Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rania lagi..
Malam itu, setelah selesai makan malam, Aisyah tengah sibuk merapikan meja makan. Namun, perasaannya terasa tidak tenang. Sejak pulang dari kantor, Farhan tampak lebih diam dari biasanya. apa yang terjadi pada suaminya, aisyah sangat khawatir dan bingung akan sifat farhan.
Akhirnya, saat mereka duduk berdua di ruang keluarga, Farhan menghela napas panjang, mencoba mencari kata-kata yang tepat.
"Aisyah, aku ingin bicara sesuatu."
Aisyah menoleh, melihat raut wajah suaminya yang tampak lelah. "Ada apa, Mas? Kenapa wajahmu terlihat berat sekali?"
Farhan menatap istrinya sejenak, lalu menggenggam tangan Aisyah erat. "Ibu... memaksa aku menerima Rania sebagai asistenku di kantor."
Aisyah terdiam, dadanya terasa sesak mendengar nama itu. Rania lagi. Selalu Rania. kenapa harus ada rania di tengah pernikahan mereka yang banyak badai menghadang.
"Mas… maksudnya gimana? Kenapa harus Rania?" tanyanya dengan suara pelan, meski hatinya penuh dengan berbagai dugaan buruk.
Farhan mengusap wajahnya, tampak frustasi. "Ibu ingin aku dan Rania lebih dekat lagi. Dia bahkan mengancam, kalau aku menolak, maka aku tidak boleh bekerja di perusahaan keluarga lagi."
Aisyah merasakan tubuhnya melemas. Ia menatap suaminya, mencari kepastian. "Jadi... Mas menerima Rania?"
Farhan menggenggam tangan Aisyah lebih erat. "Iya, Sayang... Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaanku, tapi percayalah, aku tidak akan membiarkan Rania atau siapa pun mengganggu pernikahan kita."
Aisyah menunduk, pikirannya berkecamuk. "Jadi... sekarang Mas harus bekerja setiap hari dengan dia?"
Farhan mengangguk. "Aku berjanji akan menjaga jarak dengannya, Aisyah. Aku akan pastikan dia tidak melewati batas."
Aisyah mencoba tersenyum, meski hatinya terasa perih. "Aku percaya Mas… Tapi aku takut. Aku takut jika ini hanya awal dari rencana mereka."
Farhan mengusap pipinya dengan lembut. "Tidak ada yang bisa memisahkan kita, Sayang. Aku memilihmu, bukan dia. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu di sisimu."
Aisyah mengangguk pelan, tapi di dalam hatinya, kekhawatiran itu tetap ada. Ia tahu, ini belum berakhir.
Cinta yang Tetap Kuat
Farhan menatap Aisyah dengan penuh kasih. Ia tahu, istrinya sedang berjuang menahan kegelisahan. Ia tidak ingin ada celah bagi siapa pun untuk merusak rumah tangga mereka.
Dengan lembut, Farhan menarik Aisyah ke dalam pelukannya. “Aku sayang kamu, Aisyah. Jangan biarkan siapa pun membuatmu ragu akan hal itu.”
Aisyah menyandarkan kepalanya di dada Farhan, merasakan detak jantung suaminya yang tenang. "Aku juga sayang Mas... Aku hanya takut semua ini akan mengubah kita."
Farhan mengangkat dagu Aisyah agar mereka saling menatap. “Tidak akan ada yang berubah. Aku milikmu, dan kamu milikku.” Ia kemudian mengecup kening istrinya dengan penuh kelembutan.
Aisyah tersenyum tipis, merasa sedikit tenang. "Jangan pernah tinggalkan aku, Mas."
Farhan mengusap pipinya dengan ibu jari. “Aku tidak akan pergi ke mana pun, Sayang. Aku akan selalu bersamamu.”
Lalu, dengan perlahan, Farhan mengecup bibir Aisyah, menunjukkan betapa besar cintanya. Ciuman itu tidak terburu-buru, melainkan penuh dengan kasih sayang dan janji.
Aisyah membalas dengan tatapan penuh haru. Ia tahu, mereka harus menghadapi banyak rintangan, tapi selama Farhan tetap di sisinya, ia yakin mereka bisa melewatinya.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, canda, dan tawa. Meskipun dunia di luar terasa kacau, di dalam pelukan Farhan, Aisyah merasa aman.