangnya benih di rahimmu itu kalau tanpa suami! Dan kalau sekarang membicarakan suami kepada mu itu terlalu jauh, pacar saja kamu tidak punya kan, Apalagi suami!" terang Dina menggebu gebu.
"Ada apa ini!" Suara berat dan tegas milik Arga itu membuat Silvi yang akan menjawab ucapan Dina menjadi mengatupkan mulutnya rapat.
"Tidak ada mas, kami hanya bersenda gurau, Iya kan Sil..!" Silvi tersenyum kikuk membetulkan ucapan kakaknya.
Bisa habis dirinya kalau sampai mas Aga tahu, jika dirinya yang masih meminta uang jajan itu sudah membicarakan soal anak.
"Mbak Amira mana mas?" Tanya silvi mengalihkan pembicaraan.
Arga menjawab dengan mengarahkan dagunya ke arah meja makan. Di mana Amira sedang menikmati semangkuk bakso dengan ukuran jumbo.
"Sayang...kamu jadi ikut kan?" tanya Rendra
"iya dong mas!"
"Kemana?" Tanya si bungsu kepo.
"Ke pesta ulang tahun koleganya mas Rendra!" Dina menjawab sambil mengemasi mainan Zahwa yang berceceran.
Apa... Pesta!!! Pasti seru kan...
"Aku boleh ikut tidak mbak!" Dina mengernyit.
"Kamu mau ikut?" Dina memastikan dan di jawab anggukan oleh Silvi.
"Sebenarnya boleh saja sih, tapi..." Dina melirik ke arah Arga.
Silvi menghela nafas kasar, benar juga. Kakak laki lakinya itu pasti tidak akan mengijinkannya.
tetapi, Silvi tidak patah semangat. dia kan belum mencoba meminta ijin pada kakaknya. Coba saja dulu, pikirnya.
"Hmm... Mas Aga, Aku boleh tidak ikut ke pesta bersama mas Rendra dan mbak Dina?" ucapnya sambil melihat mimik muka kakaknya yang tetap datar.
Arga mengalihkan pandangan yang sebelumnya fokus pada ponsel, sekarang menatap lekat adik bungsu nakalnya itu.
"Bukan kah kamu besok ada kelas pagi?" Silvi sudah cemberut. Tuh kan, ijin pun pasti tidak akan boleh.
Amira datang dengan mengelus perut kenyangnya.
"Sudah lah mas... Kali ini saja! Silvi, kamu boleh kok ikut ke pesta, asal tetap dengan pengawasan dari mas Rendra dan juga mbak Dina!" Silvi berbinar.
"Benarkah mbak?" Amira mengangguk dan langsung nimbrung duduk di dekat suaminya.
di saat suaminya akan membuka suara, Amira langsung memukul pundak Arga dan melotot kepadanya.
"Tidak usah banyak drama ya mas! Ijinkan saja Silvi pergi, lagi pula juga ini bersama Rendra dan Dina iya kan!" ucap Amira.
Apa yang di katakan nya barusan, tidak usah banyak drama! Aiissh...bukankah selama ini istrinya itulah yang selalu membuat drama!.
"Ya sudah, kamu boleh pergi. asal ingat Rend, jangan terlalu larut pulangnya!" Peringat Arga.
"Siap mas!" jawab Rendra mantap.
Amira tersenyum puas bersama ke dua adik iparnya itu. Karena sudah berhasil membujuk Arga.
.
.
Pukul tujuh malam, mobil yang membawa Rendra, Dina dan Silvi keluar dari halaman luas rumah Rendra.
Di meja makan...
"Mas ayo tidur!" ajak Amira.
"Ini masih jam tujuh sayang!!" Ucap Arga.
"tidak papa kan, aku mengantuk lho... ayo tidur!" Amira menarik narik baju Arga.
"Mau di tidurin?" Amira mengangguk.
"mau peluk saja mas, tidak ada yang lain apa lagi peluk plus plus!" Arga tergelak dengan ucapan istrinya. Tahu saja kalau sudah di ajak tidur pikiran Arga kemana.
.
.
Silvi menganga takjub melihat rumah mewah bak istana itu. tidak rugi dirinya ikut, pestanya begitu meriah.
di dalam mobil, dirinya sudah dapat melihat orang orang yang datang ke pesta tersebut mengenakan gaun gaun yang indah. Namun, masih terlihat sopan juga sih, Pikirnya.
Untung saja dirinya memakai gaun kakaknya yang begitu elegan dan sopan.
keluar dari mobil, mereka berjalan bersama dengan Dina yang menggandeng adiknya.
dirinya harus menjaga betul adik bungsu nakalnya ini.
"Ingat Sil, tidak boleh berlaku macam macam. Harus duduk tenang makan, menikmati pesta dan pulang. dengar!" Silvi mengangguk anggukan kepalanya.
Setelah berjabat tangan dengan para koleganya. Rendra duduk bersama istri dan adik iparnya itu. Sambil menikmati jamuan yang sudah tersedia di meja mereka.
Silvi begitu memperhatikan keberlangsungan pesta, ternyata banyak juga perempuan berhijab seperti mbak Dina yang datang di pesta ini. Walaupun dirinya sendiri tidak memakai sih.
Arga memang tidak memaksa adik adiknya memakai hijab, Dina pun mulai memakai hijab saat dirinya sudah menikah.
"Mas, yang sedang ulang tahun itu yang mana?" tanya Silvi, dirinya tidak bisa untuk tidak tahu. Jiwa kepo nya begitu meronta ronta.
"Yang berdiri di atas panggung itu!" Rendra menunjuk panggung kecil berdekorasi mewah di depan mereka.
Apa!!! bapak yang sudah berumur itu pun masih merayakan ulang tahunnya!!! syok dirinya mengetahui siapa orang yang sedang berulang tahun itu.
Di atas tangga, Rega sedang mengamati setiap tamu undangan yang datang. Dan tatapannya tertuju pada gadis yang memaki gaun hitam panjang yang terlihat begitu elegan namun sopan.
"bukankah dia gadis manisku!" Rega tersenyum tipis.
Pikirannya berkelana, bersama siapa gadis manisnya itu datang di ulang tahun Daddy nya ini.
Jangan lupa like dan komennya ya sayang...!!
Supaya author tambah semangat lagi nulisnya.