Tang Xiao Tian seorang pemuda berasal dari Desa di puncak gunung Huang yang memiliki keinginan untuk melakukan tugas penting bagi seluruh dunia persilatan dari ketiga orang guru yang membesarkannya selain itu Ia juga ingin mencari tahu identitasnya yang selama 20 tahun di rahasiakan oleh para gurunya. Selamat datang dan membaca novel pertama ku di sini.. Follow, like, rate 5,komentar positif dan share ya😘terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salam Perpisahan Untuk Kembali.
Sebelum Xiao Tian menjawab pertanyaan dari tatapan mata Ching Erl. Mereka kembali mendengar suara dari kamar utama guru pertama mereka.Hal ini membuat Ching Erl berlari ke arah kamar utama guru pertama dengan ilmu meringankan tubuh walet sakti sehingga gerakan lari anak perempuan kecil itu sangat ringan dan cepat sekali.
"Ching Erl.. Tunggu...! " Xiao Tian meletakkan tasnya di tanah lalu mengejar saudari seperguruannya dengan ilmu yang sama tetapi jauh lebih cepat dan ringan maka ia lebih cepat tiba di kamar utama guru pertama.
Lao Dai terlihat sedang bertarung melawan seorang pria berpakaian mewah memegang kipas di tangan kanan dan kuas di tangan kiri di dalam kamar utama guru pertama mereka.
'Plak.. '
Lao Dai menggunakan telapak tangannya menangkis tiap serangan kipas yang diselingi kuas yang menulis huruf di udara dan membentur tiap ilmu telapak merak merah yang digunakan oleh guru kedua mereka dalam menghadapi lawan yang sakti itu.
'Wutttzz.. '
Lao Dai meliuk-liuk di udara sambil menggerakkan ilmu telapak merak merah yang dilontarkan olehnya secara bergantian membuat lawannya terdesak hebat dan ia melakukan serangan tendangannya secara bertubi-tubi sehingga lawannya semakin terdesak lalu terjengkang ke lantai dalam keadaan muntah darah segar.
Lalu kesempatan ini digunakan dengan baik oleh Xiao Tian yang menggunakan ilmu telapak panas dari jarak cukup dekat sehingga pria berpakaian mewah itu pun tewas dalam wajah dan tubuhnya hangus.
'Daaashh.. '
"Kakekk...." Ching Erl menghampiri Lao Guang di tempat tidur. "Kakekku kenapa? " tanyanya menatap Lao Dai dan Xiao Tian silih berganti dengan airmata bercucuran.
"Ching Erl, kakek tidak apa-apa.. Kakek hanya perlu tidur sebentar.." suara Lao Guang begitu lemah.
"Tapi.. Tapi.. "
"Tian, kenapa kau masih ada disini? Bukankah kami sudah menyuruhmu untuk bertugas sebagai murid kami bertiga?" Lao Guang malah mengalihkan perhatiannya kepada Xiao Tian di dekat mayat musuhnya yang telah dibunuh oleh muridnya sendiri.
"Emm.. "
Xiao Tian tampak ragu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kedua gurunya dan saudari seperguruan kesayangannya namun Lao Dai di dekatnya menarik kerah bajunya dan melemparkannya keluar dari kamar utama guru pertamanya.
"Sana.. Dan.. Cepatlah kembali.. " pesan Lao Dai dari kamar utama guru pertama kepada Xiao Tian.
Xiao Tian pun membulatkan tekadnya lalu membalikkan badannya melompat jauh sekali sambil tangannya itu menggandeng tangan Zhao Li Erl yang rupanya telah menunggunya di luar kamar utama guru pertamanya bersama Qizai.
Di perjalanan, mereka berdua tak banyak bicara satu sama lainnya sampai di kaki gunung Huang. Zhao Li Erl minta untuk istirahat sejenak untuk mengikat tali sepatu terlepas. Xiao Tian menunggu dengan sabar di pinggir tebing.
"Sstttt.. Apakah kau mendengar sesuatu dari bawah gunung Huang ini?" Zhao Li Erl menaruh telunjuknya di mulut untuk memberi isyarat kepada Xiao Tian usai mengikat tali sepatunya.
"Mmm.. " gumam Xiao Tian tanpa melirik ke bawah gunung Huang.
Sekelebatan bayangan hitam melesat naik dari bawah gunung Huang ke arah mereka berdua lalu bayangan hitam itu menggerakkan lengan pakaian panjang ke arah mereka berdua dengan desiran angin amat kencang.
'Wusss'
Xiao Tian dan Zhao Li Erl secara otomatis mengangkat tangan untuk melindungi kepala mereka dan desiran angin kencang itu melewati mereka dan mengenai pria berpakaian pengemis di belakang mereka.
'Plakk.. '
Pria itu menggunakan tongkat bambu kuning dengan sigap menangkis serangan maut yang ditujukan kepada dirinya dari seorang wanita cantik berpakaian serba merah menyala yang berdiri di atas baru gunung Huang di sisi lain Xiao Tian dan Zhao Li Erl.
"Setan tua.. Kau mau apa mencariku kesini?" tanya si wanita cantik nada ketus kepada pria berusia lima puluh tahun berpakaian pengemis di batu gunung Huang disisi kanan kaki gunung Huang.
"Nona baju merah.. Aku mencarimu karena benda yang telah kau curi dari markas kami di kota luar dekat kota Huang pusat." jawab pria berpakaian pengemis sabar menghadapi wanita cantik galak itu.
"Benda apakah yang kau maksud itu, setan tua?" Wanita cantik galak itu tetap bersikukuh dengan tuduhan yang dilontarkan oleh pria berpakaian pengemis kepadanya.
"Pil mutiara sungai Huang yang tersembunyi di tongkat pusaka guru besar kami yang telah kau curi di gudang persenjataan rahasia kami." pria berpakaian pengemis memaksa untuk wanita cantik galak itu mengakuinya sebagai pencuri pusaka sektenya.
"Cihh... Aku seumur hidup belum pernah mengunjungi sekte kalian apalagi bertemu dengan guru besar kalian untuk mencuri pusaka kalian." wanita cantik galak itu memperlihatkan barang bawaannya yang bungkusan warna merah dibuka begitu saja di tanah.
Pria berpakaian pengemis mengerutkan keningnya saat ia tak menemukan benda yang dicarinya dari wanita itu, maka ia mengepalkan kedua tangannya dan berkata. "Aku Yan Jian mengaku salah karena menuduhmu. Aku dengan rendah hati meminta maaf." suaranya tegas.
"Hmm..Baiklah.. Kumaafkan kau.. Nah..Selamat tinggal."
Wanita cantik galak itu sudah merapikan barangnya lalu berkelebat pergi dari kaki gunung Huang bagaikan kupu- kupu yang terbang ke langit malam dengan indahnya itu menembus awan yang menutupi cahaya rembulan.
Yan Jian mulai memperhatikan kedua anak kecil yang duduk tenang di batu gunung Huang. Ia turun dengan satu kali loncatan lalu menghampiri kedua bocah kecil itu.
"Kalian ini anak darimana? Dan kenapa bisa ada disini?'
" Kami dari dusun bawah gunung Huang. Kami disini usai mencari daun ketumbar hitam untuk dimasak oleh ibu kami."jawab anak laki-laki tampan sekali itu dengan sikap menyakinkan sekali.
"Hmm...Baiklah.. " Yan Jian mempercayai jawaban anak laki-laki tampan sekali itu. Lalu melesat meninggalkan kaki gunung Huang tanpa menengok kembali ke arah kedua bocah kecil itu.
"Ayo, kita turun ke arah lain dan semoga kita takkan pernah berjumpa dengannya lagi. " kata Zhao Li Erl yang rupanya diam-diam membisikkan tentang Yan Jian dan wanita cantik galak itu kepada Xiao Tian maka Xiao Tian dengan cerdik dapat menjawab pertanyaan Yan Jian itu.
Di jalanan yang berbatuan terjal dan berair lumpur yang harus mereka berdua lalui sebelum mereka berdua tiba di permukiman warga dusun bawah gunung Huang di pagi berikutnya. Zhao Li Erl merasa lapar dan ingin makan. Maka mereka mampir ke kedai bakpao.
"Bakpao di daerah ini lumayan enak dagingnya tetapi di Ibukota Kekaisaran Tang jauh lebih enak dan banyak dagingnya. " bisik Zhao Li Erl sambil mengunyah satu bakpao daging.
"Aku belum pernah ke Ibukota Kekaisaran Tang." kata Xiao Tian memperhatikan setiap kegiatan yang sedang dilakukan oleh para penduduk bawah gunung Huang di sekitar kedai bakpao.
Bersambung!!