NovelToon NovelToon
Izin Menikah Mengubah Takdir

Izin Menikah Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Jika ada yang bertanya apa yang membuatku menyesal dalam menjalankan rumah tangga? maka akan aku jawab, yaitu melakukan poligami atas dasar kemauan dari orang tua yang menginginkan cucu laki-laki. Hingga membuat istri dan anakku perlahan pergi dari kehidupanku. Andai saja aku tidak melakukan poligami, mungkin anak dan istriku masih bersamaku hingga maut memisahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 PERDEBATAN

Ibuku dan Ayahku langsung menghampiri mertuaku dengan wajah tegang. Suara musik pesta masih mengalun, tapi suasana di sekitar kami menjadi jauh lebih tegang.

"Apa maksudnya ini, Pak Faisal?" tanya Ibuku dengan nada tidak terima. "Kenapa tiba-tiba bicara soal perceraian? Aisyah masih istri sah Reza!"

Ayah Aisyah tetap berdiri tegak, ekspresinya tidak berubah. "Justru karena dia masih istri sahnya, maka dia berhak memutuskan apakah masih ingin bertahan atau tidak," jawabnya tenang.

"Tapi ini pernikahan! Ini bukan waktunya bicara soal hal seperti ini!" Ayahku menimpali, suaranya meninggi.

Aisyah melangkah maju, berdiri di samping ayahnya. "Ini justru waktu yang paling tepat," katanya dengan suara yang tetap lembut, tapi tegas. "Sejak awal, aku sudah mengizinkan Reza menikah lagi, tapi dengan satu syarat: jangan pernah mengganggu kehidupanku. Dan kini, aku menepati kata-kataku. Aku tidak ingin diganggu lagi oleh Reza. Aku ingin bercerai."

"Aisyah, jangan gegabah! Ini bukan keputusan yang bisa diambil begitu saja!" Ibuku semakin marah. "Apa kau tidak ingat bahwa ridho istri terhadap poligami akan membawa berkah dan surga?"

Aisyah tersenyum kecil, tapi senyum itu tidak menunjukkan kebahagiaan. "Kalau memang begitu, kenapa Ibu tidak mencoba dulu? Kenapa Ibu sendiri menolak jika Ayah ingin menikah lagi?"

Ibuku terdiam seketika. Aku bisa melihat rahangnya mengeras, matanya melotot, tapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya.

Ayah Aisyah melipat tangannya di depan dada. "Kami sudah mempertimbangkan ini baik-baik, Bu. Kalian yang memaksakan kehendak agar Reza menikah lagi, maka kami juga berhak menentukan apa yang terbaik untuk anak kami."

Aku menggenggam surat cerai itu erat-erat, masih tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi. "Aisyah…" Aku mencoba berbicara, tapi suaraku terdengar lemah.

Dia menatapku dengan mata yang dulu penuh cinta, tapi kini hanya ada keteguhan dan keputusan yang tidak bisa diganggu gugat. "Tolong, Reza. Jangan buat ini lebih sulit. Aku sudah cukup menderita."

Seketika itu juga, aku sadar.

Aku sudah kehilangan Aisyah—bukan hanya sebagai istri, tapi juga sebagai seseorang yang pernah mencintaiku dengan tulus.

Ayah Aisyah berdiri tegak di hadapan kedua orang tuaku, ekspresinya penuh kekecewaan. Suasana pesta yang sebelumnya meriah kini terasa hening di antara kami. Para tamu yang berada di sekitar mulai melirik penasaran, menyadari ada ketegangan yang tak bisa dihindari.

Dengan suara yang tenang tapi menusuk, Ayah Aisyah berkata, "Jujur, saya sangat kecewa dengan sikap kalian. Hanya karena ingin memiliki cucu laki-laki, kalian rela menghancurkan rumah tangga anak kalian sendiri. Apa ini yang kalian sebut sebagai keputusan bijak? Padahal anak saya sudah memberikan cucu yang cantik, tapi kalian begitu angkuh dan tamak. Sehingga dia mau mengakui anak Aisyah sebagai cucu kandung kalian."

Ibuku tampak tersinggung. "Kami hanya ingin yang terbaik untuk Reza! Keturunan laki-laki itu penting! Apalagi untuk meneruskan keturunan keluarga, itulah sebabnya saya butuh cucu laki-laki bukan perempuan." ujar ibuku tersulut emosi. Tetapi ayah mertua terlihat cuek dan tidak peduli dengan ibuku. Lalu

Ayah Aisyah menggeleng pelan, lalu menatapku tajam. "Dan kau, Reza… Kau adalah seorang suami, seorang ayah. Tapi kau tidak punya pendirian sebagai seorang pemimpin keluarga. Kau membiarkan dirimu disetir oleh orang tuamu tanpa berpikir panjang tentang konsekuensinya. Sehingga kedua anakmu yang menjadi korban keangkuhan dan kesombongan kedua orang tuamu sampai-sampai mereka tidak mengakui anak kandungmu sendiri. Bagaimana perasaanmu, ketika anak perempuanmu tidak diaku cucu oleh orangtuamu?" Aku terdiam, merasa tertampar oleh kata-katanya. Yang dikatakan mertuaku memang benar. Sebenarnya hatiku cukup sakit saat kedua anak perempuanku tidak diakui oleh ibuku karena dia tidak menginginkannya, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menuruti perkataannya.

"Seorang lelaki sejati tidak akan mengorbankan keluarganya hanya demi menuruti kehendak orang lain," lanjutnya. "Kalau kau benar-benar ingin berpoligami karena keinginan sendiri, aku mungkin bisa menerima. Tapi ini? Kau hanya boneka dalam permainan orang tuamu sendiri. Jika kamu sebagai laki-laki tidak bisa memimpin keluarga dan melindungi mereka, seharusnya kamu jangan menikah!"

Ayahku menggeram marah. "Jangan bicara seolah-olah kau lebih tahu segalanya! Ini urusan keluarga kami pak Faisal!"

Ayah Aisyah tersenyum tipis, tapi ada kepedihan dalam tatapannya. "Memang ini urusan keluarga kalian. Dan karena itu, saya sebagai ayah Aisyah sudah mengambil keputusan. Hari ini, saya akan membawa putriku kembali. Kami tidak akan membiarkan dia terus hidup dalam ketidakadilan."

Ibuku melotot. "Pak, Faisal. Anda tidak bisa seenaknya membawa Aisyah pergi!"

Aisyah yang sejak tadi diam akhirnya berbicara, "Aku sudah memutuskan, Bu. Ini yang terbaik untukku dan anak-anak."

Lalu, tanpa menunggu jawaban lagi, Aisyah berjalan pergi bersama ayahnya, diikuti oleh keluarganya yang lain. Aku hanya bisa menatap punggungnya, semakin menjauh dariku.

Dan di saat itu, aku sadar…

Aku sudah kehilangan Aisyah, dan mungkin selamanya.

Suasana pesta yang sebelumnya meriah dengan suara musik dan tawa tamu mendadak berubah hening. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para undangan yang menyaksikan kejadian barusan.

"Jadi, istrinya yang pertama malah minta cerai?"

"Padahal mereka sudah menikah 15 tahun, ya?"

"Kasihan anak-anaknya…"

"Bukannya ini semua kemauan orang tuanya? Sekarang malah berantakan begini."

Aku melihat ke arah ayah dan ibuku. Wajah mereka memerah, bukan karena bahagia, melainkan karena malu. Apa yang seharusnya menjadi hari kebanggaan bagi mereka justru berubah menjadi aib di hadapan banyak orang. Ibu menggenggam tangannya erat, tampak berusaha menahan amarahnya. Ayah menatap kosong ke arah tamu-tamu yang mulai berbisik, mungkin menyadari bahwa keputusan mereka telah membawa kehancuran, bukan kebahagiaan.

Aku sendiri merasa kehilangan keseimbangan. Ini bukan pernikahan yang aku bayangkan. Ini bukan awal baru yang bahagia.

Ini adalah awal dari penyesalan.

Bisikan-bisikan itu semakin tajam, menusuk ke segala arah.

"Bukannya Laras dulu selingkuhan Reza?"

"Pantas saja mau jadi istri kedua, memang sudah dekat dari awal."

"Kasihan, ya… Udah ngerebut suami orang, malah masuk ke keluarga yang penuh drama."

"Apa dia gak takut nanti juga disuruh suaminya cari istri ketiga kalau gak bisa kasih anak laki-laki?"

Laras yang duduk di pelaminan tampak gelisah. Wajahnya mulai pucat, senyum yang tadi sempat menghiasi wajahnya kini pudar. Tatapan tamu-tamu yang seolah menghakimi membuatnya resah. Dia menggenggam tanganku erat, seakan mencari perlindungan.

"Ist—Istirahat dulu, ya…" bisiknya, mencoba tetap tenang.

Aku menarik napas dalam. Aku pikir menikah lagi akan membuat hidupku lebih baik, akan membuat keluargaku bangga. Tapi sekarang, aku hanya melihat kehancuran—Aisyah pergi, anak-anakku kehilangan kehangatan rumah, dan Laras pun mulai merasakan pahitnya keputusan yang kuambil.

Aku menoleh ke arah orang tuaku. Mereka tetap diam, tak mampu membalas omongan para tamu. Inikah yang mereka inginkan? Inikah harga yang harus kami bayar demi seorang anak laki-laki yang bahkan belum tentu akan lahir?

Setelah semua tamu pulang dan pesta usai, kami pun langsung pulang ke rumah orangtuaku, suasana di rumah terasa begitu berat. Aku melihat ibu duduk di sofa dengan wajah tegang, sementara ayah mondar-mandir dengan tangan mengepal.

"Kamu lihat sendiri, kan? Gara-gara Aisyah, keluarga kita jadi bahan omongan! Kenapa dia harus datang dan membuat keributan seperti itu?" suara ibu penuh kemarahan.

Aku menunduk, tak bisa membantah. Tapi di dalam hati, aku tahu ini bukan salah Aisyah.

"Seharusnya kamu tidak membiarkan dia datang! Kalau tahu begini, kita buat acara tertutup saja!" Ayah ikut menimpali, wajahnya memerah menahan emosi.

1
Yuli Yulianti
satu keluarga sangat egois ..kamu pikir keluarga Aisyah membiar akan cucu nya diambil kalian
Innara Maulida
aku gak rela klo Aisyah balik lagi ke keluarga toxic itu,,lagian kenapa Aisyah gak pergi jauh aja si,,..knpa masih satu kota sama cecunguk Reza itu ..iih sebel.deh
Fetnayeti Winarko
tp tdk melindungi ansk2nya yg lain...
dyah wiryastini
Ibu mertua yg sangat egoiss
Machmudah
tp kamu sdh menyakiti istrimu terdahulu
Ais
lah klo emang bnr trus kamu mau apa reza mau tanggungjwb seperti apa misalnya ngasih nafkah lahir gt jelas itu sdh tanggungjwb kamu selebihnya kamu ngak pny hak buat mengambil alih hak asuhnya apalg dia msh bayi trus ngak mungkin jg dong anak aisyah mentang"yg ketiga laki"hrs kamu ambil paksa dan minta laras yg ngurus jng ngaco kamu ya ingat kamu udah pny anak laki"dr laras jd fokus aja sm anak laras apalg anak laras membutuhkan perhatian ekstra
Machmudah
kasian Thor kl anak yg jd korban, mending dibuat mandul aja gak ada anak lg
dyah wiryastini
Reza benar benar lelaki membleee
Mar lina
buat orang tua nya
Reza menyesal seumur hidup, thor
terutama Reza yg menjadi wayang...
semangat Aisyah
kehidupan baru mu
akan datang
Innara Maulida
sukurin,,,Karama itu ,,,Jagan kasih Aisyah ketemu sama keluarga durjana lagi Thor,,,
Ais
intinya aisyah jng rujuk sm laki pecundang ini berarti aisyah hamil ya wkt cerai dr reza dan ternyata anak yg lahir dr rahim aisyah yg ketiga adalah laki"smoga laki pecundang ini ngak akan tau smp kapanpun karena klo tay bahaya bakalan direbut paksa sm orangtua reza yg laknat ini
Daulat Pasaribu
aku sih GK terima Thor si Aisya rujuk sama mantan suami GK tau diri.mending Aisyah sama pria lain aja.biar menyesal si reza
Ais
mungkin ngak ya aisyah hamil anak reza disaat dia minta cerai wkt itu dan ternyata anaknya laki"
Innara Maulida
sukurin Laras,,, ekpektasi kamu tidak sesuai dgn kenyataan...semoga Laras ke guguran dan gak bisa puny ank lagi
Innara Maulida
sukurin liat lah hasil dari curian mu laras,,dapat mertua yg otoriter dan suami yg masih berlindung di ketiak emak bapak nya,,selalu manut apa kta emak bpk nya,,,rasain lama2 kamu stres dan ke guguran...
Machmudah
Aisyah hamil anak laki2, Lara's melahirkan anak perempuan Dan gak bisa hamil lg
Yuli Yulianti
semoga Laras menghasilkan anak perempuan biar tau rasa nya jadi Aisyah ..
Fetnayeti Winarko
dialog berulang2 terus...
Fetnayeti Winarko
kaya mau nyetak kue aja😄
Machmudah
Mana ada bahagia menikah dgn suami org...namanya jg salah ya gak ada bahagia2 nya ....bahagia diatas oenderitaan wanita lain yg ada malah karma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!