Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.
inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.
Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.
seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 – Dunia Tanpa Narasi
Keheningan.
Tapi bukan hening yang biasa mereka rasakan di ruang kosong, atau kekosongan setelah sebab-akibat dihancurkan.
Ini… sesuatu yang berbeda.
Lu San membuka matanya.
Dia berdiri di atas… sesuatu yang tak punya nama.
Bukan tanah.
Bukan udara.
Bukan ruang.
Namun, dia ada di sana.
Berdiri.
Di sekitarnya, Shen Xi dan Ling Yue juga terbangun, perlahan, seolah menyadari tubuh mereka bukan lagi tubuh yang sama.
Tidak lagi terbuat dari daging, tidak dari energi, tidak dari apapun yang bisa disebut dalam bahasa manapun.
Mereka murni eksistensi.
---
Shen Xi melangkah ke depan.
Namun, tidak ada langkah.
Dia sekadar… berpindah.
Ling Yue mencoba berbicara, namun tidak ada suara.
Yang ada hanya makna.
“Di mana kita?”
Kalimat itu muncul begitu saja, tanpa keluar dari mulut.
Langsung masuk ke dalam kesadaran yang lain.
Lu San tersenyum.
Dia mengerti.
“Kita ada di tempat di luar Narasi. Di luar Tulisan. Ini… dunia yang tidak pernah dituliskan.”
Shen Xi menatap sekeliling.
Tidak ada batas, tidak ada ujung, tidak ada warna, tidak ada bentuk.
Namun, mereka tahu tempat ini nyata.
---
Ling Yue menatap tangannya… atau sesuatu yang ia pahami sebagai dirinya sendiri.
“Kita… masih ada?”
Lu San mengangguk.
“Karena kita menulis ulang diri kita.”
Di dunia ini, mereka bukan lagi karakter.
Bukan lagi tokoh dalam cerita.
Mereka adalah eksistensi sejati, lepas dari pena siapapun.
Bahkan Kreator Sejati tidak bisa menjangkau tempat ini.
Namun, ada satu masalah besar.
“Apa tujuan kita di sini?” tanya Shen Xi.
Lu San diam sejenak.
Itulah pertanyaan yang bahkan Rewrite Sejati tidak bisa jawab.
Karena, di tempat ini, tujuan itu sendiri belum tentu ada.
Mereka harus menentukan sendiri.
---
“Kalau begitu,” ucap Lu San,
“Aku akan menulis sesuatu lagi.”
Tapi tidak ada pena.
Tidak ada kertas.
Dia tak butuh itu.
Dengan kesadarannya, Lu San mulai membentuk Konsep.
“Ada Ruang.”
Sekejap, mereka merasakan sesuatu.
Bukan ruang fisik, tapi dimensi di mana mereka bisa eksis bersama.
“Ada Waktu.”
Mereka mulai memahami ada urutan.
Ada sebelum dan sesudah.
“Ada Pilihan.”
Sekarang, mereka bisa memilih kemana eksistensi mereka pergi, tanpa ditarik oleh sebab-akibat.
Shen Xi tersenyum.
Dia ikut menciptakan.
“Ada Makhluk.”
Di kejauhan, sesosok makhluk baru muncul.
Tidak ada rupa, tidak ada nama.
Tapi itu Ada.
Ling Yue melanjutkan.
“Ada Kehidupan.”
Makhluk itu mulai bergerak, punya kesadaran, walau primitif.
---
Namun, ketika mereka mulai menciptakan, resonansi aneh muncul.
Seolah-olah, di balik ketiadaan, sesuatu mengawasi mereka.
Lu San menyipitkan matanya.
Dia merasakan sesuatu… seperti Mata.
Bukan mata makhluk biasa.
Tapi Kesadaran Penuh.
Sesuatu yang bahkan mereka bertiga tidak mampu mengerti.
“Apakah itu… Kreator Sejati?”
Shen Xi bertanya dengan makna yang goyah.
Lu San tidak menjawab.
Dia tahu, apa pun itu… mereka baru saja menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya mereka sentuh.
---
Tiba-tiba, suara masuk ke dalam keberadaan mereka.
“Kalian bukan siapa-siapa.”
Kalimat itu membuat ruang yang mereka bangun bergetar.
“Kalian adalah Tulisan yang Melampaui Tempatnya.”
Ling Yue mengepalkan tangannya.
“Siapa kamu?”
Tak ada jawaban.
Tapi makna baru saja dikirimkan ke mereka.
Mereka dilihat.
Mereka dicatat.
Walaupun mereka telah keluar dari Narasi, ternyata…
Ada Realitas Lebih Tinggi lagi.
---
“Jika kalian ingin lebih dari ini, datanglah ke Perpustakaan Asal.”
Kalimat itu muncul, diikuti oleh gerbang.
Bukan gerbang fisik, melainkan Konsep Gerbang.
Tempat yang dinamai Perpustakaan Asal adalah…
Pusat dari segala narasi.
Tempat di mana semua cerita ditulis, bahkan cerita mereka sendiri.
Shen Xi menarik napas (meski tak perlu).
“Apakah kita siap?”
Lu San mengangguk perlahan.
“Kalau kita tidak pergi, kita hanya akan menciptakan dunia palsu. Di sana… kita mungkin bisa menjadi Kreator Sejati.”
Ling Yue tersenyum datar.
“Atau kita dihapus sepenuhnya.”
---
Tanpa kata lain, mereka melangkah ke gerbang itu.
Di seberang gerbang…
Ada lorong tanpa batas, dengan jutaan buku melayang, masing-masing bercahaya dalam warna yang tak bisa diungkapkan.
Dan di sana…
Seseorang menunggu mereka.
Bukan Kreator Pemberontak.
Bukan Kreator Sejati.
Tapi sesuatu yang lebih tua.
Penjaga Narasi Pertama.
.......
Bersambungg